Anda di halaman 1dari 11

ANTI KORUPSI

Kasus Korupsi PT Asabri

Nama : Armawati
NIM : PBD22067
A. Pengertian Korupsi
korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang
dilakukan oleh seorang pejabat demi mendapatkan keuntungan pribadi. Pendapat
lain mengatakan definisi korupsi adalah suatu perilaku tidak jujur atau curang demi
keuntungan pribadi oleh mereka yang berkuasa, dan biasanya melibatkan suap.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal
dalam undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan korupsi. Dari pasal-pasal tersebut dirumuskan dalam 30
bentuk jenis tindak pidana korupsi, pasal ini menerangkan secara rinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati pidana penjara dan pidana denda
karena korupsi.
B. Factor Penyebab Serta Dampak
Negative Korupsi
Kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korupsi di Indonesia diantaranya,

1. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung


kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik
2. Kurangnya transparasi di pengambilan keputusan pemerintah
3. Kampanye kampanye politik yang mahal dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama
6. Lemahnya ketertiban hukum
7. Lemahnya profesi hukum
8. Kurangnya kebiasaan berpendapat atau kebebasan media massa
9. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil
Sedangkan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sendiri antara lain

1 3
Demokrasi Kesejahteraan
umat negara

2
Ekonomi
C. Hukuman Yang Diperoleh Dari
Tindak Pidana Korupsi
Upaya pemberantasan korupsi telah mulai direalisasikan dalam kerangka yuridis
padamasa pemerintahan Habibie dengan keluarnya UU No. 31 Tahun 1999
tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang menggantikan UU No. 3 Tahun 1971
tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Alasan pergantian Undang-Undang Korupsi dari
UU No. 3 Tahun 1971 menjadi UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi
dapat dilihat dalam diktum UU No. 31 Tahun 1999.
Maka dari itu pemerintah sudah membuat undang-undang pidana tentang korupsi, dan
undang-undang tentang tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali mengalami
perubahan.Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang korupsi,
a. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
b. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
c. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,4)
d. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi
D. Upaya Penaggunalangan Korupsi
a. Preventif
Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah
maupun swasta, Mengusahakan perbaikan penghasilan (pendapatan/gaji)  bagi pejabat dan
pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, Menumbuh kembangakan
kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, Bahwa teladan
atau contoh dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan,
penilaian dan kebijakan, Menumbuh kembangkan  pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka
untuk kontrol, koreksi dan peringatan, Hal yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana menumbuh
kembangankan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai.

b. Represif
Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah: Penguatan kapasitas badan
atau komisi anti korupsi. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar
dengan efek jera. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara
korupsi dalam sistem peradilan pidana secara terus menerus. Pemberlakuan sistem pemantauan
proses penanganan tindak korupsi secara terpadu. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi
beserta analisisnya.
D. Upaya Penaggunalangan Korupsi
d. Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi
dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif
pencegahan korupsi: Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu. Pelaporan kekayaan pribadi
pemegang jabatan dan fungsi publik. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti
pencucian uang di kancah internasional. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi
E. Peran Serta Masyarakat Dan Pemerintah
Dalam Menanggulangi Korupsi
KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi, dan memberan-
tas korupsi, merupakan komisi independen yang diharapkan
mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
a. Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
b. Membangun kultur yang mendukung pemberantasan
korupsi.
c. Mendorong pemerintah melakukan reformasi public
sector dengan mewujudkan good governance.
d. Membangun kepercayaan masyarakat.
e. Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku
korupsi besar.
f. Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.
E. Peran Serta Masyarakat Dan Pemerintah
Dalam Menanggulangi Korupsi
Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia :
a. Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi menurut UU No. 31
tahun 1999 antara lain adalah SBB :
b. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya
dugaan tindak pidana korupsi
c. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh,
dan memberikan informasi adanya dugaan telah tindak
pidana korupsi kepada penegak hokum
d. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung
jawab kpada penegak hukum yang menangani perkara
tindak pidana korupsi
e. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan
yg di berikan kepada penegak hukum waktu paling lama 30
hari
f. Hak untuk memperoleh perlindungan hokum
g. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat
Contoh kasus korupsi PT Asabri
Mejelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Pusat memvonis Teddy Tjokrosapoetro, terdakwa kasus korupsi di PT Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri), terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana Korupsi dan pencucian uang. Adapun vonis terhadap
Teddy lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Kejaksaan Agung
(Kejagung) yang menuntut 18 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar. Baca juga: Korupsi Asabri,
Saksi Sebut Teddy Tjokrosaputro Transaksi Saham lewat Anak Buah Teddy didakwa telah
memperkaya diri sendiri senilai Rp 6 triliun. Ia bersama kakaknya, Benny Tjokrosaputro
diduga berperan menjadi pengelola investasi dari dana PT Asabri periode 2012-2019.
“Terdakwa telah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi di antaranya
memperkaya Teddy Tjokrosapoetro, Benny Tjokrosaputro, dan Jimmy Sutopo,” papar jaksa
dalam persidangan di Tipikor Selasa (15/3/2022). "Yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara atas pengelolaan investasi saham dan reksadana PT Asabri," ucap
jaksa Tindakan Teddy bersama kakaknya disebut jaksa merugikan keuangan negara Rp 22,7
triliun.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai