Kelompok 7
IHSAN WAHYUDI 1541012151
MELIZA ASRI 1541012158
RAHMAWATI KUSWANDI1541012166
SENJA MULIA H. 1541012171
YANITA EKA PUTRI 1541012179
Apoteker III/2015
Universitas Andalas
HATI
Penyimpanan
glikogen, lemak, besi, tembaga
Pengolahan dan banyak vitamin.
Pengeluaran
metabolik eksresi
kategori nutrien utama bakteri dan sel darah
(karbohidrat, lemak, protein) merah yang usang, berkat
adanya makrofag residen.
FISIOLOGI Dan eksresi kolesterol dan
bilirubin
Sintesis berbagai HATI
protein plasma
mencakup protein-protein Detoksifikasi
penting untuk pembekuan
atau degradasi zat-zat sisa
darah serta mengangkut
hormon tiroid, steroid, dan dan hormon serta obat dan
kolesterol dalam darah. senyawa asing lainnya.
Pengaktifan
vitamin D
Oleh hati bersama ginjal.
Hematemesis dan melena
SIROSIS
Induksi obat atau racun
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan
berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alkohol.
• ALKOHOL
Awalnya sel-sel hati membengkak dan mungkin ada kandungan lemak.
Kondisi yang disebut beralkohol lemak hati. Setelah itu hati secara
keseluruhan adalah inflammed dan bengkak, yang menimbulkan beralkohol
hepatitis. Akhirnya adalah parut mengarah ke sirosis hati. Hati kehilangan
kemampuannya untuk fungsi dan mungkin gagal yang dapat berakibat fatal.
Induksi obat dan racun
• Obat-obat toksin
Obat juga dapat merusak hati, seperti :
– acetaminophen (demam obat) yang dapat mengakibatkan
kegagalan hati dalam overdoses.
– Beberapa obat-obatan yang menurunkan kolesterol seperti
statin dan niasin juga kerusakan hati.
– Obat-obatan merusak hati lainnya meliputi nitrofurantoin,
tetrasiklin, isoniazid (antibiotik) atau metotreksat (obat anti
kanker).
Infeksi
• Hepatitis a
virus-virus ini ditularkan melalui faeces dan air yang terkontaminasi.
Meskipun ini menyebabkan kerusakan hati akut, di beberapa individu dapat
mengakibatkan penyakit jangka panjang hati. Akut kerusakan hati dapat
mewujudkan sebagai penyakit kuning, demam, mual dan muntah. Meskipun
ringan, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan yang parah dan bahkan hati
kegagalan.
• Hepatitis b dan c
virus menyebar melalui transfusi darah yang terinfeksi, terkontaminasi jarum
dan cairan tubuh lain. Jangka panjang infeksi virus ini bahkan dapat
menyebabkan kanker hati. Ada vaksin terhadap hepatitis b tapi tidak ada
terhadap hepatitis C.
Kelainan metabolik
Hemokromatosis terlalu banyak besi di dalam hati
galaktosemia
Ketidakmampuan memetabolisme
galaktosa
Kekurangan enzim untuk
tirosinemia
memetabolisme tirosin
Faktor lainnya
• Kolestasis intra dan ekstra hepatik.
• Gagal jantung dan obstruksi aliran vena hepatika.
• Gangguan imunitas.
hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh merasakan hati sel sebagai
asing dan menyerang itu. Ini umumnya mempengaruhi perempuan lebih
dari laki-laki.
• Sirosis biliaris primer dan sekunder, hal ini juga merupakan suatu kondisi
yang dianggap autoimun patologi. Ada sirosis parah yang menghancurkan
saluran empedu yang memungkinkan aliran normal empedu menyeluruh
hati.
• Idiopatik atau kriptogenik.
Penyebab sirosis hati yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
kriptogenik
mekanisme terjadi sirosis
sel stella
mekanisme terjadi
menghasilkan
sirosis (lanjutan)
Deposit (menumpuk) di
Fibrin / kolagen
sekitar sel stella
Terbentuk septa
Menekan daerah sinusoid Fibrosis hati
fibrosa dan nodul hati
SIROSIS
Perubahan • Palmar eritema
metabolisme
IKTERUS bilirubin
metabolisme • Angioma
steroid • ginecomastia
retensi cairan
Pembuluh tekanan ASITES dan dan Na
darah pecah hidrostatik EDEMA
Penekanan
Hemetemesis diafragma
Ruang paru
dan melena menyempit
Sesak nafas
Patologis
• Perlukaan hati yang terus menerus
• Baik dalam waktu singkat maupun kronik
• Hati merespon kerusak tersebut dengan membentuk matriks
ekstraseluler yang mengandung kolagen, glikoprotein, dan
proteoglikans, dimana sel-sel yang berperan dalam proses
pembentukan ini adalah sel stellata
• Pada cedera akut, sel stellata akan membentuk kembali matriks
ekstraseluler yang akan memacu timbulnya jaringan parut
disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati
sehingga ditemukan pembengkakan pada hati.
• Peningkatan deposisi kolagen pada perisinusoidal dan
berkurangnya ukuran dari fenestra endotel hepatik
menyebabkan kapilerisasi (ukuran pori seperti endotel
kapiler ) dari sinusoid.
• Sel stellata dalam memproduksi kolagen mengalami
kontraksi yang cukup besar untuk menekan daerah
perisinusoidal. Adanya kapilarisasi dan kontraktilitas sel
stellata inilah yang menyebabkan penekanan pada
banyak vena di hati sehingga mengganggu proses aliran
darah ke sel hati dan pada akhirnya sel hati mati.
• Kematian hepatocytes dalam jumlah yang besar akan
menyebabkan banyaknya fungsi hati yang rusak sehingga
menyebabkan banyak gejala klinis. Kompresi dari vena pada hati
akan dapat menyebabkan hipertensi portal yang merupakan
keadaan utama penyebab terjadinya manifestasi klinis.
• Mekanisme primer penyebab hipertensi portal adalah
peningkatan resistensi terhadap aliran darah melalui hati. Selain
itu, biasanya terjadi peningkatan aliran arteriasplangnikus.
Kombinasi kedua faktor ini yaitu menurunnya aliran keluar
melalui vena hepatika dan meningkatnya aliran masuk bersama-
sama yang menghasilkan beban berlebihan pada sistem portal.
• Pembebanan sistem portal ini merangsang timbulnya aliran kolateral
guna menghindari obstruksi hepatik (varises). Hipertensi portal ini
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi
ginjal pun menurun. Hal ini meningkatkan aktivitas plasma rennin
sehingga aldosteron juga meningkat.
• Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit
terutama natrium. Dengan peningkatan aldosteron maka terjadi
retensi natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan dan
lama-kelamaan menyebabkan asites dan juga edema.
• Hal ini menunjukkan bahwa sirosis hepatis merupakan penyakit hati
menahun yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai
nodul dimana terjadi pembengkakan hati.
Tanda Klinik
• Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis.
Penguningan pada kulit dan mata terjadi ketika liver sakit dan
tidak bisa menyerap bilirubin. Ikterus dapat menjadi
penunjuk beratnya kerusakan sel hati. Ikterus terjadi
sedikitnya pada 60 % penderita selama perjalanan penyakit
• Timbulnya asites dan edema pada penderita sirosis
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein
albumin, air menumpuk pada kaki (edema) dan abdomen
(ascites). Faktor utama asites adalah peningkatan tekanan
hidrostatik pada kapiler usus. Edema umumnya timbul
setelah timbulnya asites sebagai akibat dari
hipoalbuminemia dan resistensi garam dan air.
Tanda Klinik
• Pembengkakan hati
Pembesaran hati dapat ke atas mendesak diafragma dan ke
bawah. Hati membesar sekitar 2-3 cm, dengan konsistensi
lembek dan menimbulkan rasa nyeri bila ditekan.
• Hipertensi porta
Hipertensi portal adalah peningkatan tekanan darah vena
portal yang menetap di atas nilai normal. Penyebab hipertensi
portal adalah peningkatan resistensi terhadap aliran darah
melalui hati.
Child-Turcotte-Pugh score
• Skor kriteria Child-Turcotte-Pugh menunjukan derajat
kerusakan hati.
• Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin
buruk prognosis dari pasien. Penderita sirosis hati
dengan Child-Turcotte-Pugh C mempunyai resiko
kematian yang lebih besar daripada penderita dengan
Child-Turcotte-Pugh B dan A.
Kriteria Child-Turcotte-Pugh
• Pemeriksaan Laboratorium
– Pada darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normosister,
hipokrom mikrosister/hipokrom makrosister.
– Kenaikan kadar enzim transaminase-SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini
timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan
billirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis
inaktif.
Pemeriksaan Penunjang
– Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang, dan juga
globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati yang kurang dan
menghadapi stress.
– Pemeriksaan CHE (kolinesterasi). Ini penting karena bila kadar CHE turun,
kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal/tambah turun akan menunjukkan
prognosis jelek.
– Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L menunjukkan
kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
– Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg, HcvRNA, untuk
menentukan etiologi sirosis hati dan pemeriksaan AFP (Alfa Feto Protein) penting
dalam menentukan apakah telah terjadi transformasi ke arah keganasan.
Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi
– dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises
esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal. Esofagoskopi :
dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis
hati/hipertensi portal.
• Ultrasonografi
– pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat
pemeriksaan rutin pada penyakit hati
Penatalaksanaan Terapi
• Penatalaksanaan Terapi dan prognosis sirosis hati tergantung pada derajat
komplikasi kegagalan hati dan hipertensi portal.
• Dengan kontrol pasien yang teratur pada fase dini akan dapat dipertahankan
keadaan kompensasi dalam jangka panjang dan kita dapat memperpanjang
timbulnya komplikasi.
• Dilakukan venaseksi 2x seminggu sebanyak 500cc selama setahun. Pada penyakit
wilson (penyakit metabolic yang diturunkan) diberikan D-penicilamine 20 mg/kg
BB/hari yang akan mengikat kelebihan cuprum, dan menambah ekskresi melalui
urine.
• Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid, pada keadaan lain
dilakukan terapi terhadap komplikasi yang timbul
Penatalaksanaan Terapi
• Untuk asites
– diet rendah garam 0,5 g/hari dan total cairan 1,5 L/hari.
– Spirolakton dimulai dengan dosis awal 4 x 25 mg/hari dinaikkan sampai
total dosis 800 mg sehari, bila perlu dikombinasi dengan furosemid.
• Perdarahan varises esophagus.
– Pasien dirawat di RS sebagai kasus perdarahan saluran cerna.
– Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik 100 x/menit atau Hb 9
dilakukan pemberian dekstrosa/salin dan transfusi darah secukupnya.
– Diberikan vasopresin 2 amp. 0,1 g dalam 500 cc cairan d 5 % atau salin
pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
Penatalaksanaan Terapi
• Untuk ensefalopati dilakukan koreksi faktor pencetus seperti:
– pemberian KCL pada hipokalemia,
– aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada varises,
dilakukan klisma,
– pemberian neomisin per oral.
– Pada saat ini sudah mulai dikembangkan transplantasi hati dengan menggunakan
bahan Cadaveric Liver.
• Terapi yang diberikan berupa antibiotic seperti cefotaxime 2 g/8 jam IV
amoxicillin, aminoglikosida.
• Sindrom hepatorenal/nefropati hepatic, terapinya adalah imbangan air
dan garam diatur dengan ketat, atasi infeksi dengan pemberian
antibiotic, dicoba melakukan parasentesis abdominal dengan ekstra hati-
hati untuk memperbaiki aliran vena cava, sehingga timbul perbaikan
pada curah jantung dan fungsi ginjal.
Vitamin E
• Vitamin E dapat mencegah kerusakan pada hati dan sirosis,
menurut percobaan dengan memberi suplemen vitamin E
pada tikus dalam jumlah yang meningkatkan konsentrasi
vitamin E hati.
• Suplemen vitamin E meningkatkan kandungan vitamin dalam
tiga bagian hati dan mengurangi kerusakan oksidatif pada sel-
sel hati, tetapi tidak memiliki dampak perlindungan apapun
pada infiltrasi lemak hati. Sirosis juga tampak dapat dicegah
dalam kelompok tikus yang diberi suplemen vitamin E.
OBAT UNTUK KOMPLIKASI SIROSIS
1. Asites
2. Ensefalopati
3. Peritonitis bakterial spontan
• Metronidazol
– Dosis : 400-800 mg per oral per hari dalam dosis terbagi
– ES : gangguan GI, mual, anoreksia, rasa kecap logam, muntah, urtikaria,
pruritus
• Neomycin
– Dosis : 2-4 g per oral per hari dalam dosis terbagi
– ES : Nausea, muntah, diare, reaksi alergi, diare, jarang ototoksisitas,
nefrotoksisitas
Peritonitis bakterial spontan
• Ampisilin
– Dosis :
• Dewasa: Oral, 250-500 mg setiap 6 jam. Maksimum 4 g sehari.
IM/IV, 500 mg – 1 gram Setiap 4-6 jam .
• Anak-anak : oral 7,5-25 mh/kgBB setiap 6 jam, sampai 4 gram
sehari. IM/IV, 10-25 mg/kgBB setiap 6 jam, maksimum 50 mh/kgBB
setiap 4 jam
– KI: hipersensitifitas penisilin
– ES: reaksi alergi, anafilaktik, diare, mual, muntah, nyeri
abdomen, superinfeksi.
Peritonitis bakterial spontan
• Cefotaxim
– Dosis :
• Dewasa : IV, 1-2 g setiap 8-12 jam, maksimum 12 g sehari.
• Anak-anak : IV 25-50 mg/KgBB setiap 8 jam
– KI : Hipersensitifitas terhadap penisilin, sefalosporin, atau carbapenem
– ES : Pankreatitis, anafilaksis
• Ceftriaxon
– Dosis :
• Dewasa : IM/IV 1-2 g 1x/sehari (atau dalam 2 dosis terbagi), maksimum 4 g sehari.
• Anak-anak : IM/IV 50 mg/kg 1 x sehari.
– KI : Hipersensitifitas terhadap penisilin, sefalosporin, atau carbapenem
– ES : Pankreatitis, anafilaksis
CASE
Majalah Kedokteran Andalas No.2. Vol.31. Juli – Desember 2007
“Sirosis hepatis dengan hipertensi portal dan pecahnya varieses esofagus”
Alkali 30 – 130 U/L 1816 U/L sirosis, hepatitis metastase, hepatitis, kolestasis, infi
fosfatase ltrating hati disease
parameter Normal Nilai labor normal
• SI
menurun Anemia defisiensi Fe
Kriteria child pugh
parameter Pemeriksaan pasien score
Asites Sedang 3
Ensefalopati ringan 2
Bilirubin serum 4,47 3
Albumin serum 3,2 2
Protombine time - 1
Pemeriksaan lab
Parameter Nilai lab Nilai normal
Protein total 5,4 gr% 6,2-8,0 gr%
Albumin 2,58 gr% 3,8-5,0 gr%
globulin 2,82 gr% 2,3-3,2 gr%
Pengobatan
• Antibiotik diganti dengan ampisilin sulbaktam 4 x 500
mg
Perawatan hari ke-14
• dilakukan endoskopi, didapatkan kesan varises eso-
phagus dan gastropati hipertensi,
• Diketahui varises pecah 1 buah.
• Pasien direncanakan dilakukan biopsi hepar tetapi
orang tua pasien belum setuju.
Perawatan ke-17
• Dilakukan skleroterapi,
• Kemudian diberi-kan :
– IVFD dektrose 5% : NaCl 0,9% =3:1,
– Vitamin K 2,5 mg IM (3 hari berturut-turut),
– sukralfat 3 x 250 mg per oral,
– asam traneksamat 3 x 175 mg IV.
Saran
• Ditambah pemberian vitamin E, untuk meningkatkan
penyerapan dari vit K (1,25-2,5mg) 8s/d12 jam IM
sebaiknya dikombinasi dg vit.E u/ me↑↑
penyerapannya
• Pemberian sukralfat diganti menjadi 4x 125 mg, karena
sukralfat dapat bertahan selama 6 jam dalam lambung
• Dosis asam traneksamat sebaiknya dimulai dari dosis
terendah , untuk anak 10mg/kgBB x13kg= 130mg IV
Perawatan ke-18
• pasien dikonsulkan ke Dokter Bedah Anak dengan
jawaban konsul: Hepatomegali dengan ikterus intra
hepatal. saat itu tidak ada indikasi bedah.
Perawatan ke-28
Pemeriksaan fisik
• Tidak ada demam, muntah dan perdarahan
• pasien sadar,
• nadi 110 kali/menit,
• nafas 32 kali/menit,
• suhu 38ºC,
• jantung dan paru normal
Pemeriksaan labor
• labor Hb 8,4,
• leukosit 10.100/mm,
• trombosit 103.000/mm
• Pasien minta pulang atas permintaan sendiri.