Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
3
BLOK 17
KELOMPOK 4
1. Siti Ujrumiah
2. Dhiya Nabila
3. M. Adeya Herdira Putra
4. Amalia Putri
5. Sherly Nuralisa S
6. Romadhona Setiyoly
7. Sandria Aprilano
8. Rizki Apriani Putri
9. Qurratul Aina
TIDAK BISA MENUTUP MULUT
•
IDENTIFIKASI DAN
KLARIFIKASI ISTILAH ASING
• Free end: adanya ujung bebas atau tidak terdapat gigi pada bagian ujung dari lengkung rahang
ANALISIS MASALAH
Dislokasi
TMJ
• Osteokinematika : Secara gerakan, osteokinematika adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya
saja. Pada osteokinematika yang terjadi berupa gerak ayun, rotasi putar dan spin.
• Artrokinematika : gerakan yang terjadi pada permukaan sendi atau sering disebut intracapsular
movement. Pada artro-kinematika gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide, dari kedua gerak
tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin (Suhartini, 2011).
• Gerak rotasi, gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus dengan
permukaan inferior diskus artikularis.
• Gerak translasi atau meluncur, terjadi ketika mandibula bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi,
kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama
(Suhartini, 2011).
Gerak Mandibula yang mempengaruhi TMJ :
(Suhartini, 2011).
Definisi Dislokasi Temporomandibular Joint
Dislokasi TMJ adalah suatu kondisi dimana suatu sendi berpindah dari artikulasinya,
yang disebabkan karena gerakan berlebihan dari kondilus diluar eminensia artikularis.
Biasanya pasien tidak dapat mengembalikan mandibula ke posisi semula sehingga
dibutuhkan manipulasi eksternal. Dislokasi TMJ kondisi diskus artikular tidak tertarik
kembali dan tetap pada posisi anterior, mengakibatkan bantalan retrodiscal ditarik ke
dalam TMJ antara kondilus mandibula dan tulang temporal.
Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang mengalami gangguan TMJ paling banyak
ditemukan pada perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh sensitivitas biologis dalam
menerima stimulus yang dimiliki perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
laki. Jika dilihat secara biologis, faktor hormonal juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan TMJ. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siklus menstruasi memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya rasa sakit pada musculoskeletal
Najma et al., 2014
Etiologi
• 60% kasus dislokasi disebabkan oleh trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah
tangga, kekerasan,dan penyebab lain seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa,
bernyanyi.
• 40% kasus dislokasi disebabkan karena membuka mulut secara kuat dari prosedur anestesi dan
endoskopi. Penyebabnya dapat spontan atau diinduksi oleh trauma, membuka mulut dengan kuat dari
intubasi endotrakealdengan larungeal mask atau tabung trakea, THT/prosedur Gigi, endoskopi,
pembukaan mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa dan muntah.
• Farmakologis
Penggunaan fenotiazin / metoklopramid (adanya efek ekstrapiramidal dari penggunaannya)
(Witulski et al.,
PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI
TMJ
Berguna untuk menilai jenis dislokasi dan patah tulang
CT Scan terkait.
Rontgen dan Juga dapat berguna, tetapi mungkin ada beberapa
radiograf rahang keterbatasan karena proyeksi tulang belakang yang
panoramik tumpang tindih dalam tampilan posteroanterior (PA).
(Hillam J,
2020)
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ
Metode bimanual:
Juga dikenal sebagai metode reduksi intraoral klasik, tradisional, atau hipokrates, yang
merupakan teknik paling umum yang digunakan untuk reduksi TMJ.
1. Dokter berdiri tepat di depan pasien yang duduk, menghadap ke arah pasien.
2. Asisten harus menstabilkan kepala selama prosedur.
3. Saat mengenakan sarung tangan, dokter menempatkan kedua ibu jari ke dalam mulut pasien yang terbuka.
4. Ibu jari mungkin dibungkus dengan kain kasa untuk perlindungan.
5. Setiap ibu jari ditempatkan pada molar bawah pasien masing-masing atau punggung oblik eksternal sejauh
mungkin.
6. Jari-jari dokter ditempatkan keluar dari mulut pada sudut mandibula untuk mengangkat badan rahang bawah dan
dagu.
7. Ibu jari memberikan tekanan untuk mendorong mandibula ke bawah lalu ke belakang sambil menjaga mulut
sedikit terbuka. Tujuannya adalah untuk membebaskan kondilus dari puncak anterior dan mendorong mandibula
kembali ke fossa temporal.
(Septadina, 2015; Ning dkk,
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ
Jika dislokasi terjadi lebih lama dari 3-4 Teknik yang kurang invasif (penyuntikan toksin
minggu reduksi manual bisanya sudah tidak botulinum, penyuntikan darah autologous,
bisa digunakan, oleh karena itu tindakan prolotherapy) dapat dilakukan pada pasien
bedah dapat dipertimbangkan. Metode yang tidak menurut atau memiliki resiko bedah
redresive (kapsul sendi dibuka untuk reduksi) yang tinggi, tetapi hasil jangka panjang sering
dan metode yang lebih invasiv (eminectomy, tidak memuaskan dan terapi bedah dapat
condylectomy, osteotomy, dan endoprostesis) dilakukan
dapat dipertimbangkan sebagai tindakan
bedah TMD kronis presisten
(Prechel dkk,
2018)
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ
(Ginting dkk,
PENCEGAHAN DISLOKASI TMJ
a) Saat berolahraga, gunakan pelindung yang lengkap (seperti helm atau peralatan pelindung wajah lainnya). Berhati-
hati saat makan, menguap, atau tertawa, agar tidak membuka mulut terlalu lebar
b) Pencegahan kekambuhan pasca reduksi :
• Pada periode pasca reduksi, pasien harus dibalut kepala-dagu atau kerah leher yang kaku untuk mencegah
kekambuhan segera.
• Pasien harus dinasehati untuk tidak membuka lebar mulutnya (lebih dari 2 cm) selama 1 sampai 3 minggu
pasca reduksi.
• Pasien harus dibatasi pada diet mekanis lunak selama beberapa hari hingga 2 minggu.
• Perawatan harus diberikan untuk menopang rahang saat menguap.
• Menggunakan cervical collar yang kaku dan empuk dapat menambah dukungan dan mencegah rahang terbuka
lebar. Cervical collar bertindak sebagai tambahan yang berguna dalam mencegah dislokasi dengan bertindak
sebagai penahan karena mencegah rahang terbuka lebar, yang dapat memicu dislokasi.
• Pasien harus menerima instruksi untuk menindaklanjuti dengan ahli otolaringologi (THT) atau ahli bedah mulut
maksilofasial (OMFS) dalam 2 sampai 3 hari
(Hillam J,
2020)
PROGNOSIS DISLOKASI TMJ
• Jika dislokasi akut tidak ditangani atau penanganan tidak adekuat dalam waktu 72 jam
atau lebih TMD kronis presisten akan terjadi. Teknik yang kurang invasif (penyuntikan
toksin botulinum, penyuntikan darah autologous, prolotherapy) dapat dilakukan pada
pasien yang tidak menurut atau memiliki resiko bedah yang tinggi, tetapi hasil jangka
panjang sering tidak memuaskan dan terapi bedah dapat dilakukan.
• Prognosis dislokasi sendi temporomandibular, khususnya rekuren kronis dan kronis
menahun tidak dapat diprediksi dan hal tersebut tergantung dari evaluasi, rencana
perawatan, dan kerjasama pasien
Komplikasi dislokasi sendi temporomandibular yang mungkin terjadi, antara lain yaitu:
Nyeri Otot Sekitar Nyeri otot wajah umumnya diakibatkan oleh adanya
Wajah pergeseran letak diskus artikular.
(Jerolimov, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
•Balaji SM. 2018. Textbook of Oral and Maxillofasial Surgery. 3rd Ed. New Delhi: RELX.
•Fricton, Kroening, Hathaway K. TMJ and craniofacial pain : diagnosis and management. 1rst ed. St. Louis : Ishiyaku Euro America, 1998 : 85-130
•Ginting R, Napitupulu FMN. Gejala Klinis dan Faktor Penyebab Kelainan Temporo Mandibular Joint pada Kelas I Oklusi Angle. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 2019;
31 (2): 108-119.
•Hillam J, Isom B. Mandible Dislocation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan 22.
Jerolimov V. Temporomandibular disorders and orofacial pain. Medical Sciences. 2009; 33(2009):54-71.
•Marques-Mateo M, Puche-Torres M, Iglesias-Gimilo ME. 2016. Temporomandibular Chronic Dislocation: The Long-Standing Condition. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 21(6): 776-83.
•Mateo MM, Torres MP, Gimilio MEI. Temporomandibular Chronic Dislocation: The Long-Standing Condition. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2016; 21(1): 776-783.
•Najma Shofi, Cholil, Bayu Indra Sukmana. Deskripsi Kasus Temporomandibular Disorder Pada Pasien Di Rsud Ulin Banjarmasin Bulan Juni – Agustus 2013. Jurnal
Kedokteran Gigi Vol Ii. No 1. Maret 2014 .
•Ning NA, et al. 2016. Studi Kasus: Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular Antero Bilateral. MKGK. 2(3):120-125.
•Papoutsis G, Papoutsi S, Klukowska-Rötzler J, Schaller B, Exadaktylos AK. Temporomandibular joint dislocation: A retrospective study from a swiss urban emergency
department. Open Access Emerg Med. 2018;10:171–6.
•Prechel U, Ottl P, Ahlers OM, Neff A. 2018. The Treatment Of Temporomandibular Joint Dislocarion. Dtsch Arztebl Int. 115(5): 59-63.
•Septadina IS. 2015. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular. MKS Th. 47 No.1 :61-66
•Suhartini. Fisiologi Pengunyahan Pada Sistem Stomatognati. Stomatognatic (JKG Unej). 2011; 8(3): 123-124.
• Vitria EE. 2009. Proceedings of The 15th Scientific Meeting and Refresher Course in Dentistry. Jakarta: Sagung Seto. Witulski, Silke, Thomas J. Vogl, Stefan Rehart,
and Peter Ottl, Evaluation of the TMJ by means of Clinical TMD Examination and MRI Diagnostics in Patients with Rheumatoid Arthritis, Biomed Res Int, 2018
• White T, Hedderick V, Ramponi DR. Dislocation of the Temporomandibular Joint and Relocation Procedures. Advanced Emergency Nursing Journal. 2016; 38(3):
177-180.
•Witulski, Silke, Thomas J. Vogl, Stefan Rehart, and Peter Ottl, Evaluation of the TMJ by means of Clinical TMD Examination and MRI Diagnostics in Patients with
Rheumatoid Arthritis, Biomed Res Int, 2018