Anda di halaman 1dari 21

INDIKATOR PENGELOLAAN

OBAT DI RUMAH SAKIT


KELOMPOK 5
A TUTUT SELAMET - 2008060042

B RESMA SEFTIYANA - 20080600

C VINA APRIYANA - 20080600

D ....................
PENDAHULUAN
D
D
Pengelolaan obat di rumah sakit merupakan
salah satu manajemen rumah sakit yang penting.
Jika pengelolaan tidak efisien akan berdampak
negatif terhadap rumah sakit baik secara medis
maupun ekonomi (Quick et al, 1997).

Your Picture Here


Pengelolaan obat bertujuan agar obat yang
diperlukan bisa selalu tersedia setiap saat
diperlukan dalam jumlah yang cukup, tepat
jenis, tepat waktu, dan mutu yang terjamin
serta digunakan secara rasional
TAHAP PENGELOLAAN OBAT

Untuk menganalisis kualitas


pengelolaan obat→ perlu
indikator dari tiap tahap
pengelolaan obat.
Indikator Pengelolaan Obat

Merupakan alat ukur Indikator juga digunakan


kuantitatif yang dapat di- untuk menetapkan priori-
gunakan untuk monitoring, tas, pengambilan keputusan,
evaluasi, dan mengubah serta untuk pengujian cara
atau meningkatkan mutu atau metode dalam menca-
pengelolaan obat di far- pai sasaran yang ditetap-
masi rumah sakit (Jati, kan.
2010).
SELEKSI
merupakan proses kegiatan sejak dari :

Meninjau masalah Identifikasi pemilihan Menentukan kriteria Standarisasi, men-


Kesehatan di RS terapi, bentuk dan pemilihan dengan jaga, dan memperba-
Dosis memprioritaskan harui standar obat
obat esensial
.

Indikator seleksi obat: kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN
Dasar-dasar seleksi kebutuhan obat meliputi :
Obat dipilih berdasarkan Apabila jenis obat
dengan indikasi Menghindari
seleksi ilmiah, medis dan
sama dalam jumlah penggunaan obat
statistik yang memberikan
banyak, maka kita kombinasi, kecuali jika
efek terapi jauh lebih baik
memilih obat kombinasi
dibandingkan dengan risiko
berdasarkan “drug tersebut mempunyai
efek samping yang
of choice” dari efek yang lebih baik
ditimbulkan.
penyakit yang dibanding obat tunggal.
prevalensinya
tinggi.
1 2 3 4 5

Jenis obat yang Jika ada obat


dipilih seminimal baru, harus ada
mungkin untuk bukti yang spesifik
menghindari untuk terapi yang
duplikasi dan lebih baik.
kesamaan
jenis.
PERENCANAAN
Merupakan suatu proses Tujuan perencanaan: untuk
kegiatan dalam pemilihan jenis, mendapatkan jenis dan
jumlah, dan harga perbekalan jumlah obat yang sesuai
farmasi yang sesuai dengan
dengan pola penyakit dan
kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat kebutuhan pelayanan,
dengan menggunakan metode menghindari terjadinya
Your Picture Here
yang dapat dipertanggung stock out dan meningkatkan
jawabkan dan dasar-dasar penggunaan obat secara
perencanaan yang telah rasional.
ditentukan antara lain metode
konsumsi, epidemiologi, serta
metode kombinasi konsumsi
dan epidemiologi yang
disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia (Anonim, 2004).
Beberapa Indikator Yang Digunakan Dalam Perencanaan
Obat Adalah (Pudjaningsih, 1996):

1. Persentase Dana 2. Penyimpangan perencanaan

Presentase dana yang Nilai standar Jumlah item obat Nilai standar batas
tersedia persentase dalam penyimpangan
pada IFRS dana yang perencanaan dan perencanaan
dibanding tersedia adalah jumlah item obat adalah 20-30%.
kebutuhan dana yang 100%. dalam kenyataan
sesungguhnya.
pakai.
.
PENGADAAN
Pengadaan merupakan proses untuk memperoleh barang. Menurut Quick et al (1997),
pengadaan yang efektif menjamin ketersediaan obat dalam jenis dan jumlah yang tepat,
harga yang rasional, dan kualitas obat yang terjamin.

Metode pengadaan obat ada empat, yaitu:


1. Open Tender (Tender Terbuka)
Tiga sumber pengadaan
2. Restricted Tender (Tender Tertutup)
barang:
3. Competitive Negotiation (Negosiasi)
1. Pembelian
4. Direct Procurement (Pengadaan Langsung)
2. Sumbangan
3. Pembuatan
Indikator-indikator dalam pengadaan obat
PENYIMPANAN
• Penyimpanan merupakan proses kegiatan menempatkan per-
bekalan farmasi yang diterima pada tempat yang memenuhi syarat
dan aman, sehingga obat berada dalam keadaan aman, dan dapat
dihindari kemungkinan obat rusak.
• Semakin besar persediaan berarti resiko penyimpanan, fasilitas
yang harus dibangun dan pemeliharaan yang dibutuhkan menjadi
lebih besar.
• Penyimpanan yang baik bertujuan untuk mempertahankan kualitas
obat, meningkatkan efisiensi, mengurangi kerusakan atau kehilan-
gan obat, mengoptimalkan manajemen persediaan, serta mem-
berikan informasi kebutuhan obat yang akan datang (Quick et al,
1997).
Indikator penyimpanan obat antara lain (Pudjaningsih, 1996):
1. Persentase kecocokan antara barang dan stok komputer atau kartu stok
Proses pencocokan harus dilakukan pada waktu yang sama untuk menghindari kekeliruan
karena adanya barang yang keluar atau masuk (adanya transaksi). Apabila tidak dilakukan
bersamaan maka kemungkinan ketidakcocokan akan meningkat.
Ketidakcocokan akan menyebabkan terganggunya perencanaan pembelian barang dan
pelayanan terhadap pasien.
2. Turn Over Ratio (TOR)
TOR = perbandingan Harga Pokok Penjualan (HPP) dalam 1 tahun dengan nilai rata – rata
persediaan pada akhir tahun.
TOR digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran modal dalam 1 tahun,
menghitung efisiensi dalam pengelolaan obat.
Apabila TOR rendah, berarti masih banyak stok obat yang belum terjual sehingga
mengakibatkan obat menumpuk dan berpengaruh terhadap keuntungan (Jati, 2010).
3. Sistem penataan gudang.
Sistem penataan gudang bertujuan untuk menilai sistem penataan obat di gudang Standar
sistem penataan obat adalah FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out).
4. Persentase nilai obat yang kadaluarsa dan atau rusak
Mencerminkan ketidaktepatan perencanaan dan atau kurang baiknya sistem distribusi dan
atau kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan obat dan atau terjadinya
perubahan pola penyakit atau pola peresepan oleh dokter. Persentase nilai obat yang
kadaluarsa dan atau rusak masih dapat diterima jika nilainya dibawah 1%.
5.  Persentase stok mati
Stok mati = stok obat yang tidak digunakan selama 3 bulan atau selama 3 bulan tidak ter-
dapat transaksi. Penyebabnya :
Tidak diresepkannya obat oleh dokter karena dokter memilih obat lain.
Perubahan pola penyakit.
Dokter tidak taat terhadap formularium.
Kurang tepatnya perencanaan pengadaan obat.
Kerugian yang ditimbulkan akibat stok mati: perputaran uang yang tidak lancar, kerusakan
obat akibat terlalu lama disimpan sehingga menyebabkan obat kadaluarsa.
Pengatasan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian: mengembalikan beberapa
item obat kepada PBF.
6. Persentase nilai stok akhir obat
Untuk menilai stok akhir obat, yaitu sebagai berikut :
DISTRIBUSI
Indikator-indikator distribusi obat, yaitu (Pudjaningsih, 1996) :

1. Rata-rata waktu yang digunakan


untuk melayani resep sampai ke 3. Persentase obat yang diberi
tangan pasien label dengan benar

Bertujuan untuk mengetahui Bertujuan untuk mengetahui


tingkat kecepatan pelayanan penguasaan peracik (dis-
apotek rumah sakit. penser) tentang informasi
pokok yang harus ditulis dalam
etiket.

2. Persentase obat yang


diserahkan
Bertujuan untuk mengetahui se-
jauh mana kemampuan IFRS
menyediakan obat yang dire-
sepkan.
PENGGUNAAN OBAT • Penggunaan obat adalah proses yang
Indikator dalam penggunaan obat antara lain
meliputi peresepan oleh dokter,
sebagai berikut (WHO, 2003) : pelayanan obat oleh farmasi serta
1. Jumlah rata – rata obat tiap resep
penggunaan obat oleh pasien.
Tujuannya untuk mengukur derajat poli-
farmasi.
2. Persentase obat generik yang diresepkan
Tujuannya untuk mengukur kecenderun-
gan peresepan obat generik
3. Persentase antibiotik yang diresepkan
Digunakan untuk mengukur penggunaan
antibiotik secara berlebihan karena peng-
gunaan antibiotik secara berlebihan
merupakan salah satu bentuk ketidakra-
sionalan peresepan.

D
D
4. Persentase injeksi yang diresepkan
Tujuannya untuk mengukur penggunaan
injeksi yang berlebihan.
5. Persentase obat yang diresepkan dari formularium
Tujuannya untuk mengukur derajat kesesuaian praktek dengan kebijakan obat
nasional yang diindikasikan dengan peresepan dari formularium.
D
D
Thank you
This text can be replaced with your own text

Anda mungkin juga menyukai