GERAKAN PENDIDIKAN
Di susun oleh:
Muhammad Alwi Yahya (20600037)
Mochamad Asgaf Mubarok (20600042)
Dosen:
H. MUSTAQIM, S.E. M.Pd.
Faktor Yang Melatar Belakangi Gerakan Muhammadiyah
Dibidang Pendidikan.
• Segi cita-cita adalah untuk membentuk manusia muslim yang berakhlaqul karimah,
alim, luas pandangan dan paham terhadap masalah keduniaan, cakap, serta bersedia
berjuang untuk kemajuan agama Islam.
• Sedang dari Segi teknik adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara
penyelenggaraan pendidikan modern. Kini pendidikan Muhammadiyah telah
berkembang pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun
tidak kalah berat. Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian yang terintegrasi
dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang umur Muhammadiyah
hingga saat ini.
Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah.
Cita-cita pendidikan yang digagas K.H Ahmad Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia
baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu seorang
muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani.
Dalam rangka mengintegrasikan kedua sistem pendidikan tersebut, Kyai Ahmad Dahlan
melakukan dua tindakan sekaligus, memberi pelajaran agama di sekolah-sekolah Belanda
yang sekuler, dan mendirikan sekolah- sekolah sendiri di mana agama dan pengetahuan
umum bersama-sama diajarkan. Kedua tindakan itu sekarang sudah menjadi fenomena
umum, yang pertama sudah diakomodir negara dan yang kedua sudah banyak dilakukan
oleh yayasan pendidikan Islam lain. Namun, ide Kyai Ahmad Dahlan tentang model
pendidikan integralistik yang mampu melahirkan muslim ulama-intelek masih terus
dalam proses pencarian. Sistem pendidikan integralistik inilah sebenarnya warisan yang
mesti kita eksplorasi terus sesuai dengan konteks ruang dan waktu, masalah teknik
pendidikan bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pendidikan atau psikologi.
Dalam rangka mengajar kelangsungan sekolahan yang ia dirikan maka atas saran murid-
muridnya Kyai Ahmad Dahlan akhirnya mendirikan persyarikatan Muhammadiyah tahun
1912. Metode pembelajaran yang dikembangkan Kyai Ahmad Dahlan bercorak
kontekstual melalui proses penyadaran. Contoh klasik adalah ketika Kyai menjelaskan
surat al-Maidah kepada santri-santrinya secara berulang-ulang sampai santri itu
menyadari bahwa surat itu menganjurkan supaya kita memperhatikan dan menolong
fakir miskin, dan harus mengamalkan isinya. Setelah santri-santri itu mengamalkan.
perintah itu baru diganti surat berikutnya.
Ada semangat yang dikembangkan oleh pendidikan Muhammadiyah, yaitu bagaimana
merumuskan sistem pendidikan ala al-Ma'un sebagaimana dipraktekkan KH Ahmad
Dahlan. Dalam konteks pencarian pendidikan integralistik yang mampu memproduksi
ulama-intelek-profesional, gagasan Abdul Mukti Ali menarik disimak. Menurutnya, sistem
pendidikan dan pengajaran agama Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem
pendidikan yang mengikuti sistem pondok pesantren karena di dalamnya diresapi
dengan suasana keagamaan
Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang ingin dicapai
oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan dalam Muhammadiyah,
untuk mencetak peserta didik lulusan sekolah Muhammadiyah, sebagai berikut:
• Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang beragama Islam
dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
• Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didikdapat tersentuh
dan sekaligus mengamalkannya, dan.
• Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan dilembaga
pendidikan Muhammadiyah
Pemikiran dan Praksis Pendidikan Muhamadiyah
Hampir seluruh pemikiran K.H. Ahmad Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap
situasi dan kondisi global umat Islam Waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan
(stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan
politik kolonial belanda yang sangat memangsa Indonesia. Pemikiran atau ide-ide K.H.
Ahmad Dahlan tertuang dalam gerakan Muhammadiyah yang ia dirikan pada tanggal 18
Nopember 1912. Organisasi ini mempunyai karekter sebagai gerakan sosial keagamaan.
Titik tekan perjuangannya mula-mula adalah pemurnian ajaran Islam dan bidang
pendidikan. Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat
Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui
pendidikan. Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia
pendidikan, namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun
pada 1936. Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan:
(Jadilah manusia yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah).
KH. Ahmad Dahlan merasa tidak puas dengan sistem dan praktik pendidikan yang ada
diIndonesia saat itu, dibuktikan dengan pandangannya mengenai tujuan pendidikan
adalah untuk menciptakan manusia yang baik budi, luas pandangan, dan bersedia
berjuang untuk kemajuan masyarakat. Karena itu KH Ahmad Dahlan merentaskan
beberapa pandangannya mengenai pendidikan dalam bentuk pendidikan model
Muhammadiyah khususnya, antara lain:
Pendidikan Integralistik. K.H Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah tipe man of action
sehingga sudah pada tempatnya apabila mewariskan cukup banyak amal usaha bukan
tulisan. Oleh sebab itu untuk menelusuri bagaimana orientasi filosofis pendidikan Beliau
musti lebih banyak merujuk pada bagaimana beliau membangun sistem pendidikan.
Namun naskah pidato terakhir beliau yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk
dicermati karena menunjukkan secara eksplisit konsen Beliau terhadap pencerahan akal
suci melalui filsafat dan logika. Sedikitnya ada tiga kalimat kunci yang menggambarkan
tingginya minat Beliau dalam pencerahan akal, yaitu:
Tantangan Pendidikan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah islam amar ma’ruf nahi
mungkar, Muhammadiyah dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahya dengan
menanamkan khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Tantangan yang dihadapi
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut:
Tantangan di era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, krisis moral.
Melalui tayangan acara-acara di media elektronik dan media massa lainnya, yang
menyuguhkan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika,
perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada
perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah,
penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas belajar dan
tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.
Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian. Diera globalisasi sekarang
ini, bangsa Indonesia sedang mengalami sebuah perubahan yang besar disegala sektor.
Ini dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat.
Dengan kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet, media
cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses
informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi juga dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam
kehidupan bermasyarakat, kebobokran akhlak(perilaku), serta bentuk penyimpangan
lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat Indonesia khususnya generasi muda
dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi
daripada urusan akhirat. Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu
upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah
melalui pendidikan, dalam halini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan
kemuhammadiyahan dampak-dampak buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi bisa di minimalisir. Jadi ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat telah memberikan dampak-dampak bagi
kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Dampak tersebut
menyebabkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan,
kemuhammadiyahan adalah salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan
berperan aktif untuk mengelola dan memanage dampak-dampak buruk yang disebabkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalisir.