Anda di halaman 1dari 34

TUTORIAL SKENARIO

3
BLOK 17
KELOMPOK 4

DOSEN PEMBIMBING: DRG. NIDA AMALIA


KELOMPOK 4:

1. Siti Ujrumiah
2. Dhiya Nabila
3. M. Adeya Herdira Putra
4. Amalia Putri
5. Sherly Nuralisa S
6. Romadhona Setiyoly
7. Sandria Aprilano
8. Rizki Apriani Putri
9. Qurratul Aina
TIDAK BISA MENUTUP MULUT


IDENTIFIKASI DAN
KLARIFIKASI ISTILAH ASING
• Free end: adanya ujung bebas atau tidak terdapat gigi pada bagian ujung dari lengkung rahang
ANALISIS MASALAH

1. Apa diagnosis berdasarkan keluhan dari pasien?


2. Apa pengaruh kondisi free end pd scenario?
3. Apa saja pemeriksaan pada skenario tersebut?
4. Apa penyebab rasa sakit pada telinga dan bunyi klik?
5. Apa hubungan kasus diskenario dengan kebiasaan pasien mengunyah di satu sisi?
6. Apa komplikasi yang terjadi jika kasus tidak ditangani?
7. Bagaimana penanganan pada diagnosis tersebut?
8. Apa hubungan relasi maksila-mandibula yang lebar dengan kondisi yang dialami pasien pada skenario?
9. Apakah usia pasien berhubungan dengan diagnosa?
10. Apa diagnosis banding dari diagnosa pada skenario?
11. Apa penyebab pasien merasa tidak nyaman dileher dan sakit kepala?
KLARIFIKASI ANALISIS
MASALAH
1. Dislokasi TMJ atau temporo mandibular disorder, yang merupakan keadaan atau kondisi pergeseran sendi mandibula dari
tempat normalnya.
2. Free end membuat pasien cenderung hanya mengunyah di satu sisi sehingga jika dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan
terjadinya dislokasi TMJ
3. Pemeriksaan:
• Pemeriksaan ekstraoral --> apakah ada asimetris wajah, pemeriksaan persendiaan dan perlekatan otot ekstraoral
• Pemeriksaan intraoral --> melihat kondisi gigi geligi dan palpasi otot intraoral
• Pemeriksaan bunyi kliking
• pemeriksaan membuka mulut maksimal dan pergerakan rahang
4. Terdapat krepitasi /bunyi klik pada kasus dislokasi tmj timbul akibat terjadinya perubahan komponen struktural yang
mengalami perubahan posisi tmj, perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya gesekan yg tidak sesuai pada saat membuka
dan menutup mulut sehingga menimbulkan bunyi "klik" (clicking).
5. Mengunyah satu sisi seperti yang dialami pasien dapat mengakibatkan beban berlebih pada sendi TMJ yang
sering digunakan, terutama pada proc. Condylaris yang menekan fossa, sehingga mengakibatkan discus dan
ligamen yang terletak diantaranya menjadi cidera dan mengalami gangguan pada sendi TMJ dan otot yang
terkait yang mengakibatkan ketidakseimbangan otot pengunyahan yang menyebabkan kekakuan.
6. Infeksi mikroorganisme, nyeri otot, rahang terkunci, terganggunya fungsi mastikasi dan terjadinya nyeri
otot disekitar wajah scr terus menerus.
7. Pemberian anastesi lokal untuk mengurangi nyerinya dan head bandage untuk mncegah terjadinya dislokasi
yang makin parah.
8. Dislokasi TMJ pada posisi processus condylaris tidak terdapat pada posisi fossa mandibular yang
seharusnya, sehingga gerakan berlebihan pada condylaris. Menyebabkan space yang melebar antara relasi
maxilla dan mandibular.
9. Mungkin iya karna usia tua karna degenarasi tmj dan diusia yg muda krn kecelakaan
10. SB
11. Kekakuan yang terjadi pada otot TMJ menyebabkan rasa sakit yang terjadi dikepala.
Kekakuan otot menyebabkan terjadinya beban pada otot kepala dan leher. Pasien mengalami
rasa tidak nyaman disekitar leher disebabkan adanya kondisi yang tidak seimbang antara
otot leher yang disebabkan adanya kondisi yang tidak seimbang antara otot dan ligamen
TMJ yang terganggu akibat dari posisi TMJ yang tidak biasa sehingga memaksa otot dan
ligamen tetap bekerja.
TOPIC TREE

Dislokasi
TMJ

Epidemiolo Manifestasi Prosedur Diagnosis


Definisi Etiologi Patofisiologi Pencegahan Pemeriksaan Prognosis Komplikasi
gi Klinis Perawatan Banding
SASARAN BELAJAR
1. Anatomi pada TMJ
2. Biomekanika membuka menutup rahang
3. Definisi Dislokasi TMJ
4. Epidemiologi Dislokasi TMJ
5. Etiologi Dislokasi TMJ
6. Patofisiologi Dislokasi TMJ
7. Manifestasi Klinis Dislokasi TMJ
8. Pemeriksaan Dislokasi TMJ
9. Prosedur Perawatan Dislokasi TMJ
10. Pencegahan Dislokasi TMJ
11. Prognosis Dislokasi TMJ
12. Komplikasi Dislokasi TMJ
13. Diagnosis Banding Dislokasi TMJ
ANATOMI PADA TMJ
Balaji SM. 2018.
Biomekanika Membuka dan Menutup Rahang
Pada biomekanika terdapat 2 gerakan :

• Osteokinematika : Secara gerakan, osteokinematika adalah gerak sendi yang dilihat dari gerak tulangnya
saja. Pada osteokinematika yang terjadi berupa gerak ayun, rotasi putar dan spin.

• Artrokinematika : gerakan yang terjadi pada permukaan sendi atau sering disebut intracapsular
movement. Pada artro-kinematika gerakan yang terjadi berupa gerak roll dan slide, dari kedua gerak
tersebut dapat diuraikan lagi menjadi gerak traksi-kompresi, translasi dan spin (Suhartini, 2011).

Ada 2 gerakan utama pada TMJ, yaitu:

• Gerak rotasi, gerakan berputar pada sumbunya yang terjadi antara permukaan superior kondilus dengan
permukaan inferior diskus artikularis.
• Gerak translasi atau meluncur, terjadi ketika mandibula bergerak maju, lebih menonjol sehingga gigi,
kondilus dan ramus semua pindah ke arah dan derajat inklinasi yang sama

(Suhartini, 2011).
Gerak Mandibula yang mempengaruhi TMJ :

• Gerakan menarik ke arah superior/menutup mulut oleh m.masseter, m.temporalis


(serabut vertikal) dan m.pterigodeus medialis
• Gerakan menarik ke arah inferior/membuka mulut oleh m.milohiodeus, m.digastrikus
venter anterior, dan m.pterigodeus lateralis (otot ini menarik kepala mandibula di atas
dataran menurun tuberkulum artikularis)
• Protrusi/pergerakan ke anterior oleh m.pterigodeus lateralis (serabut otot ini membantu
pergerakan antero-superior)
• Retruksi/gerakan ke posterior-inferior oleh m.temporalis (serabut horizontal)

(Suhartini, 2011).
Definisi Dislokasi Temporomandibular Joint

Dislokasi TMJ adalah suatu kondisi dimana suatu sendi berpindah dari artikulasinya,
yang disebabkan karena gerakan berlebihan dari kondilus diluar eminensia artikularis.
Biasanya pasien tidak dapat mengembalikan mandibula ke posisi semula sehingga
dibutuhkan manipulasi eksternal. Dislokasi TMJ kondisi diskus artikular tidak tertarik
kembali dan tetap pada posisi anterior, mengakibatkan bantalan retrodiscal ditarik ke
dalam TMJ antara kondilus mandibula dan tulang temporal.

(Mateo et al., 2016; White et al., 2016)


Epidemiologi
• Umum terjadi pada dekade ke-2 dan ke-3. Frekuensi tertinggi ditemukan pada wanita,
namun penyebabnya masih belum diketahui
• Pada laki-laki sebesar 41% dan pasien perempuan sebesar 59%.
• TMD ringan sebesar 53%, TMD sedang 38%, dan TMD berat sebesar 9%.
• Keparahan ringan-sedang (17-25 tahun), Tingkat keparahan berat (35-55 tahun), Pada
wanita berusia 30-50 tahun

Berdasarkan jenis kelamin, pasien yang mengalami gangguan TMJ paling banyak
ditemukan pada perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh sensitivitas biologis dalam
menerima stimulus yang dimiliki perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-
laki. Jika dilihat secara biologis, faktor hormonal juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan TMJ. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa siklus menstruasi memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap terjadinya rasa sakit pada musculoskeletal
Najma et al., 2014
Etiologi

• 60% kasus dislokasi disebabkan oleh trauma akibat jatuh, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan rumah
tangga, kekerasan,dan penyebab lain seperti membuka mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa,
bernyanyi.

• 40% kasus dislokasi disebabkan karena membuka mulut secara kuat dari prosedur anestesi dan
endoskopi. Penyebabnya dapat spontan atau diinduksi oleh trauma, membuka mulut dengan kuat dari
intubasi endotrakealdengan larungeal mask atau tabung trakea, THT/prosedur Gigi, endoskopi,
pembukaan mulut yang berlebihan saat menguap, tertawa dan muntah.

• Perubahan komponen structural


Kapsul yang longgar, ligamen yang lemah, eminensia yng tajam, bentuk kondilus yang abnormal, posisi
disk yang atipikal

• Farmakologis
Penggunaan fenotiazin / metoklopramid (adanya efek ekstrapiramidal dari penggunaannya)

• Faktor terkait lainnya


Iatrogenik: prosedur intubasi, laryngoscopy, prosedur THT, prosedur gigi, endoskopi gastrointestinal
(Septadina, 2015; Mateo et al., 2016; Vitria, 2009)
Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari dislokasi mandibular adalah lemahnya kapsul dan ligamen sendi
yang memungkinkan terjadi pergerakan yang berlebihan ketika membuka mulut besar
seperti pada saat:
• Menguap
• Saat general anestesi karena pembukaan mulut yang terlalu besar dengan menggunakan
mouth gag
• Karena dorongan kebawah pada saat ekstraksi gigi bawah jika dukungan rahang tidak
adekuat
• Penyakit sistemik
• Ehlers-Danlos / Penyakit jaringan ikat
• Penyakit neurodegeneratif /neurodisfungsional, seperti: penyakit Huntington, epilepsi,
penyakit parkinson, multiple sclerosis, distrofi otot / dystonia

(Septadina, 2015; Mateo et al., 2016; Vitria, 2009)


Patofisiologi
Dislokasi temporomandibularjoint (TMJ) seringkali timbul dan disebabkan oleh
hipermobilitas dari mandibula. Hipermobilitas mandibula menyebabkan subluxation
(dislokasi parsial dari sendi) yang kemudian mengakibatkan pemindahan dari kondilus.
Kondisi yang lebih serius muncul ketika kondilus mandibula bertranslasi ke arah anterior
di depan articular eminence dan terkunci pada posisi itu. Dislokasi mandibula dapat
terjadi secara unilateral atau bilateral dan biasanya dislokasi dari kondilus mandibula
akan menyebabkan rasa sakit dan juga dapat menimbulkan kejang otot parah khususnya
pada otot masseter dan pterygoid .

(Witulski et al., 2018)


Manifestasi Klinis
Dislokasi Akut:
• Tidak mampu membuka mulut
• Deviasi rahang ke kiri dan ke kanan
• Depresi preauricular pada sisi ipsilateral
• Salivasi berlebihan
• Spasme otot pengunyahan
• Nyeri hebat pada TMJ
Dislokasi Kronis :
• Kesulitan makan
• Tidak mampu menyatukan gigi
• Deviasi rahang saat membuka & menutup
• Nyeri preauricular
• Anterior openbite, bilateral dislokasi
• Kontralateral cross bite, unilateral dislokasi
• Deviasi mandibula kontralateral, unilateral
• Reauricular berlekuk
• Teraba condyle anterior ke artikular eminensia
• Wajah asimetri (Septadina, 2015)
• Prognatism
Dislokasi ke arah anterior :
• Mulut terbuka lebar & sulit ditutup.
• Penderita tampak cemas atau seringkali tampak panik.
• Meskipun tidak selalu, terasa nyeri pada sendi yang mengalami dislokasi.
• Bengkak atau penonjolan tulang pada sisi yg mengalami dislokasi.
• Pada kasus bilateral tampak dagu protrusif.
• Pada kasus unilateral tampak deviasi mandibula ke arah sisi normal.
• Radiologis : tampak kondilus berada di anterior eminensia artikularis.
Dislokasi ke arah posterior :
• Mulut sedikit terbuka & sulit ditutup atau dibuka lebar.
• Distoklusi pada gigi posterior & open bite pada gigi anterior.
• Selalu, disertai nyeri hebat, terutama jika rahang digerakkan.
• Bengkak atau penonjolan tulang pada sisi normal.
• Pada kasus bilateral tampak dagu retrusif.
• Kasus unilateral tampak deviasi mandibula ke arah sisi dislokasi.
• Perdarahan dari lubang telinga pada sisi dislokasi.

(Friction et al., 1998)


Dislokasi ke arah superior :
• Mulut terbuka agak lebar & sulit ditutup atau dibuka lebar.
• Disertai nyeri hebat.
• Kasus bilateral gigi-gigi posterior berkontak, sedangkan gigi-gigi anterior tidak dapat berkontak
dengan gigi-gigi lawannya.
• Kasus unilateral tampak ramus mandibula seolah-olah memendek pada sisi dislokasi.
• Perdarahan & keluarnya cairan serebrospinal dari lubang telinga pada sisi dislokasi.
Dislokasi ke arah lateral atau medial :
• Umumnya merupakan gejala dari fraktur kondilus yg disertai dislokasi ke arah lateral atau medial.
• Gejalanya yang khas adanya tonjolan kondilus pada satu sisi & lekukan di sisi lainnya.

(Friction et al., 1998)


PEMERIKSAAN DISLOKASI TMJ
Gangguan sendi temporomandibular dapat didiagnosa dengan menggunakan beberapa pemeriksaan seperti:
Range of Motion of
Inspection (Bilateral) Palpation (Bilateral) TMJ Sounds
Mandible
Pada saat inspeksi Palpasi dapat dilakukan Auskultasi stetoskop pada TMJ Pengukuran pembukaan
dapat diperhatikan pada area sendi TMJ yaitu untuk mendengarkan suara yang mandibula maksimum.
adanya di anterior tragus. Palpasi tidak normal saat pembukaan dan Trismus terjadi apabila
pembengkakan, TMJ dan otot dilakukan penutupan mandibula (cliking, ada keterbatasan
deformasi ,deviasi untuk mengetahui adanya crepitus, popping). pembukaan mulut yang
pada dagu dan rasa sakit dan abnormalitas • Kliking yang terjadi pada awal kurang dari normal.
kondisi gigi-geligi. pada saat TMJ dalam fase membuka mulut
kondisi statis dan kondisi menunjukkan dislokasi discus ke
bergerak. Pergerakan antrior ringan, sedangkan kliking
kondilus yang asimetri yang terjadi atau timbul lebih
dapat dirasakan saat lambat berkaitan dengan
palpasi dilakukan ketika kelainan meniscus.
pasien diintruksikan untuk • Krepitus sendi ditunjukkan
membuka dan menutup melalui bunyi kemeretak atau
mulut. mencericit yang lebih sering
timbul saat translasi.

(Witulski et al.,
PEMERIKSAAN PENUNJANG DISLOKASI
TMJ
Berguna untuk menilai jenis dislokasi dan patah tulang
CT Scan terkait.
Rontgen dan Juga dapat berguna, tetapi mungkin ada beberapa
radiograf rahang keterbatasan karena proyeksi tulang belakang yang
panoramik tumpang tindih dalam tampilan posteroanterior (PA).

MRI digunakan untuk melihat kelainan pada jaringan lunak


MRI dan juga dapat digunakan untuk menilai kapsul sendi dan
ligamen di sekitarnya.

(Hillam J,
2020)
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ
Metode bimanual:
Juga dikenal sebagai metode reduksi intraoral klasik, tradisional, atau hipokrates, yang
merupakan teknik paling umum yang digunakan untuk reduksi TMJ.
1. Dokter berdiri tepat di depan pasien yang duduk, menghadap ke arah pasien.
2. Asisten harus menstabilkan kepala selama prosedur.
3. Saat mengenakan sarung tangan, dokter menempatkan kedua ibu jari ke dalam mulut pasien yang terbuka.
4. Ibu jari mungkin dibungkus dengan kain kasa untuk perlindungan.
5. Setiap ibu jari ditempatkan pada molar bawah pasien masing-masing atau punggung oblik eksternal sejauh
mungkin.
6. Jari-jari dokter ditempatkan keluar dari mulut pada sudut mandibula untuk mengangkat badan rahang bawah dan
dagu.
7. Ibu jari memberikan tekanan untuk mendorong mandibula ke bawah lalu ke belakang sambil menjaga mulut
sedikit terbuka. Tujuannya adalah untuk membebaskan kondilus dari puncak anterior dan mendorong mandibula
kembali ke fossa temporal.
(Septadina, 2015; Ning dkk,
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ

Metode pivot pergelangan tangan:


Merupakan metode alternatif yang menggunakan bahan yang sama dengan teknik bimanual
intraoral.
– Dokter menghadapi pasien yang duduk.
– Asisten harus menstabilkan kepala pasien selama reduksi.
– Dengan sarung tangan, ibu jari dokter ditempatkan keluar dari mulut di bawah mentum (dagu), mengarah ke garis
tengah.
– Telunjuk dan jari tengah diposisikan pada geraham bawah bilateral.
– Jempol memberikan tekanan ke atas dengan tekanan ke bawah yang sama dengan jari.
– Pergelangan tangan kemudian diputar ke depan, menyebabkan sudut mandibula bergerak ke bawah dan posterior,
mengurangi dislokasi.

(Septadina, 2015; Ning dkk,


PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ
Kronis Presisten Kronis Rekuren

Jika dislokasi terjadi lebih lama dari 3-4 Teknik yang kurang invasif (penyuntikan toksin
minggu reduksi manual bisanya sudah tidak botulinum, penyuntikan darah autologous,
bisa digunakan, oleh karena itu tindakan prolotherapy) dapat dilakukan pada pasien
bedah dapat dipertimbangkan. Metode yang tidak menurut atau memiliki resiko bedah
redresive (kapsul sendi dibuka untuk reduksi) yang tinggi, tetapi hasil jangka panjang sering
dan metode yang lebih invasiv (eminectomy, tidak memuaskan dan terapi bedah dapat
condylectomy, osteotomy, dan endoprostesis) dilakukan
dapat dipertimbangkan sebagai tindakan
bedah TMD kronis presisten

(Prechel dkk,
2018)
PROSEDUR PERAWATAN DISLOKASI TMJ

Prosedur penanganan sesuai skenario :


• Edentulous gigi posterior menyebabkan terjadinya perubahan keadaan
neuromuskular seperti hiperaktif otot akibat beban pengunyahan yang berlebih
dapat memengaruhi perubahan gerak mandibula seperti terbatasnya pergerakan
ke lateral.
• Untuk itu, orang dengan edentulous gigi posterior perlu dikonsultasikan ke
prostodonsia untuk dibuatkan gigi tiruan sehingga mendapatkan kembali oklusi
yang normal. Hubungan oklusal harus dipulihkan terlebh dahulu atau disesuai

(Ginting dkk,
PENCEGAHAN DISLOKASI TMJ
a) Saat berolahraga, gunakan pelindung yang lengkap (seperti helm atau peralatan pelindung wajah lainnya). Berhati-
hati saat makan, menguap, atau tertawa, agar tidak membuka mulut terlalu lebar
b) Pencegahan kekambuhan pasca reduksi :
• Pada periode pasca reduksi, pasien harus dibalut kepala-dagu atau kerah leher yang kaku untuk mencegah
kekambuhan segera.
• Pasien harus dinasehati untuk tidak membuka lebar mulutnya (lebih dari 2 cm) selama 1 sampai 3 minggu
pasca reduksi.
• Pasien harus dibatasi pada diet mekanis lunak selama beberapa hari hingga 2 minggu.
• Perawatan harus diberikan untuk menopang rahang saat menguap.
• Menggunakan cervical collar yang kaku dan empuk dapat menambah dukungan dan mencegah rahang terbuka
lebar. Cervical collar bertindak sebagai tambahan yang berguna dalam mencegah dislokasi dengan bertindak
sebagai penahan karena mencegah rahang terbuka lebar, yang dapat memicu dislokasi.
• Pasien harus menerima instruksi untuk menindaklanjuti dengan ahli otolaringologi (THT) atau ahli bedah mulut
maksilofasial (OMFS) dalam 2 sampai 3 hari

(Hillam J,
2020)
PROGNOSIS DISLOKASI TMJ

• Jika dislokasi akut tidak ditangani atau penanganan tidak adekuat dalam waktu 72 jam
atau lebih TMD kronis presisten akan terjadi. Teknik yang kurang invasif (penyuntikan
toksin botulinum, penyuntikan darah autologous, prolotherapy) dapat dilakukan pada
pasien yang tidak menurut atau memiliki resiko bedah yang tinggi, tetapi hasil jangka
panjang sering tidak memuaskan dan terapi bedah dapat dilakukan.
• Prognosis dislokasi sendi temporomandibular, khususnya rekuren kronis dan kronis
menahun tidak dapat diprediksi dan hal tersebut tergantung dari evaluasi, rencana
perawatan, dan kerjasama pasien

(Marques-Mateo dkk, 2016; Prechel dkk, 2018)


KOMPLIKASI DISLOKASI TMJ

Komplikasi dislokasi sendi temporomandibular yang mungkin terjadi, antara lain yaitu:
Nyeri Otot Sekitar Nyeri otot wajah umumnya diakibatkan oleh adanya
Wajah pergeseran letak diskus artikular.

Infeksi mungkin terjadi akibat kontaminasi pada saat


Infeksi
injeksi larutan anestesi atau tindakan pembedahan.

Dislokasi Berulang Dislokasi TMJ akut mungkin saja dapat berkembang


(Rekuren) menjadi kronis atau berulang jika ditangani dengan cara
yang tidak sempurna.

(Papoutsis dkk, 2018)


DIAGNOSIS BANDING DISLOKASI TMJ

Diagnosis banding dari gangguan sendi tempromandibula antara lain yaitu


• Nyeri intraoral
• Gangguan nyeri intrakranial (tumor, aneurisma, abses dan lain-lain)
• Sakit kepala primer
• Sakit kepala sekunder
• Gangguan nyeri neuropatik
• Nyeri yang berhubungan dengan organ
• Gangguan nyeri servikal
• Gangguan mental

(Jerolimov, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
•Balaji SM. 2018. Textbook of Oral and Maxillofasial Surgery. 3rd Ed. New Delhi: RELX.
•Fricton, Kroening, Hathaway K. TMJ and craniofacial pain : diagnosis and management. 1rst ed. St. Louis : Ishiyaku Euro America, 1998 : 85-130
•Ginting R, Napitupulu FMN. Gejala Klinis dan Faktor Penyebab Kelainan Temporo Mandibular Joint pada Kelas I Oklusi Angle. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 2019;
31 (2): 108-119.
•Hillam J, Isom B. Mandible Dislocation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan 22.
Jerolimov V. Temporomandibular disorders and orofacial pain. Medical Sciences. 2009; 33(2009):54-71.
•Marques-Mateo M, Puche-Torres M, Iglesias-Gimilo ME. 2016. Temporomandibular Chronic Dislocation: The Long-Standing Condition. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 21(6): 776-83.
•Mateo MM, Torres MP, Gimilio MEI. Temporomandibular Chronic Dislocation: The Long-Standing Condition. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2016; 21(1): 776-783.
•Najma Shofi, Cholil, Bayu Indra Sukmana. Deskripsi Kasus Temporomandibular Disorder Pada Pasien Di Rsud Ulin Banjarmasin Bulan Juni – Agustus 2013. Jurnal
Kedokteran Gigi Vol Ii. No 1. Maret 2014 .
•Ning NA, et al. 2016. Studi Kasus: Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular Antero Bilateral. MKGK. 2(3):120-125.
•Papoutsis G, Papoutsi S, Klukowska-Rötzler J, Schaller B, Exadaktylos AK. Temporomandibular joint dislocation: A retrospective study from a swiss urban emergency
department. Open Access Emerg Med. 2018;10:171–6.
•Prechel U, Ottl P, Ahlers OM, Neff A. 2018. The Treatment Of Temporomandibular Joint Dislocarion. Dtsch Arztebl Int. 115(5): 59-63.
•Septadina IS. 2015. Prinsip Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Temporomandibular. MKS Th. 47 No.1 :61-66
•Suhartini. Fisiologi Pengunyahan Pada Sistem Stomatognati. Stomatognatic (JKG Unej). 2011; 8(3): 123-124.
• Vitria EE. 2009. Proceedings of The 15th Scientific Meeting and Refresher Course in Dentistry. Jakarta: Sagung Seto. Witulski, Silke, Thomas J. Vogl, Stefan Rehart,
and Peter Ottl, Evaluation of the TMJ by means of Clinical TMD Examination and MRI Diagnostics in Patients with Rheumatoid Arthritis, Biomed Res Int, 2018
• White T, Hedderick V, Ramponi DR. Dislocation of the Temporomandibular Joint and Relocation Procedures. Advanced Emergency Nursing Journal. 2016; 38(3):
177-180.
•Witulski, Silke, Thomas J. Vogl, Stefan Rehart, and Peter Ottl, Evaluation of the TMJ by means of Clinical TMD Examination and MRI Diagnostics in Patients with
Rheumatoid Arthritis, Biomed Res Int, 2018

Anda mungkin juga menyukai