“GATAL”
Fakultas Kedokteran
Universitas Khairun
Asma merupakan serangan dispnea paroksimal berulang disertai mengi akibat kontraksi
spasmodik bronki. Keadaan ini biasanya manifestasi alergi atau sekunder akibat kondisi
kronik atau berulang.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat
dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar
2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
dermis.
3. Fungsi Pigmentasi
Sel pembentuk pigmen melanosit, terletak di lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf.
Perbandingan jumlah sel basal - melanosit adalah 10:1
IMUNITAS
Klasifikasi imunitas
Imunitas Humoral
( antibody-mediated response )
Sumber : Dorlands llustrated Medical Dictionary 32nd Edition, Buku Patofisiologi Kowalak
JENIS JENIS IMUNOGLOBULIN
Klasifikasi Deskripsi
IgA •
•
Imunoglobulin Sekretori
Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata, dan sekret respiratorius
• Merupakan 20% total immunoglobulin serum
• Mempunyai peranan yang penting dalam mencegah agens antigen untuk tidak melekat pada [ermukaan epitel
IgD •
•
Dengan jumlah yang sangat kecil ditemukan di dalam serum ( monomer )
Dominan dalam permukaan limfosit B
• Bagian terbesar merupakan reseptor agen
• Mungkin memiliki fungsi untuk mengendalikan aktivasi atau supresi limfosit
IgE •
•
Hanya ditemukan dakam jumlah renik
Terlibat dalam pelepasan amina vasoaktif yang disimpan di dalam basophil dan granul sel mast jaringan yang menimbulkan efek alergi
IgG •
•
Imunoglobulin uang paling kecil
Ditemukan dalam semua cairan tubuh
• Dapat melintasi membrane dalam sebagai unit struktural tunggal
• Merupakan 75% total immunoglobulin serum
• Terutama diproduksi dalam respon imun sekunder
• Reaksi antibody klasik yang meliputi presipitasi, aglutinasi, netralisasi, dan fiksasi komplen
• Antibodi antibakteri dan antivirus yang utama
IgM •
•
Imunoglobulin yang paling besar
Biasanya hanya ditemukan dalam sistem vaskular
• Tidak mudah melewati sawar membrane karena ukurannya
• Merupakan 5% total immunoglobulin serum
• Aktivasinya dominan dalam respon imun awal atau primer
• Reaksi antibody klasik yang meliputi presipitasi, aglutinasi, netralisasi, dan fiksasi komplen
Hipersensitivitas merupakan respon yang berlebihan atau respon yang tidak tepat dan terjadi
pada pajanan antigen yang kedua kali. Akibatnya adalah inflamasi dan destruksi jaringan yang
sehat.
Umumnya reaksi hipersensitivitas diklasifikasikan menjadi salah satu dari empat tipe :
• Tipe I ( Yang diantarai oleh IgE )
• Tipe II ( Yang spesifik - jaringan )
• Tipe III ( Yang diantarai oleh kompleks imun )
• Tipe IV ( Yang diantarai oleh sel )
5 tahun + + +
Gatal-gatal + + + +
Bengkak dan + + + +
kemerahan
Sesak napas + + +
Anafilaksis merupakan reaksi hipersensitivitas tingkat I yang berpotensi mengancam nyawa. Dan ditandai oleh urtikaria dengan awaitan mendadak
serta berlangsung progresif cepat dan gawat pernapasan.
Reaksi anafilaksis akan menimbulkan distres fisik yang mendadak dalam tempo beberapa detik atau beberapa menit setelah individu terpajan suatu
alergen. Intensitas reaksi berhubungan terbalik dan awaitan gejalanya. Biasanya keluhan dan gejala awalnya meliputi :
• Perasaan akan menghadapi kematian/ musibah atau perasaan takut akibat aktivasi IgE dan pelepasan mediator kimia yang diakibatkan
• Bersin, sesak napas, gatal pada hidung, dan angioedema yang terjadi sekunder karena pelepasan histamine dan peningkatan permeabilitas kapiler
• Hipotensi, syok, dan kadang aritmia jantung akibat peningkatan permeabilitas vaskuler dan selanjutnya penurunan resistensi periferserta kebocoran
cairan plasma
• Edema mukosa nasal, rinorea cair yang sangat banyak, gatal gatal, kongesti nasal, dan serangan bersin mendadak yang disebabkan oleh pelepasan
histamine, vasodilatasi serta peningkatan permeabilitas kapiler.
Tidak ada tes diagnostic tunggal yang dapat mengidentifikasi anafilaksis. Anafilaksis dapat didiagnosis melalui
gejala respirasi atau kardiovaskuler yang berat disertai awitan yang cepat sesudah seseorang menonsumsi atau
mendapatkan suntikan obat, vaksin, preparat diagnostic, makanan, atau zat aditif pangan atau sesudah orang tersebut
digigit serangga. Jika semua gejala ini terjadi tanpa ada stimulus alergi yang diketahui, keadaan lain yang mungkin
meyebabkan syok (seperti infark akut miokard, status asmatikus, atau gagal jantung) harus disingkirkan dahulu.
hasil tes ini dapat memberikan beberapa petunjuk tentang resiko pasien untuk mengalami reaksi anafilaksis :
1. Tes kulit yang memperlihatkan hipersensitivitas terhadap alergen tersebut
2. kenaikan kadar IgE serum
• KOMPLIKASI:
1. Obstruksi respirasi
2. Kolaps vaskuler sistemik
3. Kematian
• Edema pada traktus respiraorius atas yang mengakibatkan obstruksi hipofaring dan laring. Keadaan ini disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler dan
degranulasi sel mast.
• Suara yang parau, stridor, mengi dan penggunaan otot asesorius yang terjadi sekunder karena kontraksi otot polos bronkiolus serta peningkatan produksi mucus
• Kram perut yang hebat, mual, diare, dan rasa ingin kencing serta inkontenisia urin yang terjadi karena kontraksi otot polos pada usus dan kandung kemih.
Penanganan :
• Penyuntikan segera melalui IM atau subkutan larutan epinefrin akueus 1:1000 untuk membalikkan bronkontriksi dan menimbulkan vasokontriksi jika pasien
belum kehilangan kesadaran dan memiliki tekanan darah yang masih normal. Jika reaksinya berat, penyuntikan tersebut dapat dilakukan secara IV.
• Trakeostomi atau intubasi endotrakea dan ventilasi mekanis untuk mempertahankan patensi jalan napas
• Pemberian epinefrin long activity, korikosteroid, dan difenhidramin untuk mengurangi respon alergi
• Terapi volume expander untuk mempertahankan dan memulihkan volume plasma yang beredar
• Penyuntikan IV obat vasopressor seperti norepinefrin dan dopamin untuk menstabilkan tekanan darah
Peningkatan
Kontraksi otot
Produksi mukus permeabilitas Vasodilatasi
polos
kapiler
Penyebaran
Pelepasan yang Sel-sel dalam
mediator Respon sistemik
kontinu basophil darah
keseluruh tubuh
Dermatitis atopik merupakan gangguan kulit kronis yang ditandai oleh inflamasi kulit yang superfisial dan rasa gatal yang hebat. Meskipundapat
timbul di segala usia, secara khas gangguan ini dimulai selama usia bayi atau awal usia kanak kanak.
Menggaruk kulit menyebabkan vasokontriksi dan memperparah pruritus sehingga timbul lesi yang eritematosa dan basah. Akhirnya lesi tersebut
mengalami skuamasi dan likenfikasi. Biasanya lesi pada keadaan ini terletak pada daerah daerah fleksi dan ekstensi seperti leher, fosa antekubiti, fosa
popliteal, dan dibelakang telinga.
Pada anak anak yang menderita dermatiris atopik, pruritus berat menimbulkan pigmentasi berwarna merah muda yang khas. Dan pembengkakan pada
kelopak mata serta lipatan ganda pada kelopak mata bawah ( garis morgan atau tanda dennie )
Patofisiologi :
Mekanisme alergi pada hipersenitivitas yang mengakibatkan pelepasan mediator inflamasi melalui IgE yang mengalami sensitisasi. Histamin dan
sitokin lain menginduksi inflamasi akut. Kulit yang kering serta abnormal penurunan ambang rasa gatal menentukan siklus “gatal-garuk-gatal” yang pada
akhirnya akan menyebabkan lesi.
Etiologi:
Etiologi pasti dermatitis atopic tidak diketahui, namun kemungkinan besar disebabkan oleh predisposisi genetik. Faktor yang mungkin menyebabkan adalah:
alergi makanan, infeksi, zat-zat iritan kimia, suhu dan kelembapan yang ekstrem, dan stress psikologis atau emosi yang kuat.
Dermatitis kontak alergi tidak berhubungan dengan atopi. DKA merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi
terutama oleh limfosit yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema pada kulit.
• Zat iritan ringan dan alergen : eritema dan vesikel kecil kecil yang mengeluarkan cairan, membentuk skuama serta terasa gatal
• Respon alergi yang klasik : lesi yang berbatas jelas dengan garis garis lurus yang mengikuti tempat kontak
• Reaksi alergi yang berat : eritema yang nyata, pembentukan lepuh, dan edema pada daerah yang terkena
Etiologi:
penyebab DKA adalah bahan kimia eksogen yang dapat memicu reaksi hipersensitivitas tipe 4. dalam hitungan menit bahan kimia tersebut dapat
memicu reaksi alergi tersebut. Untuk meningkatkan reaksi kekebalan terhadap suatu allergen, individu harus rentan dan memiliki kepekaan yang cukup
terhadap bahan kimia yang sering menjadi allergen. Manifestasi klinis yang terjadi diakibatkan oleh kerjasama berbagai factor konstitusional dan factor
pencetus. Faktor individu, immunologi, pekerjaan, bahan kimia, lingkungan berperan dalam timbulnya penyakit DKA.
Sekresi &
Terikat pada Sel Langerhans Sel T aktif mengekspresikan
HLA-PR ke jalur limfatik IL-2