KOMUNIKASI
Khodijah Al Kurnia
221010501526
01SMJE030
Latar Belakang Motivasi Dan
Komunikasi
MOTIVASI
Motivasi dalam dunia kerja adalah suatu yang dapat
menimbulkan semangat atau dorongan kerja.
motivasi kerja memiliki hubungan dengan prestasi kerja.
Prestasi kerja adalah hasil dari interaksi antara motivasi
kerja, kemampuan, dan peluang.
Bila kerja rendah, maka prestasi kerja akan rendah
meskipun kemampuannya ada dan baik, serta memiliki
peluang.
Motivasi kerja seseorang dapat bersifat proaktif atau reaktif.
Pada motivasi yang proaktif seseorang akan berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuannya sesuai dengan
yang dituntut oleh pekerjaanya atau akan berusaha untuk
mencari, menemukan atau menciptakan peluang dimana ia
akan menggunakan kemampuan-kemampuannya untuk dapat
berprestasi tinggi.
Sebaliknya motivasi yang bersifat reaktif cenderung
menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa:
Gambaran bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang kekuatannya antara satu
dan lainnya yakni antara satu individu dengan individu lainnya berbeda-beda dan tidak
sama, sehingga akan menimbulkan dorongan kebutuhan yang tidak seimbang yang
dilakukan dengan melalui tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan untuk mencapai
tujuan, dan setelah mencapai tujuan melalui tindakan tadi barulah akan terasa terpuaskan.
Teori – teori Motivasi
Berikut adalah beberapa teori motivasi, antara lain:
1. Teori Kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakikatnya untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu apabila pimpinan ingin memotivasi
bawahannya, harus mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
Maslow salah seorang yang mengkaji teori kebutuhan berpendapat bahwa
kebutuhan yang diinginkan seseorang berjenjang, artinya bila kebutuhan yang
pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang
utama. mengkaitkannya dengan factor lingkungan. Sebaliknya bila pegawai itu
puas, hal tersebut selalu dihubungkannya dengan pekerjaan itu sendiri.
2. Teori Motivasi Instrumental
Teori Instrumental ini meliputi teori tukar menukar (exchange
theory) dan teori harapan (expectancy theory). Secara ringkas
mengenai teori tukar menukar dalam buku Administrative
Behavior tulisan Simon (1997:141) lebih dikenal dengan sebutan
model of organizational equilibrium dijelaskan bahwa, dalam
setiap organisasi selalu terjadi proses tukar menukar atau jual beli
antara organisasi dengan orang –orang yang bekerja di dalamnya.
Orang-orang menyumbangkan pengetahuannya kepada organisasi
dan organisasi memberi imbalan atau menukarnya dengan gaji atau
upah. Hasil produksi organisasi, baik yang berupa barang ataupun
jasa, kemudian dijual. Hasil penjualan merupakan pendapatan
organisasi, dari pendapatan inilah organisasi memberikan imbalan
kepada pegawainya.
3. Teori motivasi klasik
Teori motivasi Frederik Winslow Taylor, dinamakan teori motivasi
klasik karena ia memandang motivasi para pekerja hanya dari sudut
pemenuhan kebutuhan biologis saja. Kebutuhan biologis tersebut
dipenuhi melalui gaji/upah yang diberikan, baik berupa uang ataupun
barang sebagai imbalan dari prestasi yang telah diberikannya. Dengan
demikian teori ini beranggapan bahwa jika gaji pekerja ditingkatkan
maka dengan sendirinya ia akan lebih bergairah bekerja.
4. Teori motivasi Claude S. George
Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang
berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja. Antara lain:
3
Komunikasi
4. Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi.
Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi sehingga sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan.
Prasangka mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan berpandangan
negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi. Menurut Pandji Anoraga, terdapat
hambatan-hambatan yang dialami atasan maupun bawahan dalam proses komunikasi
dialogis.
Hambatan-hambatan pada pihak atasan :
a. Kurangnya kesediaan mendengarkan
Sikap dan tingkah laku atasan dalam mendengarkan memainkan peranan penting bagi
komunikasi dialogis yang efektif.
b. Segan terlibat urusan pribadi
Para atasan umumnya segan terlibata dengan persolan bawahan yang bersifat pribadi. Di lain
pihak, bawahan sering sulit memisahkan antara persoalan pribadi dengan persolan pekerjaan
sehingga mereka sukar membicarakan hal tersebut.
c. Prasangka
Komunikasi dilaogis membuat bawahan berkesempatan menyalurkan apa yang ia pendam di
hati, serta dapat melepaskan ganjalan emosional dan ketidakpuasan. Atasan berprasangka
dengan adanya komunikasi dialogis akan memperkuat kebiasaan mengeluh dan mengkritik
dari para bawahan. Semestinya dengan keluhan dan kritikan tersebut atasan mudah menyadari
dan mengetahui kegagalan dan kekeliruan yang terjadi.
d. Sikap bertahan
Kita semua cenderung mempertahankan diri dengan komunikasi dialogis,
kemungkinan kekeliruan atasan akan diketahui bawahan menjadi lebih besar. Padahal
itu tidak mengurangi kredibilitas atasan dimata bawahannya. Bahkan bila atasan
bersikap terbuka dan sportif, maka penghargaan bawahannya akan semakin bertambah.
e. Kurang waktu
Mendengarkan itu memakan waktu. Banyak atasan yang tenggelam dengan kesibukan
kerjanya. Hal demikian membuat pemimpin sukar sekali menyediakan waktu untuk
diskusi. Kesulitan ini lebih terasa bagi atasan yang berjalan sendiri, memecahkan
sendiri persoalanpersoalan di unit kerjanya, dan tidak kenal sistem diskusi dengan
bawahan.
Hambatan-hambatan pada pihak bawahan:
a. Keterbatasan pengetahuan
Hambatan pengetahuan sering mempersulit komunikasi dari bawahan ke atasan. Bagi
atasan, menyampaikan gagasan dan pesan buat bawahannya tidak sukar karena ia tentu
memahami wawasan dan cara berfikir serta persoalan-persoalan pada level bawahan yang
lebih banyak menghadapi kesulitan untuk berkomunikasi dengan atasannya, yang tidak ia
ketahui bagaimana lingkungan lingkup kerja, cara berfikir dan persoalan-persoalnya.
b. Prasangka emosional
Kebanyakan bawahan punya sikap emosional dan prasangka. Perasaan-perasan mereka
sering bercampur aduk dengan pengamatannya terhadap persoalan-persoalan. Sering kali
dalam mengemukakan pendapatnya, jauh-jauh hari mereka sudah siap bahwa pendapat
tersebut pasti ditolak. Akibatnya mereka sering ragu-ragu berbicara. Kalau pendapatnya
ditolak, prasangka makin tebal. Tetapi jika pendapatnya diterima mereka pun terkejut.
c. Perbedaan wewenang
Komunikasi dari atasan ke bawahan lebih mudah dibandingkan sebaliknya. Para atasan
lebih bebas untuk memanggil dan berbicara dengan bawahannya kapan saja ia mau.
Bawahan umumnya tidak punya keberanian psikologis sebesar itu
RUMUSAN MASALAH
MOTIVASI DAN KOMUNIKASI
1. Apa gunanya motivasi dan komunikasi dalam dunia kerja?
2. Apa yang dapat di simpulkan dari motivasi?
3. Dalam hambatan pihak-pihak atasan apa yang di maksud dengan kurangnya
waktu?
4. Hambatan komunikasi adalah?
5. Bagaimana bisa terjadinya proses komunikasi?
6. Apa yang di maksud pengertian komunikasi menurut Harold Lasswell ?
MANFAAT DAN
TUJUAN
Terdapat beberapa tujuan dan manfaat motivasi menurut Malayu (2015:146)
antara lain :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2. Meningkatkan produktifitas kerja karyawan.
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan, meningkatkan kedisiplinan karyawan.
4. Mengefektifkan pengadaan karyawan.