Anda di halaman 1dari 29

JOURNAL READING

Double-Contrast Barium Enema Examination


Technique
HANNA MARIA GRACELLA
112021023
KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI RS BHAYANGKARA SURABAYA
PERIODE 7 FEBRUARI – 12 MARET
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA JAKARTA 2022
PENDAHULUAN

Pemeriksaan ini sudah ada sejak tahun 1920-1930 


kemudian meningkat kualitasnya secara dramatis pada tahun
1960-1970.

Telaah ini akan menjabarkan prinsip prosedur barium enema


kontras ganda yang aman, nyaman dan akurat di Rumah Sakit
Universitas Pensilvania
• Diet rendah residu 1-3 hari
Persiapan umum • Cairan untuk menjaga konten enteric semi-cairan,
• Pemberian agen oral untuk stimulasi kontraksi kolon.
• Minum air dalam jumlah banyak (>2 L)  untuk minimalisasi
dehidrasi oleh karena preparasi
• Dokumentasi riwayat klinis, riwayat pembedahan, dan medikasi
yang berpengaruh terhadap kolon

Penelitian menggunakan sediaan 24 jam yang mencakup diet rendah residu, magnesium sitrat, tablet
bisacodyl, dan supositoria bisacodyl.
Lembar permintaan pemeriksaan:

• riwayat klinis yang sesuai

• riwayat pembedahan

• obat yang diminum pasien yang memiliki efek samping kolon atau dapat
menyebabkan penyakit kolon.

• menyatakan jika intervensi endoskopi baru-baru ini telah dilakukan (interval 1


minggu)
FLUOROSKOP

• fluoroskop digital dan konvensional.


• digital:
gambar dapat diperoleh dengan cepat dan
segera ditinjau
tidak perlu mengganti kaset film
PENYISIPAN UJUNG TABUNG ENEMA

Pemeriksaan digital pada saluran anus dan rektum distal


-evaluasi wasir, massa, atau kondisi peradangan dan menilai tonus sfingter,

memakai sarung tangan nonlatex dan lapisan tipis pelumas dioleskan di ujung
tabung enema

Ujung tabung enema didorong dengan lembut melalui sfingter anal


-Jika ada kesulitan: kateter jenis lubang nonlatex, lubang lebar, dan foley dapat
digunakan

Mendorong pasien untuk menahan udara dan barium

Balon retensi digelembungkan


-pada pasien yang mengeluarkan udara dan barium dari saluran anus
-setelah rektum distal normal ditunjukkan dengan fluoroskopi
TIDAK PERLU distensi rutin balon retensi
• dikaitkan dengan risiko robekan atau abrasi rektal yang kecil namun terbatas
• peningkatan risiko perdarahan hemoroid

KONTRAINDIKASI RELATIF terhadap penggunaan balon retensi


iradiasi panggul,
Jika dipompa, balon akan membesar bukan untuk
berbagai kolitida menutupi dinding dubur bagian distal tetapi untuk
bertindak sebagai katup bola yang akan ditarik kembali
sindrom ulkus rektal soliter ke lubang anus.
massa rektal distal besar
dugaan fistula rektovaginal
operasi saluran anus sebelumnya
AGEN UNTUK HIPOTONIA KOLON

Glukagon
• Satu miligram glukagon intravena selama periode 1 menit dan berlangsung
sekitar 10-20 menit.
• TIDAK DIBERIKAN pada pasien dengan:
insulinoma yang diketahui
pheochromocytoma
• Peneliti membandingkan agen antikolinergik hyoscyamine sulfate (Levsin) dengan
glukagon dan menemukan hyoscyamine sulfate kurang memuaskan.
• Di negara lain, menggunakan agen antikolinergik hyoscine N- butylbromide (Buscopan).
• N- butylbromide, bila dibandingkan dengan glukagon, menghasilkan distensi superior dari
kolon sigmoid
SUSPENSI BARIUM

menyerap cairan
sisa dan
viskositas yang menempel pada
cukup radiopak
cukup rendah permukaan
mukosa dalam
waktu yang cukup

Penelitian menggunakan Polibar Plus yang hampir selalu memberikan


lapisan mukosa yang sangat baik, bahkan dengan adanya cairan kolon.
Cara menanamkan barium ke dalam rektum
• Tradisional: berbaring posisi tengkurap
• Pasien yang dicurigai mengalami fistula rektovaginal,
endometriosis, atau intraperitonealmetastases: posisi miring
ke kiri bawah

Tabung enema dibuka hanya sebagian, karena distensi rektum


yang cepat dengan barium meningkatkan keinginan untuk buang
air besar

Pasien dapat dibalik dalam berbagai posisi untuk memfasilitasi


perjalanan barium melalui usus besar.
kolon kolon fleksura kolon fleksura kolon
sigmoid rektum sekum
desendens lien transversal hati asendens

• Tujuan gambaran fluoroskopi  dpt optimalisasi gambaran distensi luminal, proyeksi loop
usus, dan lapisan mukosa

• Barium kemudian dikeluarkan melalui drainase gravitasi dari ampula rektum

• Diinsuflasikan udara ruangan ke dalam kolon, dan kemudian diambil gambar radiografi
kembali

• Enama dapat dikeluarkan setelah jumlah udara cukup dan barium telah mencapai sisi kanan
kolon
• Pada gambaran radiografi spot • Kontur luminat normal 
harus diperhatikan Ukuran, bentuk, terlihat sebagai sektsa kontiniu
posisi, dan arsitektur keseluruhan garis putih barium atau batas
kolon putih kontiniu barium pool pd
kontras barium ; dan
• Lumen harus terdistensi cukup  perumukaan halus abu-abu pd
sehingga lipatan interhaustral kontras udara
terlihat lurus dan teroreintasi
perpendicular dari aksis • Lesi yang meninggi pd kolon 
longitudinal usus. bermanifestasi sebagai defek
pengisian pada barium pool dan
alterasi dari pinggir yang halus
tersebut.
Gambar 1. barium pool mengaburkan polip
pada lengkungan limpa.

(a) Radiografi spot menunjukkan fleksura lien.


Barium pool mengaburkan detail mukosa
dari bagian bawah fleksura lienalis.
Kontur luminal terlihat baik sebagai garis
putih kontinu (panah hitam) atau sebagai tepi
halus barium pool (panah putih).

( b) Polip 7 mm diwujudkan dalam bentuk


topi bowler. Tepi topi (panah padat)
melambangkan barium yang terperangkap di
antara dasar polip dan mukosa normal yang
berdekatan. Kubah topi (panah terbuka)
melambangkan bagian atas polip.
Gambar 2. Permukaan mukosa. Tampilan close-up
dari spot radiograf kolon sigmoid menunjukkan
polypoid adenokarsinoma 1.9 cm pada pria 68
tahun dengan nyeri kuadran kanan atas dan
kemudian terbukti metastasis hati.
• Masa bermanifestasi sebagai garis hemisferik
sketsa barium (panah putih) dikelilingi oleh
nodul tumor kecil radiolusen yang dilapisis
barium di intersisial tumor, merepresentasikan
nodul (panah kosong). Permukaan mukosa
normal terlihat kurang memiliki penampakan
jelas dan bewarna abu-abu.
Gambar 3. Polip pada barium pool.
(a) Radiografi spot yang diperoleh dengan pasien
dalam posisi miring ke kiri (tampilan lateral kiri)
menunjukkan rektum pada awal pemeriksaan. Di
tepi barium pool, terdapat defek pengisian
radiolusen berlobus 7 mm (tanda panah). Ujung
tabung enema mengaburkan rektum distal.
( b) Spot radiograf diperoleh dengan pasien
dalam posisi menghadap kanan bawah (tampilan
lateral kanan) menunjukkan rektum setelah
pengangkatan ujung tabung enema. Polip tidak
tergambar jelas. Rektum distal tidak lagi
tertutup oleh ujung tabung enema. Polip ini
adalah adenoma tubular.
Panduan fluoroskopi - menilai dan mengoptimalkan komponen teknis distensi luminal, proyeksi lengkung usus, dan
lapisan mukosa.
Pemeriksaan barium enema yang menekankan gambaran spot secara inheren lebih unggul daripada pemeriksaan yang
menekankan pada radiografi overhead

• Gambar 4. Kanker usus besar tidak terlihat jelas


pada gambar overhead.
• (a) Spot radiograf yang diperoleh dengan pasien
dalam posisi miring posterior kanan
menunjukkan massa polipoid berlobus kasar 3
cm (panah) pada dinding anteromedial sekum
dan kolon asendens, di atas dan tumpang tindih
dengan katup ileocecal (mata panah).
• ( b) Tampilan close-up dari radiograf kolon
overhead menunjukkan tepi katup ileocecal
(panah). Tumor dikaburkan oleh kumpulan
barium.
Lumen harus cukup membesar sehingga lipatan interhaustral lurus dan berorientasi tegak lurus dengan
sumbu longitudinal usus. (Gambar 5).

• Gambar 5. Radiografi spot


menunjukkan kolon transervsa
bagian tengah. Lipatan
interhaustra terlihat lurus (tanda
panah). Sakulasi haustral
terdistensi, namun tidak over-
distensi dan mendatar.
POSISI SPOT
RADIOGRAF
Pandangan overhead diperoleh dengan tabung miring
sekitar 30 ° kaudal dan dengan pasien dalam posisi
tengkurap biasanya menampilkan sambungan
rektosigmoid (Gbr 6).

Gambar 6. Nilai tampilan sudut rawan untuk


menampilkan kolon sigmoid.
(a) Spot radiograf dari rektum yang diperoleh dengan
pasien dalam posisi miring posterior kiri menunjukkan
garis barium-terukir berlobus kasar (panah)
mengganggu permukaan yang biasanya halus.
(b) Radiografi overhead panggul dengan tabung
miring 30 ° kaudal dan pasien dalam posisi tengkurap
menunjukkan tepi yang digulung (panah) dari lesi
yang panjang, ulserasi sentral, seperti plak. Ini adalah
adenokarsinoma di sambungan rektosigmoid.
Teknik radiologi untuk meningkatkan gambaran
kolon sigmoid termasuk penggunaan kompresi
(Gambar 7),

Gambar 7. Nilai kompresi dalam demonstrasi loop


yang tumpang tindih.
(a) Radiografi spot diperoleh dengan pasien dalam
posisi tengkurap menunjukkan tumpang tindih
loop kolon sigmoid.
( b) Radiografi spot diperoleh dengan pasien dalam
posisi tengkurap, dengan balon kompresi
mendorong dinding anterior abdomen,
menunjukkan pemisahan dua dari tiga loop
sigmoid.
Lingkaran paling kaudal dari kolon sigmoid sering terlihat
paling baik dengan kontras udara dengan pasien dalam
posisi tengkurap (Gambar 8).

Gambar 8. Posisi terlentang versus tengkurap untuk


melihat kolon sigmoid dan rektum.
(a) Rektum distal terlihat kontras udara. Lingkaran
paling bawah (panah) dari kolon sigmoid diisi dengan
barium.

(b)Barium di rektum distal sekarang mengaburkan


detail mukosa. Lingkaran paling kaudal (panah) dari
kolon sigmoid sekarang terlihat dengan kontras udara.
Kolon sigmoid proksimal sering paling baik dilihat dengan pasien dalam posisi tengkurap atau posisi miring
posterior kiri (Gambar 9a); kolon sigmoid distal seringkali paling baik ditampilkan dengan pasien dalam posisi
terlentang atau miring posterior kanan (Gambar 9b).

Gambar 9. Spot radiograf kolon


sigmoid dengan pasien di (a) oblik
posterior kiri ( b) oblik posterior kanan.
Segmen identik dari kolon sigmoid
diidentifikasi dengan panah serupa.
Mengubah posisi pasien mengubah
lokasi kolam barium dan
memungkinkan penggambaran
berbagai segmen usus
Fleksi limpa paling baik dilihat dengan pasien dalam posisi tegak (Gambar 10) atau berbaring (Gambar 11) miring
posterior kanan. Fleksur hati dicitrakan dengan pasien dalam posisi tegak miring posterior kiri (Gbr 12).

• Gambar 10. Spot radiograf dari fleksura lienalis dengan


pasien dalam posisi tegak miring posterior kanan.
Divertikula diisi dengan barium (panah pendek) dan
dilapisi dengan barium (panah panjang).

• Gambar 11. Spot radiograf dari fleksura lienalis dengan


pasien dalam posisi miring posterior kanan horizontal.
Ulserasi mukosa halus dimanifestasikan sebagai ulkus
dangkal terisi barium yang dikelilingi oleh lingkaran
cahaya radiolusen (panah).

Gambar 12. Spot radiograf dari fleksur hati diperoleh dengan


pasien dalam posisi miring posterior kiri tegak. Payudara kanan
diangkat secara manual keluar dari bidang radiasi.
RADIOGRAFI
OVERHEAD DAN
GAMBAR PASCA
EVAKUASI
GAMBAR OVERHEAD

 memberikan '' gambaran besar ''


 membantu mengumpulkan gambar spot
 secara inheren lebih rendah dalam proyeksi dan distensi tetapi lebih baik dalam
meminimalkan pembesaran.
• Lapisan barium yang terlihat pada gambar overhead mungkin lebih baik jika lapisan
barium pada fluoroskopi tipis
• tidak diperoleh secara rutin dengan pasien dalam posisi terlentang atau miring, karena
posisi ini telah dicitrakan secara ekstensif pada radiografi spot.
Gambar 13. Radiografi overhead lateral
cross-table diperoleh dengan pasien dalam
posisi dekubitus sisi kiri bawah.

Gambar 14. Radiografi overhead lateral cross-


table diperoleh dengan pasien dalam posisi
dekubitus sisi kanan bawah.

Gambar 15. Radiografi overhead lateral cross-


table dari rektum diperoleh dengan pasien dalam
posisi tengkurap
GAMBAR PASCA EVAKUASI

• Gambar overhead pasca evakuasi tidak diperoleh secara rutin.

• Gambar fluoroskopi pasca evakuasi dan radiografi spot dapat diperoleh untuk
menunjukkan keterlambatan pengisian barium pada pasien yang dicurigai
mengalami divertikulitis atau fistula.
Kesimpulan

Pemeriksaan barium enema kontras ganda memiliki banyak potensi dalam mendeteksi
kanker dini dan lesi prekursor seperti pemeriksaan radiologis, termasuk mamografi

Kinerja pemeriksaan barium enema kontras ganda berkualitas tinggi membutuhkan


ahli radiologi yang secara agresif memanipulasi pasien dan barium pool namun tetap
tanggap terhadap apa yang terjadi di meja fluoroskopi dan monitor televisi.

Ini membutuhkan kombinasi ilmuwan kompulsif dan seniman barium, yang siap
menyesuaikan pemeriksaan dengan riwayat klinis, pasien, dan temuan fluoroskopi

Anda mungkin juga menyukai