Anda di halaman 1dari 31

PEMERIKSAAN

HIDUNG
dr. MOELYADHI, Sp.THT

KEPANITERAAN KLINIK SMF TELINGA, HIDUNG, DAN


TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
2020
ANAMNESIS
HIDUNG

1. Sekret
2. Hidung Tersumbat
3. Perdarahan
4. Gangguan Penghidu/Anosmia
SEKRET

 Berasal dari satu atau dua sisi ?


 Lamanya? Terus menerus atau intermiten? Bagaimana
terjadinya ? Usia saat kejadian ?
 Encer atau kental ? Disertai darah atau purulen ?
 Apakah ada hubungannya dengan perubahan lingkungan atau
musim?
HIDUNG TERSUMBAT

 Terjadi pada satu atau dua sisi?


 Lamanya ? Terus menerus atau intermiten? Bagaimana
terjadinya ? Usia saat kejadian?
 Riwayat trauma hidung?
 Operasi hidung atau THT lainnya ?
 Riwayat alergi yang berkaitan dengan perubahan musim dan
suhu ? Riwayat lengkapnya ?
 Semprotan hidung atau obat-obatan?
PERDARAHAN

 Berapa lama? Frekuensi? Kapan serangan terakhir?


 Pendarahan satu atau dua sisi ?
 Perdarahan berasal dari nares anterior, posterior atau
keduanya ?
 Apakah hanya terjadi pada musim dingin ?
 Apakah ada riwayat trauma ?
 Apakah pasien mempunyai kecendrungan berdarah?
 Apakah pasien sedang menggunakan obat-obatan?
 Riwayat hipertensi atau gangguan darah lainnya?
GANGGUAN PENGHIDU/ANOSMIA

 Penurungan kemampuan penciuman berhubungan dengan


trauma? Infeksi saluran nafas bagian atas atau penyakit
sistemik ?
 Kehilangan kemampuan penghidu atau penciuman sebagian
atau keseluruhan ?
 Riwayat penyakit hidung atau sinus ?
 Ada gejala sistemik lainnya ?
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG
DAN SINUS PARANASALIS
JENIS PEMERIKSAAN HIDUNG DAN
SINUS PARANASALIS TERDIRI ATAS:
 Pemeriksaan luar
 Rinoskopia anterior
 Rinoskopia posterior
PEMERIKSAAN LUAR
 Inspeksi, perhatikan :
 Kerangka dorsum nasi:
 Lebar (polip nasi)
 Miring (fraktur)
 “saddle nose” pada Lues
 “lorgnet nose” pada abses septum nasi
 Luka-luka, warna, edema (kulit ujung
hidung jadi mengkilap), ulkus
nasolabialis
 Bibir atas : maserasi akibat sekresi dari
sinusitis, adenoiditis
PEMERIKSAAN LUAR

 Palpasi, perhatikan :
 Dorsum nasi : krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)
 Alae nasi : sangat sakit pada furunkel festibulum nasi
 Regio frontalis untuk sinus frontalis :
 Menekan lantai sinus frontalis dengan ibu jari tekan ke arah mediosuperior,
dengan tenaga yang optimal dan simetris
 Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari tekan ke arah media
dengan tenaga yang optimal dan simetris, pada tempat yang simetris dan
tidak boleh pada foramen supraorbitalis sebab disana ada nervus
supraorbitalis
 Nilai : mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit ialah
sinus yang patologis
PEMERIKSAAN LUAR

 Palpasi, perhatikan :
 Fossa kanina ( untuuk sinus maksilaris) : syarat-syarat seperti diatas,
tetapi jangan tekan pada foramen infraorbitalis sebab ada nervus
infraorbitalis

 Perkusi :
 Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat diganti
dengan perkusi
RINOSKOPI ANTERIOR

 Alat :
 Spekulum hidung Hartmann
 Pinset (angulair) – bayonet (Lucae)
 Aplikator
 Pipa penghisap
 Kaca rinoskopi posterior
RINOSKOPI ANTERIOR

 Cara pemakaian spekulum:


 Memegang spekulum dengan tangan kiri.
Posisi spekulum horizontal, tangkai lateral
mulutnya medial (masuk dalam lubang
hidung)
 Memasukkan spekulum. Mulut spekulum
dalam keadaan tertutup, masukkan ke
dalam kavum nasi dan mulut spekulum
dibuka perlahan-lahan.
 Mengeluarkan spekulum. Mulut spekulum
ditutup 90%, baru dikeluarkan. Jika ditutup
100%, maka mungkin ada bulu rambut yang
terjepit dan ikut tercabut keluar
RINOSKOPI ANTERIOR

 Tahap-tahap pemeriksaan
1. Memeriksa vestibulum nasi
 Pemeriksaan pendahuluan, perhatikan:
 Bibir atas: maserasi (terutama pada anak)
 Pinggir-pinggir lubang hidung : kruste, merah
 Posisi septum nasi: dorong ujung hidung dengan ibu jari dokter

 Pemeriksaan dengan spekulum :


 Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral,
sisi medial dengan mendorongnya ke medial, sisi superior dengan
mendorongnya ke atas, dan sisi inferior dengan mendorongnya ke
bawah.
 Perhatikan : apakah ada sekret, krusta, bisul-bisul, raghaden
RINOSKOPIA ANTERIOR

 Tahap-tahap pemeriksaan
2. Memeriksa kavum nasi bagian bawah
 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga sejajar dengan
konkha inferior, perhatikan :
 Warna mukosa dan konkha inferior hiperemia, anemia, biru
 Besarnya lumen kavum nasi
 Septum deviasi, bentuk krista atau spina
RINOSKOPIA ANTERIOR
 Tahap-tahap pemeriksaan
3. Memeriksa fenomena palatum mole
 Cahaya lampu diarahkan ke dinding belakang nasofaring.
 Pada keadaan normal nasofaring kelihatan terang benderang, karena
cahaya lampu tegak lurus pada dinding belakang nasofaring. Kemudian
penderita disuruh mengucapkan huruf “ iiii” .
 Fenomena palatum mole dikatakan positif, apabila waktu mengucapkan
“iiii” palatum mole bergerak, akan tampak benda gelap yang bergerak
keatas.
RINOSKOPIA ANTERIOR

 Gelap karena:
 Cahaya lampu tidak tegak lurus pada palatum mole atau dinding nasofaring yang
terang benderang itu dikecilkan dari jurusan bawah
 Selesai mengucapkan huruf “iiii”, palatum mole bergerak kebawah dan tampak
sebagai benda gelap menghilang kearah bawah, atau dinding belakang yang gelap
menjadi terang kembali
 Fenomena palatum mole dikatakan dalam “negatif” bila waktu mengucapkan “iiii”
palatum tidak bergerak keatas, nasofaring tetap terang tidak menjadi kecil.
 Fenomena palatum mole “ negatif” pada :
* Paralisa dari palatum mole (post difteri)
* Spasmus dari palatum mole (abses peritonsil)
* Sikatrik (pasca ATE dengan sluder, arcus anterior ikut terambil)
* Tumor dalam nasofaring,misal karsinoma nasofaring, abses retrofaring, adenoid.
RINOSKOPIA ANTERIOR

 Tahap-tahap pemeriksaan
4. Memeriksa kavum nasi bagian atas
 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas (kepala
ditengadahkan)
 Perhatikan :
 Kaput dari konkha media
 Meatus medius : pus, polip
 Septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan
konkha media)
 Fisura olfaktoria
 Memeriksa septum nasi
 Septum deviasi berbetuk spina septi, krista septi, huruf “s”.
RINOSKOPIA POSTERIOR

 Ide pemeriksaan :
 menyinari koane dan dinding-dinding nasofaring dengan cahaya
yang dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam
nasofaring

 Syarat yang harus dipenuhi:


 Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan kaca. Untuk
itu maka lidah tetap didalam mulut dan kebawah dengan spatula.
 Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring, agar cahaya yang
dipantulkan oleh cermin dapat masuk kedalam nasofaring.
 Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari hidung, sehingga
palatum mole akan bergerak kearah bawah untuk memberi jalan
kepada udara yang dari kavum nasi ke paru-paru dan sebaliknya.
RINOSKOPIA POSTERIOR

 Alat-alat:
 Cermin yang kecil, spatula menekan lidah, lampu spiritus
 Solutio tetrakain (-efedrin 1%)

 Teknik :
 Pada penderita yang sangat sensitif pemeriksaan baru dapat dimulai 5
menit setelah kedalam faring diberikan tetrakain 1% (3-4 kali). Spatula
dipegang dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan.
 Pegang cermin dengan tangan kanan, punggung cermin dipanasi
dengan lampu spiritus
Temperatur cermin di cek dengan menyentuhkan pada punggung tangan kiri
(panasnya harus lebih sedikit dari 370 C . Tangkai cermin dipegang seperti
memegang pensil dan cermin diarahkan ke atas.
RINOSKOPIA POSTERIOR

 Mulut dibuka lebar-lebar


Lidah ditarik ke dalam mulut, tak boleh digerak-
gerakkan, dan tak boleh dikeraskan.
Penderita disuruh bernapas dari hidung
 Ujung spatula diletakkan pada punggung lidah, di
muka uvula.
 Lidah ditekan ke bawah, hingga diperoleh tempat
yang cukup luas untuk menempatkan cermin.
Karena median ada uvula, maka tempat yang
cukup luas itu lebih cepat diperoleh bila lidah
ditekan di paramedian kanan dari penderita.
 Memasukkan cermin ke dalam faring, antara faring
dan palatum mole kanan.
 Cermin disinari.
RINOSKOPIA POSTERIOR
 Tahap pemeriksaan:
1. Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane, dan tuba kanan
 Karena cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media
kanan. Lihat gambar yang ada di dalam cermin.
 Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum
nasi di tengah-tengah cermin.
 Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling
besar adalah kauda dari konka inferior. Perhatikan kauda konka superior dan
meatus medius.
 Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan dinding-dinding
tuba.
2. Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane, dan tuba kiri
 Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum
nasi. Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-turut konka
media kanan dan tuba kanan.
RINOSKOPIA POSTERIOR

3. Memeriksa atap nasofaring


 Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin kelihatan
kembali margo posterior septum nasi. Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan
sedikit atau cermin direndahkan sedikit.

4. Memeriksa kauda konka inferior


 Tangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikan. Biasanya kauda konka inferior
tak dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuknya seperti
murbei ( berdungkul-dungkul).
 Perhatikan :
 Radang : pus pada meatus medius dan meatus superior, adenoiditis, ulkus
pada dinding-dinding naso faring (TBC)
 Tumor : poliposis, karsinoma
TRANSLUMINASI

 Dikerjakan dalam kamar gelap.


 Alat : lampu listrik dari 6 volt bertangkai panjang (Heyman)
 Cara melakukan :
 Sinus frontalis :
 Lampu ditekannkan pada lantai sinus frontalis
 Lampu ditekannkan kearah media-superior
 Cahaya yang memancar kedepan, ditutup dengan tangan kiri
Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding denpan akan kelihatan terang
TRANSLUMINASI

 Sinus maksilaris :
 Cara 1
 Mulut dibuka lebar-lebar
 Lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah inferior
 Cahaya yang memancar kedepan ditutup dengan tangan kiri
 Hasilnya bila sinus normal maka palatum durum homolateral tampak terang.
TRANSLUMINASI

 Sinus maksilaris :
 Cara 2
 mulut dibuka
 Kedalam mulut dimasukkan lampu yang telah diselubungi tabung gelas
 Mulut ditutup rapat-rapat
 Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas ditutup dengan tangan kiri
 Hasilnya pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan dibawah
orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti bulan sabit
TRANSLUMINASI

 Penilaian :
 Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan
antara kiri dan kanan
 Bila kedua sinus terang, kemungkinannya :
 Pada pria – sinus normal
 Pada wanita – sinus normal/keduanya berisi cairan (karena
tulang tipis)
 Bila sama gelap, kemungkinannya
 Pada pria – sinus normal (karena tulang tebal)
Transluminasi

 Hanya untuk sinus maksilaris menggunakan alat pungsi


yang disebut troicart dan dilakukan melalui meatus
inferior.
 Bila keluar nanah atau sekret mukoid, dilanjutkan dengan
tindakan irigasi sinus
Radiologi

 Posisi untuk menilai sinus maksilaris adalah posisi Waters


 Sinus yang gelap berarti sinus yang patologis. Perhatikan
apakah batas-batas sinus (tulang masih utuh atau tidak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai