Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
S
IP
II
X
GROUP 4
FAI Q A K M A L
R A D I T Y O FA R R E LY N O
PUTRI CHAERUNISA
M E L N A H E R AWAT I
PENDAHULUAN
Tata ruang wilayah adalah wujud susunan dari suatu tempat kedudukan yang berdimensi luas dan isi
dengan memperhatikan struktur dan pola dari tempat tersebut berdasarkan sumber daya alam dan
buatan yang tersedia serta aspek administratif dan aspek fungsional untuk mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan demi kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Menurut UU No. 26 Tahun 2007, untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka
diperlukan upaya penataan ruang. Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan sehingga
masyarakat perlu mendapat akses dalam proses perencanaan tersebut. Penataan ruang adalah
suatu sistemproses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Kegiatan penataan ruang dimaksudkan untuk mengatur ruang dan membuat suatu tempat
menjadi bernilai dan mempunyai ciri khas dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana. Potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia, dan sumber daya buatan kondisi ekonomi, sosial budaya, politik, hukum,
pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan, geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
PERENCANAAN TATA RUANG NASIONAL
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan
danstrategi pemanfaatan ruang wilayah negara yang dijadikan acuan untuk
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional adalah 20 tahun, dengan peninjauan kembali setiap satu kali dalam 5
tahun.
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:
Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional.Penyusunan rencana
pembangunan jangka menengah nasional.Pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah nasional.Pewujudan keterpaduan, keterkaitan,
dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian
antarsektor.Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi.Penataan ruang
kawasan strategis nasional.Penataan ruang wilayah provinsi dan
kabupaten/kota.Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional
meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
PERENCANAAN TATA RUANG JAWA TIMUR
Rencana pola ruang Provinsi Jawa Timur secara garis besar diwujudkan dalam rencana kawasan lindung,
kawasan budi daya serta kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Pola ruang kawasan ini ditekankan pada
kesesuaian fungsi wilayah, mengingat besarnya pergeseran pemanfaatan kawasan lindung untuk kawasan
budi daya. Maka diperlukan penanganan dan pengembalian fungsi lindung, sedangkan pada kawasan budi
daya dioptimalkan pemanfaatannya dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
Sedangkan untuk kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, kegiatan yang dikembangkan diarahkan untuk
tidak mengganggu keseimbangan ekosistem pesisir. 4.1 KAWASAN LINDUNG Kawasan lindung adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melidungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
pembangunan berkelanjutan.
KAWASAN LINDUNG DI PROVINSI JAWA TIMUR TERDIRI DARI: KAWASAN HUTAN LINDUNG,
KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT, KAWASAN SUAKA ALAM, PELESTARIAN ALAM DAN
CAGAR BUDAYA, KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM, KAWASAN LINDUNG GEOLOGI, DAN
KAWASAN LINDUNG LAINNYA. SECARA KESELURUHAN, LUAS EKSISTING KAWASAN
LINDUNG TERSEBUT ADALAH SEBESAR 549.333,80 HA ATAU SEBESAR 11,49% DARI
KESELURUHAN WILAYAH DARATAN PROVINSI JAWA TIMUR. NAMUN DEMIKIAN, TERDAPAT
INDIKASI PENURUNAN FUNGSI PERLINDUNGAN KAWASAN TERSEBUT SEIRING
PERKEMBANGAN WAKTU YANG PENYEBAB TERBESARNYA ADALAH PERUBAHAN KEGIATAN
LINDUNG MENJADI BUDI DAYA DI ATASNYA. DI SISI LAIN, KEWAJIBAN PENYEDIAAN HUTAN
SELUAS MINIMAL 30% (UU 26/2007) SECARA KHUSUS BELUM DAPAT TERPENUHI MENGINGAT
KONDISI PULAU JAWA SECARA UMUM SUDAH DIDOMINASI KAWASAN BUDI DAYA. SEHINGGA
UNTUK MEMENUHI FUNGSI PERLINDUNGAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, MAKA
DIHARAPKAN FUNGSI PERLINDUNGAN INI JUGA DAPAT DIPENUHI MELALUI PENGELOLAAN
KAWASAN HUTAN PRODUKSI MAUPUN HUTAN RAKYAT SECARA BERKELANJUTAN. ADAPUN
TOTAL JUMLAH KAWASAN HUTAN YANG TERDIRI DARI HUTAN LINDUNG, KONSERVASI, DAN
PRODUKSI ADALAH SELUAS 1.361.146 HA (28,48% DARI LUAS WILAYAH JAWA TIMUR) DAN
JIKA DITAMBAHKAN DENGAN PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT, MAKA DAPAT MELEBIHI
DARI 20% DARI LUAS DARATAN WILAYAH JAWA TIMUR.
BANGKALAN
RENCANA HIRARKI PERKOTAAN
Kabupaten Bangkalan dibagi menjadi beberapa tingkatan hirarki yang disebut sebagai PKN atau Pusat
Kegiatan Nasional. PKN tersebut dibentuk oleh perkembangan dan pertumbuhan kota. Sehubungan
dengan adanya penentuan struktur kota-kota dalam Propinsi Jawa Timur yang menempatkan Kota
Bangkalan (ibukota Kabupaten) sebagai Kawasan Perkotaan Metropolitan, berarti struktur kota-kota di
kabupaten Bangkalan akan mengikuti hirarki tersebut (PKN, PKL ,PPK Dan PPL ).
RENCANA SISTEM PERWILAYAHAN
Dalam kerangka ini, untuk penyebarluasan kegiatan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Bangkalan ,
maka ditetapkan Sub Satuan Wilayah Pengembangan (SSWP).
BANGKALAN
RENCANA SISTEM PRASARANA WILAYAH
TRANSPORTASI DARAT / Pengembangan Jaringan Jalan
Jalan lintas Selatan: Kamal — Labang — Kwanyar — Modung — Sreseh (Sampang)
Jalan Lintas Utara: Kota Bangkalan — Arosbaya — Klampis — Sepulu — Tanjung Bumi
Jalan Lintas Tengah: Sepulu — Tanah Merah — Kwanyar
Jalan Lintas Tengah: Tanjung Bumi — Blega — Modung
Jalan arteri primer interchange Burneh — kws. Internasional hub di Klampis
Jalan sirip akses suramadu — telang — pelabuhan khusus Socah
Jalan sirip akses suramadu — kota Bangkalan
Pembangunan Terminal tipe A di Akses Suramadu, Desa Masaran, Kec. Tragah
Revitalisasi jaringan Kereta Api
Pengembangan Pelabuhan Kamal sebagai alternative penyeberangan dan kawasan wisata bahari
TRANSPORTASI LAUT
Pembangunan Pelabuhan khusus di Kecamatan Socah
Pembangunan internasional hub di kecamatan Klampis
Pengembangan pelabuhan regional di Tanjung Bumi dan Sepulu
BANGKALAN
PRASARANA TELEMATIKA
Pengembangan Jaringan fixed telepon ke seluruh wilayah kabupaten
Pembangunan Base Transceiver Station (BTS) terpadu
PRASARANA SUMBER DAYA AIR
Pembangunan embung di kawasan-kawasan rawan air
Pembangunan waduk Blega untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan industri
Pembangunan jaringan irigasi baru untuk memperluas kawasan pertanian irigasi teknis
PRASARANA ENERGI
Pengembangan PLTG di desa Gili, Kecamatan Kamal
Pembangunan PLTU di kawasan utara Bangkalan dengan kapasitas 100 MW
PRASARANA LINGKUNGAN
Pengembangan TPA berbasis 3R di Desa Buluh, kecamatan Socah
Pembangunan TPA regional di kecamatan Tanah Merah
MADIUN
(1) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c meliputi:
a.rencana sistem pusat pelayanan kota; dan
b. rencana sistem prasarana wilayah kota.
(2) Rencana sistem pusat pelayanan kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. rencana pusat pelayanan kota;
b. rencana sub pusat pelayanan kota; dan
c. rencana pusat lingkungan.
(3) Rencana sistem prasarana wilayah kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. rencana sistem jaringan transportasi
b. rencana sistem jaringan energi;
c. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
d. d. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
e. e. rencana sistem jaringan infrastruktur kota.
(4) Peta rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Daerah ini.
MADIUN
Tujuan penataan ruang wilayah adalah:
a. mensinkronisasikan antar produk tata ruang/antar program pembangunan dan menjaga
konsistensi dan kesinambungan antar kebijaksanaan/program pembangunan;
b. menyiapkan perwujudan dengan melaksanakan dan mengakomodasi program-program
pembangunan;
c. mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
d. menciptakan keharmonisan dan keserasian antara lingkungan alam dan buatan;
e. menjaga fungsi lindung dalam upaya keseimbangan ekosistem wilayah.
MADIUN
Permasalahan kota madiun:
Kota Madiun cenderung terpusat di wilayah pusat kota. Hal ini menyebabkan
penyediaan infrastruktur dan fasilitas penunjang kegiatan wilayah kota lebih banyak terdapat di pusat
kota. Akibatnya perkembangan wilayah Kota Madiun cenderung kurang merata karena
perkembangan wilayah pinggiran kota cenderung lambat. Selain itu jika dilihat dari pertumbuhan
penduduk, terjadi ketidak merataan penyebaran kepadatan penduduk dan pertumbuhan
penduduk di Kota Madiun. Kecenderungan pemusatan penduduk berada di pusat kota yang
merupakan wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi, sedangkan di daerah barat sungai atau
wilayah barat Kota Madiun kepadatan penduduknya relatif rendah
SURABAYA
Tujuan penataan ruang Kota Surabaya adalah mengembangkan ruang kota metropolitan berbasis
perdagangan dan jasa sebagai pusat pelayanan Nasional dan Internasional yang berkelanjutan
sebagai bagian dari KSN Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan
(Gerbangkertasusila).
Kebijakan dan strategi pola ruang wilayah Kota Surabaya sebagaimana , meliputi :
a. Kebijakan dan strategi pemantapan kawasan lindung:
b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya;
c. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis.
PERMASALAHAN SURABAYA
kontestasi dan konflik dengan melibatkan aktor pemerintah, masyarakat, dan kekuatan
kapitalis/investor. Kedua, kerangka penataan ruang yang menggunakan Perda RTRW
No. 3 Tahun 2007 telah menimbulkan dampak yang berujung pada penguatan dan
keberpihakan pemerintah kota kepada pihak kapitalis/investor. Kedua hal tersebut
dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosio-spasial. Penelitian dilakukan
dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif. Problematika
praktik tata ruang yang ada di Surabaya merupakan indikasi dari transformasi dalam
proses penataan ruang di mana ruang bukan hanya diproduksi dan direproduksi untuk
kepentingan klas kapitalis, melainkan juga ruang direstrukturisasi dengan cara
mengubah fungsi ruang dan diperuntukkan untuk publik. Hal ini relevan dengan
perkembangan kajian penataan ruang mutakhir yang menunjukkan bahwa praktik
penataan ruang di perkotaan merupakan refleksi dari kondisi sosial, ekonomi, dan
politik.
PERMASALAHAN PERENCANAAN TATA RUANG
DI PROVINSI JAWA TIMUR
• Banjir tahunan
Banjir tahunan itu meliputi di Bojonegoro, Lamongan, Gresik karena luapan Sungai Bengawan Solo; di Gresik
dan Surabaya sisi barat akibat luapan Kali Lamong; di Kota Sampang akibat luberan Kali Kemuning; dan di
Pasuruan karena meluapnya Sungai Rejoso. Banjir akibat meluapnya empat sungai itu menjadi masalah yang
selalu muncul setiap tahunnya. Di Sampang dan Pasuruan misalnya, banjir tersebut dapat melumpuhkan arus
lalu lintas di ruas jalan utama hingga berhari-hari. Adapun dampak meluapnya Sungai Bengawan Solo, warga
di wilayah yang dilewati sungai tersebut terpaksa mengungsi.
• Konflik dan kontestasi penataan ruang
kontestasi dan konflik dengan melibatkan aktor pemerintah, masyarakat, dan kekuatan kapitalis/investor.
Kedua, kerangka penataan ruang yang menggunakan Perda RTRW No. 3 Tahun 2007 telah menimbulkan
dampak yang berujung pada penguatan dan keberpihakan pemerintah kota kepada pihak kapitalis/investor.
Kedua hal tersebut dianalisis dengan menggunakan pendekatan sosio-spasial. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis deskriptif. Problematika praktik tata ruang yang ada di
Surabaya merupakan indikasi dari transformasi dalam proses penataan ruang di mana ruang bukan hanya
diproduksi dan direproduksi untuk kepentingan klas kapitalis, melainkan juga ruang direstrukturisasi dengan
cara mengubah fungsi ruang dan diperuntukkan untuk publik. Hal ini relevan dengan perkembangan kajian
penataan ruang mutakhir yang menunjukkan bahwa praktik penataan ruang di perkotaan merupakan refleksi
dari kondisi sosial, ekonomi, dan politik.
THANKS!