Anda di halaman 1dari 21

Manajemen Pajak

Penyusutan
Pada umunya perusahaan dalam kegiatan usahanya melakukan tax
deductions yang disebabkan karena adanya pengeluaran kas baik untuk
pembelian barang, membayar tenaga kerja, dan jasa lainnya yang
digunakan dalam kegiatan operasional. Pengakuan biayanya sederhana
tergantung apakah perusahaan menggunakan cash basis atau accrual basis
dalam pembukuannya. Tetapi ada jasa yang digunakan dalam kegiatan
operasional yang harus dibeli terlebih dahulu seperti gedung, mesin, dan
tanah. Pengeluaran kas untuk hal tersebut memberikan manfaat lebih dari
satu periode. Untuk kepentingan pajak, perlakuan terhadap pengeluaran
semacam ini dapat menimbulkan masalah dalam penentuan pajak
penghasilan.
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi (PSAK: 17).

Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari
aktiva tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai aktiva dibebankan
secara bertahap.
Penyusutan Komersial

Aktiva tetap dan akuntansi penyusutan diatur dalam standar akuntansi keuangan di dalam pernyataan
standar akuntansi keuangan (PSAK) Nomor 16 tentang Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain, PSAK Nomor
17 tentang Akuntansi Penyusutan.
 Penyusutan  alokasi sistematis suatu nilai aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang dapat diestimasi. Penyusutan periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
 Jumlah yang dapat disusutkan  jumlah perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang
disubtitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
 Pengukuran penyusutan aktiva tetap berdasarkan pada umur ekonomis maupun umur teknis.
Umur ekonomis bisa lebih pendek dari umur teknis. Misalnya karena perubahan teknologi yang
tepat.
 Nilai sisa atau nilai residu  jumlah neto yang diharapkan dapat di peroleh pada akhir masa
manfaat suatu aktiva setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
 Nilai wajar  suatu jumlah, untuk itu aktiva mungkin dapat ditukar atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahamu dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar
(arm’s length transaction).
 Jumlah tercatat  nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aktiva setelah dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.
Penyusutan Komersial
Biaya Perolehan

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain
yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai
dengan aktiva tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.

Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk biaya impor dan PPN
masukan tidak boleh direstitusikan, dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk
penggunaan yang dimaksudkan, setiap potongan dagan dan rabat dikurangkan dari pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
a. Biaya persiapan tempat;
b. Biaya pengiriman awal, biaya simpan dan biaya bongkar muat;
c. Biaya pemasangan;
d. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.

Apabila suatu aktiva diperoleh secara gabungan maka harga perolehan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing
aktiva yang bersangkutan.
Penyusutan Komersial
Biaya Perolehan

Aktiva tetap yang diperoleh dengan pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang
memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu
nilai yang wajar, biaya perolehannya adalah jumlah tercatat dari aktiva yang
dilepaskan.

Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan atau donasi harus dicatat sebesar
harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun
“modal donasi”.

Pada umumnya standar akuntansi keuangan menganut penilaian berdasarkan harga


perolehan atau harga pertukaran, jadi tidak mengizinkan penilaian kembali aktiva
tetap (revaluasi). Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan
ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus menjelaskan mengenai
penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta
pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan.
Penyusutan Komersial

Kriteria Aktiva yang Dapat Disusutkan

a. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi;


b. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas;
c. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.
Penyusutan Komersial

Masa Manfaat

Yang dimaksud dengan masa manfaat adalah:


a. Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau
b. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan.

Masa manfaat (ekonomis) dari suatu aktiva yang dapat disusutkan untuk suatu perusahaan
mungkin lebih pendek dari usua fisik atau usia teknisnya. Sebagai akibat tambahan terhadap aus
dan kerusakan fisik yang tergantung pada faktor operasional (seperti frekuensi penggunaan aktiva,
program perbaikan dan pemeliharaan), faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan. Faktor-
faktor tersebut termasuk keusangan yang timbul dari perubahan dalam permintaan pasar terhadap
output produk atau jasa dari aktiva, dan pembatasan hukum seperti tanggal batas penggunaan.

Apabila manfaat ekonomi suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai
manfaat ekonomi yang tersisa, penurunan nilai kegunaan aktiva tetap diakui sebagai keuntungan
atau kerugian dalam laporan laba rugi.
Penyusutan Komersial

Metode Penyusutan

Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria
berikut:
a. Berdasarkan waktu:
1) Metode garis lurus (straight-line method)
2) Metode pembebanan yang menurun:
 Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method);
 Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method).

b. Berdasarkan penggunaan
1) Meode jam jasa (service hours method);
2) Metode jumlah unit produksi (productive output method).

c. Berdasarkan kriteria lainnya:


1) Metode berdasarkan jenis dan kelompok (grup and composite method);
2) Metode anuitas (anuity method);
3) Sistem persediaan (inventory systems).
Penyusutan Komersial

Saat Dimulainya Penyusutan

Pada umumnya penyusutan dimulai pada tahun pengeluaran.

Untuk aktiva tetap yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutan dimulai pada tahun
selesainya pengerjaan tersebut. Berbeda dengan penyusutan fiskal yang harus setahun penuh,
penyusutan komersial boleh dilakukan untuk jangka yang lebih pendek. Misalnya perusahaan
membeli aktiva pada bulan Juli 1997, maka untuk penyusutan tahun 1997 perusahaan bisa
membebankan biaya penyusutan selama enam bulan saja, sesuai dengan penggunaan aktiva yang
bersangkutan.

Dasar Penyusutan

Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal baik melalui pembelian maupun
pendirian, penambahan, perbaikan. Apabila perusahaan melakukan penilaian kembali (revaluasi)
maka dasar penyusutannya adalah nilai setelah revaluasi.
Penyusutan Komersial

Pengungkapan

Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aktiva
merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode yang
digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang
digunakan menyediakan bagi para pemakai laporan informasi yang
membuat mereka menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat
membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa,
perlu untuk mengungkapkan jumlah yang dapat disusutkan yang
dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir
periode tersebut.
Penyusutan Fiskal

Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 Ayat (2) UU PPh bahwa pengeluaran untuk
mendapatkan manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan
dibebankan melalui penyusutan. Dalam ketentuan ini pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan mempertahankan penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun tidak dapat dikurangkan sebagai biaya sekaligus pada
tahun pengeluarannya. Namun demikian, dalam perhitungan dan penerapan tarif
penyusutan untuk keperluan pajak, perlu diperhatikan dasar hukum penyusutan
fiskal, karena dapat berbeda dengan penyusutan untuk akuntansi (komersial).
Penyusutan Fiskal

Saat Mulainya Penyusutan Fiskal

Undang-undang Pajak Penghasilan secara khusus dan eksplisit


menetapkan saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan
perolehan. Penyusutan fiskal harus dilakukan sebulan penuh.
Pengecualian dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal
berikut:
a. Harta/aktiva yang masih dalam proses pengerjaan;
b. Harta/aktiva dalam usaha leasing;
c. Wajib pajak yang mengajukan permohonan kepada Direktur
Jenderal Pajak.
Penyusutan Fiskal

Harta/Aktiva dalam Pengerjaan

Untuk harta/aktiva tetap dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut. Jadi walaupun pada umumnya penyusutan atas harta/aktiva dimulai pada
tahun perolehan tetapi untuk harta/aktiva yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu
tahun, perhitungan penyusutan dimulai saat selesainya harta /aktiva yang bersangkutan.

Harta/Aktiva dalam Usaha Sewa Guna Usaha (Leasing)

Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha (leasing) khususnya sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada bulan harta tersebut disewa-guna-usahakan.
Penyusutan Fiskal

Pengelompokkan Harta Berwujud

Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aktiva tetap berwujud yang memenuhi syarat
penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 (dua) golongan:
a. Harta berwujud kelompok bukan bangunan;
b. Harta berwujud kelompok bangunan.

Harta berwujud bukan bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut:

Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat

Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun

Harta berwujud bangunan dikelompokkan menurut masa manfaatnya sebagai berikut:

Kelompok Bangunan Masa Manfaat

Bangunan permanen 20 tahun


Bangunan tidak permanen 10 tahun
Penyusutan Fiskal

Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal

Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk aktiva tetap berwujud
bukan bangunan yaitu metode saldo menurun ganda (double declining balance) atau metode garis
lurus (straight line). Metode mana yang akan dipakai tergantung pada Wajib Pajak, sepanjang
dilaksanakan dengan taat asas. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa metode yang dipilih
harus diterapkan terhadap seluruh kelompok harta.

Dalam hal wajib pajak memilih metode saldo menurun maka pada tahun terakhir masa manfaat
nilai sisa buku harta yang bersangkutan harus disusutkan seluruhnya.

Aktiva tetap bangunan hanya menggunakan satu metode yaitu metode garis lurus.
Penyusutan Fiskal

Tarif Penyusutan untuk Aktiva Tetap Bukan Bangunan

Tarif Penyusutan
Kelompok Harta
Berwujud Garis Saldo
Lurus Menurun
Kelompok 1 25% 50%
Kelompok 2 12,5% 25%
Kelompok 3 6,25% 12,5%
Kelompok 4 5% 10%

Tarif Penyusutan untuk Aktiva Tetap Berupa Bangunan

Tarif Penyusutan
Kelompok Bangunan
(Metode Garis Lurus)
Bangunan permanen 5%
Bangunan tidak 10%
permanen
Manajemen Pajak Untuk Penyusutan
Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk di lakukan dalam perencanaan pajak,
terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal. Berdasarkan Pasal 11 UU PPh
metode penyusutan yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aktiva tetap
bukan bangunan adalah metode garis lurus atau saldo menurun.

Contoh
PT Abadi membeli aktiva tetap berupa mesin, dengan harga perolehan 100 juta. Mesin tersebut
termasuk dalam aktiva tetap kelompok 1. besarnya biaya penyusutan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1
Besarnya biaya penyusutan pertahun dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo
menurun.
Jenis aktiva : Mesin
Harga Peroleham : Rp 100.000.000
Umur : 4 tahun

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun

1 25.000.000 50.000.000
2 25.000.000 25.000.000
3 25.000.000 12.500.000
4 25.000.000 12.500.000
Akumulasi 100.000.000 100.000.000
Penyusutan
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa besarnya biaya penyusutan pertahun berbeda-
beda tetapi pada akhir masa manfaat (tahun ke 3) jumlah akumulasi penyusutan
adalah sama.

Sehingga dalam perpajakan perbedaan besarnya biaya penyusutan ini dikenal


dengan istilah beda waktu/beda sementara.

Walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi
biaya penyusutan sama, namun kalau ditinjau dari nilai tunai (present value)
jumlahnya akan menjadi berbeda.

Dalam contoh ini untuk mengetahui nilai tunai (present value), discount factor yang
digunakan adalah 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2

Besarnya biaya penyusutan dan present value-nya dengan discount factor


20%.

Metode Penyusutan
Tahun Garis Lurus Saldo Menurun d.f. 20%

Nominal PV PV Nominal PV PV

1 25.000.000 20.833.333 50.000.000 41.666.667 0,833333


2 25.000.000 17.361.111 25.000.000 17.361.111 0,694444
3 25.000.000 14.467.593 12.500.000 7.233.796 0,578703
4 25.000.000 12.056.327 12.500.000 6.028.164 0,482253
100.000.000 64.718.364 100.000.000 72.289.738

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp 100.000.000, pada
akhir masa manfaat (tahun ke 4) dengan discount factor 20% jumlah nilai tunai (present value) dari
akumulasi biaya penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus sebesar 64.718.364 dan
menggunakan saldo menurun sebesar 72.289.738.
Tabel 3

Besarnya penghematan pajak antara metode garis lurus dengan saldo


menurun (d.f. 20%).

Garis Lurus Saldo Menurun


Keterangan
Nominal PV PV (d.f. 20%) Nominal PV PV (d.f. 20%)

Harga perolehan 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000


Biaya penyusutan 1.000.000.000 647.183.642 1.000.000.000 722.897.377
PPh 30% 300.000.000 194.155.093 300.000.000 216.869.213
Penghematan Pajak = 216.869.213 – 194.155.093 = 22.714.120

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat


dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung besarnya
biaya penyusutan. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak tertinggi yaitu 30%,
karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp 100 juta.
Dengan discount factor 20% besar penghematan pajak adalah Rp 216.869.213 –
194.155.093 = 22.714.120.

Anda mungkin juga menyukai