PEDIATRI
Mardhatillah
MATERI PERTEMUAN 3, 4
ICF : https://apps.who.int/classifications/icfbrowser/
1. Pemeriksaan Panjang dan Berat Bayi
Bayi yang sehat bisa terdiri dari berbagai ukuran, tetapi perkembangannya cenderung dapt
diprediksi. Pada pemeriksaan, seorang medis dapat melihat tinggi, berat, dan usia anak untuk melihat
apakah anak tumbuh seperti yang diharapkan.
2. Pemeriksaan Kekuatan Otot Kekuatan
Keterangan
otot
Untuk memeriksa kekuatan otot normalnya dapat
0 Tidak ada kontraksi otot
menggunakan Manual Muscle Testing (MMT). Pemeriksaan 1 Ada kontraksi tetapi tidak ada
ini merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan Gerakan
2 Ada Gerakan namun tidak dapat
tanpa menggunakan alat apapun untuk mendapatkan melawan gravitasi
hasilnya. 3 Gerakan bisa melawan gravitasi
tetapi tidak dapat melawan tahanan
Dalam proses pelaksanaannya, MMT diberikan minimal
4 Gerakan bisa melawan gravitasi dan
persegmen otot. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien dapat melawan tahanan minimal
untuk menggerakkan persendiannya dalam satu arah, Dalam 5 Otot sangat bagus, dapat bergerak
melawan gravitasi dan begerak
hal ini (pasien anak) bisa meminta anak untuk menggerakkan dengan tahanan maksimal dari
pemeriksa
persendiannya atau menggunakan mainan sebagai pancingan
Gerakan nya.
Namun, pada kondisi tertentu, fisioterapis tidak
dapat memeriksa kekuatan otot dengan menggunakan
MMT. Misalnya saja pada kondisi gangguan system
Skala
Pengertian
saraf pusat yang mengakibatkan gangguan motoric XOTR
Anak mampu menggerakkan
pada anak. X
persendian dengan normal
O Tidak ada Gerakan dan tonus otot
Kondisi ini membuat seorang anak tidak dapat
Terdapat tonus otot namun tidak
T
melaksanakan perintah yang diminta fisioterapis untuk memiliki Gerakan pada persendian
Munculnya Gerakan yang
R
mendapatkan skor. diakibatkan karena refleks
T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Neck Fleksi R R T T T T X
3. Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
Range of Motion atau Lingkup gerak sendi adalah
Gerakan maksimal yang mampu dicapai oleh sendi baik secara
aktif, pasif atau secara isometric. Untuk mengukur secara
manual, fisioterapis dapat menggunakan goniometer dalam
pelaksanaannya.
Namun modern ini pengukuran lingkup gerak sendi sudah
jauh lebih maju dengan menggunakan komputerisasi Digital
Motion Analysis sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat
dalam banyak Gerakan di dalam 1 waktu
Range Of Motion.pdf
Contoh lingkup gerak sendi untuk regio sendi elbow
S : 5˚ - 0˚ - 140˚
Keterangan
S Menunjukkan plane movement yang “sagittal”. Tergantung dari bentuk Gerakan yang diberikan,
dapat juga berupa frontal (F) dan transfersal (T)
0˚ Menunjukkan posisi Gerakan awal pasien secara anatomis
5˚ Menunjukkan luas Gerakan yang dapat dilakukan pada Gerakan yang menjauhi tubuh. Pada
angka pertama ini diisi untuk Gerakan
S : Ekstensi
F : adduksi
T : Eksternal Rotasi
140˚ Menunjukkan luas Gerakan yang dapat dilakukan pada Gerakan yang mendekati tubuh. Pada
Gerakan ini diisi untuk Gerakan
S : Fleksi
F : Abduksi
T : Internal Rotasi
4. Pemeriksaan Spastisitas
Mengukur tingkat spastisitas menggunakan Nilai Penjelasan
0 Tidak ada peningkatan tonus otot
skala Asworth. Skala ini dikenal sangat akurat
1 Sedikit ada peningkatan tonus otot, ditandai dengan
untuk menentukan tingkat spastisitas pada kasus terasanya tahanan minimal pada akhir range of motion
(ROM) saat sendi bergerak fleksi maupun ekstensi
brain injury, cerebral palsy, multiple sclerosis
1+ Sedikit peningkatan tonus otot, namun adanya
dan permasalahan system saraf pusat lainnya. pemberhentian di akhir Gerakan diikuti oleh tahanan
minimal sepanjang sisa ROM
Spastisitas merupakan indicator terjadinya 2 Peningkatan tonus otot lebih jelas saat dilakukan Gerakan
gangguan pada system saraf pusat yang ditandai yang memiliki ROM lebih besar, akan tetapi bagian yang
terpengaruh lebih mudah untuk digerakan
dengan kekakuan pada otot. 3 Peningkatan tonus otot sangat mudah terlihat, Gerakan
pasif sangat sulit dilakukan
4 Persendian yang diperiksa mengalami kaku pada saat
digerakan fleksi maupun ekstensi
5. APGAR Score
Tes APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration) merupakan tes yang
dapat dilakukan pada bayi yang baru saja dilahirkan. Tes ini dilakukan untuk pemeriksaan
kemampuan bayi yang baru terlahir untuk beradaptasi dengan lingkungan diluar Rahim.
Untuk memeriksanya, terapis harus jeli terhadap beberapa aspek yang akan diukur,
diantaranya : detak jantung, tonus otot, dan tanda – tanda lain untuk melihat apakah
diperlukannya perawatan medis tambahan atau perawatan darurat.
APGAR Score dilakukan 1 hingga 5 menit setelah Note :
• Asphyxia : kondisi ketika kadar oksigen
bayi terlahir. Saat dilakukan dimenit pertama, maka akan •
dalam tubuh berkurang
Mortalitas adalah ukuran kematian rata-rata
dari penduduk dalam
mengukur untuk beratnya asphyxia. Namun jika suatu daerah atau wilayah tertentu. Secara
sederhana, mortalitas merupakan jumlah
kematian akibat penyakit tertentu maupun
dilakukan dimenit ke 5 setelah proses lahir sempurna kematian alami
• Morbiditas : merujuk pada
maka akan berhubungan dengan morbiditas dan jumlah individu yang memiliki penyakit
selama periode waktu tertentu
Tanda 0 1 2 Score
Warna kulit abu – Warna tubuh normal, tetapi Warna kulit normal (tangan
Apperance abu atau kebiruan ujung kaki dan tangan kebiruan dan kaki berwarna merah
muda)
Tidak ada Denyut nadi di bawah 100 Normal, denyut nadi di atas
Pulse x/menit 100x/menit
Tidak ada respons Hanya ada Gerakan di wajah Bersin, batuk, menangis
Grimace terhadap stimulasi (meringis) dengan rangsangan dengan rangsangan
Tidak ada Gerakan Lengan dan kaki tertekuk Aktif, Gerakan spontan
Activity dengan sedikit Gerakan
Total Score
6. Denver Development Screening Test
Denver Development Screening Test (DDST) merupakan salah satu alat ukur atau
screening pada kasus kelainan dalam tumbuh kembang anak. Test ini pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1967 untuk memeriksa tumbuh kembang anak 0 – 6 tahun. Saat
ini banyak fisioterapis anak menggunakan Denver II yang merupakan versi terbaru dari
DDST dan Revisied Denver Development Screening Test (DDST-R)
Dasar dari penelitian ini setelah direvisi menjadi Denver II adalah untuk mendeteksi
kemampuan anak dalam keterlambatan Bahasa, mengganti item yang sulit ditemukan dan
mengganti masalah lainnya yang sudah tercantum didalamnya. Test ini teridri dari 125
point tumbuh kembang dari sejak lahir hingga usia 6 tahun. Satu kali screening hanya
dinilai 25 – 30 poin dalam 4 aspek.
Perilaku social : berhubungan dengan kemampuan anak untuk dapat bersosialisasi
dengan lingkungannya secara mandiri
Gerakan motoric halus (Fine motor) : kemampuan anak untuk mengamati dan
melakukan aktivitas yang melibatkan otot – otot kecil dan koordinasi yang cermat.
Aspek ini lebih banyak mengukur kemampuan dari ekstremitas atas
Bahasa (Language) : kemampuan anak dapat memberikan respons terhadap suara,
berbicara dan mengikuti instruksi sederhana yang diberikan.
Gerakan motoric kasar (Gross Motor) : berhubungan dengan pergerakan dari satu tempat
ke tempat lainnya (transfer). Biasanya kemampuan ini akan melibatkan otot – otot besar
dan ekstremitas bawah.
FORMULIR_DDST_II_DENVER_DEVELOPMENT_SCRE.docx
Terdapat beberapa alat peraga yang digunakan untuk tes ini, diantaranya benang,
manik – manik, garpu, piring, peralatan untuk menyikat gigi, permainan kartu, pakaian
berkancing,kertas, pensil, kertas berwarna dan tentu saja formulir pemeriksaan DDST.
Dalam penilaiannya, berilah tanda pada beberapa point yang diamati,
• Apabila lulus : Passed (P)
• Apabila gagal : Fall (F)
• Apabila anak tidak dapat kesempatan untuk mengerjakan tugas yang diinstruksikan :
No Opportunity (NO)
Prosedur dan klasifikasi hasil pemeriksaan :
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan menggunakan DDST ialah sebagai berikut :
1. Tentukan usia anak terlebih dahulu, gunakan patokan 30 hari untuk 1 bulan dan 12 bulan untuk 1
tahun. Jika usia anak kurang dari 15 hari, maka bulatkan kebawah, jika usia anak lebih 15 hari maka
bulatkan usia anak ke atas.
Usia anak : 1 tahun 12 hari = 12 bulan
Usia anak : 1 tahun 17 hari = 13 bulan
2. Tarik garis pada usia anak sehingga memotong garis horizontal atau kemampuan anak yang tertulis pada
formulir DDST
3. Langkah selanjutnya hitung jumlah sector yang lulus (P) dan dan jumlah sector yang gagal (F)
4. Berdasarkan pedoman yang tertulis, klasifikasikan kondisi kemampuan anak menjadi normal, abnormal,
meragukan dan tidak dapat di tes
Klasifikasi hasil pemeriksaan menggunakan DDST
Penilaian Keterangan
Abnormal • Bila hasil tes didapatkan bahwa 2 atau lebih keterlambatan (F) pada 2 sector atau
lebih
• Bila dalam 1 sector didapatkan keterlambatan (F) 2 kemampuan di tambah
dengan 1 sector atau lebih dengan 1 keterlambatan dan atau pada sector yang
sama tidak ada kemampuan yang lulus.
Meragukan Didapatkan bahwa dalam satu sector memiliki 2 keterlambatan atau lebih
Tidak dapat di tes Bila anak menolak untuk diperiksa sehingga menyebabkan hasil tes menjadi tidak
normal
Normal Semua kriteria tidak terdapat seperti point diatas
7. Gross Motor Function Measurrement
Gross Motor Function Measurrement (GMFM) adalah alat ukur untuk pemeriksaan
fungsi gerak motoric khusus anak. GMFM dapat dipergunakan untuk memantau tumbuh
kembang anak yang memiliki pertumbuhan normal maupun yang memiliki
keterlambatan tumbuh kembang motoric kasar yang dikarenakan kecacatan.
Terdapat 2 versi GMFM
1. 88 pemeriksaan asli (GMFM 88) : terdiri dari 5 dimensi yang dapat dijumlahkan
untuk menghitung score nilai pasien
2. 66 item pemeriksaan yang baru (GMFM66) : diukur menggunakan computer Gross
Motor Ability Estimator (GMAE) untuk mendapatkan hasil total.
Dimensi penilaian dalam menentukan kemampuan anak menggunakan GMFM
Dimensi
Dimensi A : berbaring dan berguling
Dimensi B : duduk
Dimensi C : merangkak dan berlutut
Dimensi D : berdiri
Dimensi E : berjalan, berlari dan melompat