KURIKULUM MATEMATIKA SD
Dosen Pengampu :
Dr. Irma Ayuwanti, S.Pd., M.Pd
Disusun oleh:
Kurikulum 1968
Perkembangan pendidikan matematika itu sendiri pada kurikulum
tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagaimana dikemukan oleh Ruseffendi
yang dikutip Supriadi yaitu:
Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan
berhitung. Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau
volume bangun geometri ruang bukan pada penngertian bagaimana
rumus-rumus untuk perhitungan itu di peroleh.
Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada
pengertian.
Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas
dengan materi pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan
dunia.
Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya
motivasi serta rasa ingin tahu anak
Kurikulum 1975
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan
dalam pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip
oleh Supriadi, adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum
1975 adalah sebagai berikut:
Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri,
bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi
kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu
diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan
himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan
pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
kepengajaran yang bersifat rutin.
Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan
masalah daripada yang bersifat rutin.
Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar
dan Sekolah lanjutan.
Terdapat penekanan pada struktur.
Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan
adanya keberagaman antar siswa.
Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut. Perkembangan matematika di luar negeri tersebut
berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam
negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru,
yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan
kurikulum baru tersebut antara lain:
Adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar
daerah dari segi teknologi
Adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di
satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan
dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap
kemampuan anak didik.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi
aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah
atas diberi materi baru seperti komputer.
Kurikulum 1994
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, yakni:
Struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi
perkembangan anak
Materi keahlian seperti komputer semakin mendalam,
model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan.
Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan
tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi.
Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok
bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang
dihadapi sehari-hari.
Kurikulum 2004
Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum
baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Beberapa ciri
penting maupun karakteristik dari Kurikulum 2004 (KBK) dalam mata
pelajaran Matematika yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:
Pembelajaran berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan
masalah; kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran
dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika,
pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatanpenyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
Kurikulum
2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Adapun karakteristik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikemukakan Supriadi pada pendidikan
matematika saat ini adalah:
Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.
Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi.
Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi pokok dan indikator hasil
pencapaian belajar
Kurikulum
2013
Padaperubahan Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 terdapat beberapa
elemen perubahan kurikulum, yaitu:
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hards
skillsdengan mengasah 3 aspek, yaitu : sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Standar Isi (SI)
Pada perubahan SI dimana pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan
dari mata pelajaran, pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan
dari kompetensi. Sedangkan pendekatannya sama-sama dilakukan
melalui pendekatan mata pelajaran.
Standar Proses (SP)
Awalnya terfokus pada eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi, pada
kurikul um 2013 dilengkapi dengan pendekatan scientific yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), mengeksplorasi
(eksploring), mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating).
Penekanan Kurikulum Matematika
Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 lebih menekankan pada perhitungan dan
hasil dari perhitungan, tidak pada pemahaman konsep dari
suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem hafalan.
Kurikulum 1975
Kurikulum 1968 lebih menekankan pada perhitungan dan
hasil dari perhitungan, tidak pada pemahaman konsep dari
suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem hafalan.
Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 menekankan unsur atau asas kebermaknaan
sedangkan CBSA menekankan keaktifan siswa.
Kurikulum 2004