Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TELAAH KURIKULUM MATEMATIKA

KURIKULUM MATEMATIKA SD

 
Dosen Pengampu :
Dr. Irma Ayuwanti, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh:

Viky Ayu Serliyana 2084202028

Eria Dama Yanti 2084202032

Dea Novitasari 2084202042

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
Sejarah Perkembangan Kurikulum Pembelajaran
Matematika di Indonesia

Pendidikan di Indonesia setiap masa selalu


mengalami perkembangan, terutama dalam
pergantian kurikulum dari masa ke masa. Kurikulum
menjadi acuan tolak ukur dalam menjalankan proses
pembelajaran serentak. Kurikulum telah beberapa
kali mengalami perubahan seperti diketahui bahwa
sebelum adanya kurikulum Merdeka Belajar, maka
berikut proses perkembangan kurikulum yag telah
terjadi di Indonesia.
Kurikulum
 Tahun 1968
Pada tahun 1968, kurikulum yang berlaku adalah correlated subject
curriculum. Jumlah mata pelajaran untuk SD/MI 10 bidang studi,
SMP/MTs 18 bidang studi, dan SMA jurusan A 18 bidang studi; B
sebanyak 20 bidang studi; C sebanyak 19 bidang studi. Kelas
penjurusan di SMA dilakukan pada kelas XI.
Pada kurikulum 1968, pembelajaran matematika tentang Geometri
lebih menekankan pada kemampuan berhitung luas atau volume
bangun datar dan ruang saja, sehingga tidak mengaitkan dengan
bagaimana rumus-rumus untuk perhitungan itu diperoleh. Aspek
kognitif anak banyak dituntut dalam hal ini, anak diharuskan
menghafal daripada memahami pengertian. Semua pembelajaran
bertumpsu pada hafalan, kurang memberikan peluang bagi anak
untuk merasa termotivasi atau menumbuhkan rasa ingin tahunya.
Pembelajaran matematika juga menekankan pada perhitungan dan
hasil dari perhitungan, tidak pada memahami sebuah konsep dari
suatu materi, semua bersifat mekanis sehingga kurang,
memperhatikan aspek kontinuitas materi.
 kurikulum Tahun 1975
Pada tahun 1975 kurikulum yang berlaku bersifat integrated
curriculum organization. Pada kurikulum ini, pendidikan tingkat SD/MI
memiliki 1 struktur
program yang terdiri atas 9 bidang studi. Jumlah mata pelajaran pada
tingkat SMP dan SMA menjadi 11 bidang studi. Penjurusan yang
dilakukan pada SMA dimulai awal semester dua dengan
pengklasifikasian; IPA, IPS, dan bahasa. Pada kurikulum ini jumlah
bidang studi lebih sedikit pada setiap jenjang serta adanya pemisahan
materi antara ilmu hayat (IPA) dengan ilmu ukur, aljabar.
Dalam kurikulum 1975 diperkenalkan materi baru yaitu geometri,
himpunan, statistika, probalitas, relasi, sistem, numerasi kuno dan
penulisan lambang bilangan non desimal. Adanya konsep-konsep baru
yang berkembang seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran
matematika secara spiral dan pengajaran geometri dimulai dengan
himpunan. Berbeda halnya dengan kurikulum 1968 yang lebih
menekankan pada hafalan, kurikulum 1975 lebih mengutamakan pada
pengajaran yang bersifat pemecahan masalah sehingga adanya
kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara sekolah dasar dengan
sekolah lanjutan.
 Kurikulum Tahun 1984
Problematika yang terjadi pada kurikulum sebelumnya yakni terlalu
padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir disetiap jenjang
serta adanya pengadaan program studi baru di SMA untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan lapangan kerja. Maka, dengan adanya
kurikulum 1984 merupakan pengintregasian beberapa kurikulum
sebelumnya. Kurikulum ini bersifat content based curriculum. Program
pelajaran di SD/MI mencakup 11 bidang studi, SMP menjadi 12 bidang
studi, SMA menjadi 15 bidang studi untuk program inti; 4 bidang studi
untuk program pilihan (ilmu fisika, ilmu biologi, ilmu sosial, ilmu budaya
dan ilmu agama). Penjurusan dilakukan di kelas 2 SMA. Kurikulum ini
menggunakan pendekatan keterampilan proses dimana yang berdasarkan
tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Kurikulum 1984 berorientasi
pada tujuan instruksional yakni pendekatan
pengajaran berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif
(CBSA). Materi pengajaran dikemas menggunakan pendekatan spiral
yaitu menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan.
 Kurikulum Tahun 1994
Konsep yang dipakai sebelumnya yakni CBSA secara teoritis
bagus namun, hasil uji coba yang dilakukan diberbagai sekolah
banyak mengalami penurunan. Banyak sekolah yang kurang
memahami konsep CBSA sehingga ruang kelas terlihat gaduh
karena siswa berdiskusi, ada tempelan gambar di sudut-sudut kelas
dan guru tak lagi mengajar dengan model ceramah. Pada
kurikulum ini guru sangat dimudahkan dalam membuat bahan
pembelajaran maupun pelaksanaanya karena, materi telah
disiapkan dalam file kurikulum. Penilaian yang dilakukan guru juga
sangat mudah karena berbasis materi pengetahuan.
Kurikulum 1994 memiliki bahan ajar dari beberapa mata
pelajaran yang kurang sesuai dengan waktu belajar yang disediakan
serta kurikulum yang ada tidak dapat mendukung dalam
memanfaatkan hasil belajar siswa guna mengembangkan potensi
daerahnya. Kurikulum ini mempunyai urutan yang logis dan
sistematis. Namun, masih ada beberapa bahan ajar yang tidak
sistematis dan tidak logis sehingga terjadi pemborosan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Tahun 2004 (KBK)

Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu pada


kurikulum ini pembelajaran berpusat pada anak sebagai pengembang
pengetahuan. Prinsip-prinsip dalam KBK yaitu; penguatan integritas
nasional, keseimbangan etika; logika; estetika dan kinestetika,
kesamaan memperoleh kesempatan, abad pengetahuan dan teknologi
informasi, pengembangan keterampilan berpusat pada anak dengan
penilaian yang kontinu dan komprehensif. Cakupan materi untuk SD
dalam kurikulum ini ada 6; bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi. Cakupan pada materi SMP meliputi; bilangan, aljabar,
geometri dan pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah,
serta penalaran dan komunikasi. Cakupan materi pada SMA meliputi:
bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran, trigonometri, peluang dan
statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan masalah, serta
penalaran dan komunikasi. Kurikulum berbasis kompetensi ini secara
garis besar mencakup 3 komponen: kompetensi dasar, materi pokok,
dan indikator pencapaian hasil belajar.
Kurikulum KTSP 2006
Pengembangan kurikulum KTSP lebih menekankan pada pilar
keimanan, memahami dan menghayati, melaksanakan secara efektif,
belajar hidup bersama, menemukan jati diri melalui proses belajar aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (BSNP 2006). Standar kompetensi
dan kompetensi dasar matematika dalam file kurikulum KTSP 2006
disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan tersebut di atas. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk
mengembangkan kemampuan matematika dalam pemecahan masalah
dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan symbol,
tabel, diagram dan media lain.
Dalam kurikulum ini, menekankan bahwa pembelajaran matematika
hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan
situasi (contextual problem). Artinya, pembimbingan guru kepada siswa
secara langsung dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran. Sekolah
diharapkan menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi seperti
komputer rumah, alat peraga atau media lainnya guna mendukung
pembelajaran matematika secara inovatif dan kontekstual.
 Kurikulum 2013
Pada kurikulum 2013 yang dikembangkan untuk
meningkatkan dan menyeimbangkan kemampuan soft skills
dan hard skills yang berupa afeksi, psikomotor dan kognisi.
Struktur pada kurikulum ini ada sedikit perubahan
dibandingkan dengan KTSP. Perubahan tersebut terletak pada
bentuk mata pelajaran serta alokasi waktu belajar yang
dibebankan pada peserta didik, baik untuk SD/MI, SMP/Mts,
SMA/ MA. Pada struktur kurikulum di SD/MI terdiri dari 8
mata pelajaran yang berbagi menjadi 2 kelompok yakni:
kelompok A dan kelompok B. kelompok A adalah kelompok
mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi pada
aspek kognitif dan afektif seperti pada mata pelajaran:
pendidikan agama dan budi pekerti, pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan, bahasa Indonesia, matematika, IPA dan IPS.
kelompok B adalah mata pelajaran yang menekankan pada
aspek afektif dan psikomotorik seperti kesenian dan olahraga.
Implementasi kurikulum 2013 menuntut siswa untuk aktif,
inovatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi, bersifat
konstektual dan standar penilaian mengarah kepada penialaian
berbasis kompetensi. Problem kurikulum 2013 adalah masih
kurangnya penguasaan materi oleh siswa menyebabkan rendahnya
minat belajar siswa untuk belajar matematika. Dalam hal ini upaya
yang dilakukan adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh (1991)
bahwa terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika,
bagian yang sederhanapun tidak dipahami, banyak konsep yang
dipelajari secara keliru, dan matematika dianggap sebagai ilmu yang
sukar, ruwet dan bayak memperdayakan. Kesulitan semacam ini
tidak semata-mata bersumber dari siswa akan tetapi bisa jadi dari
cara penyampaian materi yang dilakukan guru kurang menarik.
Kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan yang berpusat pada
siswa. Jadi seorang guru harus mampu membangkitkan minat
semua siswa terhadap pelajaran yang diajarkan. Seorang guru harus
dapat merekayasa sistem pembelajaran dengan strategi yang
bervariasi serta melibatkan siswa secara aktif.
 
Karakteristik Kurikulum Matematika

 Kurikulum 1968
Perkembangan pendidikan matematika itu sendiri pada kurikulum
tahun 1968 mempunyai ciri-ciri sebagaimana dikemukan oleh Ruseffendi
yang dikutip Supriadi yaitu:
 Dalam pengajaran Geometri, penekanan lebih pada keterampilan
berhitung. Misalnya menghitung luas bangun geometri datar atau
volume bangun geometri ruang bukan pada penngertian bagaimana
rumus-rumus untuk perhitungan itu di peroleh.
 Lebih mengutamakan hafalan yang sifatnya mekanis daripada
pengertian.
 Program berhitung kurang memperhatikan aspek kontinuitas
dengan materi pada jenjang berikutnya, serta kurang terkait dengan
dunia.
 Penyajian materi kurang memberikan peluang untuk tumbuhnya
motivasi serta rasa ingin tahu anak
 Kurikulum 1975
Dalam bidang matematika sendiri pada tahun 1975 ini terjadi perubahan
dalam pengajaran matematika di Indonesia. Menurut Ruseffendi yang dikutip
oleh Supriadi, adapun karakteristik pengajaran matematika pada kurikulum
1975 adalah sebagai berikut:
 Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri,
bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi
kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu
diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan
himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan
pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan.
 Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan
kepengajaran yang bersifat rutin.
 Soal-soal yang diberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan
masalah daripada yang bersifat rutin.
 Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar
dan Sekolah lanjutan.
 Terdapat penekanan pada struktur.
 Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan
adanya keberagaman antar siswa.
 Kurikulum 1984
Pada kurikulum 1984, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
menjadi karakter yang begitu melekat erat dalam kurikulum
tersebut. Perkembangan matematika di luar negeri tersebut
berpengaruh terhadap matematika dalam negeri. Di dalam
negeri, tahun 1984 pemerintah melaunching kurikulum baru,
yaitu kurikulum tahun 1984. Alasan dalam menerapkan
kurikulum baru tersebut antara lain:
Adanya sarat materi, perbedaan kemajuan pendidikan antar
daerah dari segi teknologi
Adanya perbedaan kesenjangan antara program kurikulum di
satu pihak dan pelaksana sekolah serta kebutuhan lapangan
dipihak lain, belum sesuainya materi kurikulum dengan tarap
kemampuan anak didik.
Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi materi
aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah
atas diberi materi baru seperti komputer.
 Kurikulum 1994
Dalam kurikulm tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, yakni:
 Struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi
perkembangan anak
 Materi keahlian seperti komputer semakin mendalam,
model-model pembelajaran matematika kehidupan
disajikan dalam berbagai pokok bahasan.
 Intinya pembelajaran matematika saat itu mengedepankan
tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi.
 Soal cerita menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok
bahasan, hal ini diberikan dengan pertimbangan agar siswa
mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang
dihadapi sehari-hari.
 Kurikulum 2004
Pada tahun 2004, Pusat Kurikulum mengeluarkan dokumen kurikulum
baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Beberapa ciri
penting maupun karakteristik dari Kurikulum 2004 (KBK) dalam mata
pelajaran Matematika yang dikemukakan oleh Supriadi adalah:
Pembelajaran berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan
masalah; kemampuan berpikir logis,kritis, erta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran
dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika,
pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi.
Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatanpenyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkankesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi
Kurikulum
 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan penyempurnaan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Adapun karakteristik Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikemukakan Supriadi pada pendidikan
matematika saat ini adalah:
Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.

Terdapat penekanan pada pengembangkan kemampuan pemecahan masalah,

kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
Cakupan materi sekolah dasar meliputi: bilangan, geometri dan pengukuran,

pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan

pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran dan
komunikasi.
Cakupan materi untuk SMU meliputi aljabar,geometri dan pengukuran,

trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika, pemecahan
masalah serta penalaran dan komunikasi.
Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi pokok dan indikator hasil

pencapaian belajar
Kurikulum
 2013
Padaperubahan Kurikulum 2006 ke kurikulum 2013 terdapat beberapa
elemen perubahan kurikulum, yaitu:
Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hards
skillsdengan mengasah 3 aspek, yaitu : sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Standar Isi (SI)
Pada perubahan SI dimana pada KTSP 2006 kompetensi diturunkan
dari mata pelajaran, pada kurikulum 2013 mata pelajaran diturunkan
dari kompetensi. Sedangkan pendekatannya sama-sama dilakukan
melalui pendekatan mata pelajaran.
Standar Proses (SP)
Awalnya terfokus pada eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi, pada
kurikul um 2013 dilengkapi dengan pendekatan scientific yaitu
mengamati (observing), menanya (questioning), mengeksplorasi
(eksploring), mengasosiasi (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating).
Penekanan Kurikulum Matematika

 Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 lebih menekankan pada perhitungan dan
hasil dari perhitungan, tidak pada pemahaman konsep dari
suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem hafalan.
 Kurikulum 1975
Kurikulum 1968 lebih menekankan pada perhitungan dan
hasil dari perhitungan, tidak pada pemahaman konsep dari
suatu materi sehingga hanya menggunakan sistem hafalan.
 Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach.
 Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 menekankan unsur atau asas kebermaknaan
sedangkan CBSA menekankan keaktifan siswa.
 Kurikulum 2004

Kurikulum 2004 lebih dikenal dengan kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK).
 Kurikulum 2006

Kurikulum 2006 perubahan pada kegiatan pembelajaran yang


lebih berpusat pada peserta didik. Penekanan pada
pengembangkan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan
berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
 Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 mengutamakan pemahaman, skill, dan


pendidikan berkarakter. Pada proses pembelajaran mulai dari
masalah konkrit kemudian semi konkrit dan akhirnya abstraksi
permasalahan.
Kurikulum
 Merdeka
Kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten
akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami
konsep dan menguatkan kompetensi. Dalam proses pembelajaran guru memiliki
keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Di dalam
kurikulum ini terdapat projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar
Pancasila. Kemudian, dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan
oleh pemerintah. Projek ini tidak bertujuan untuk mencapai target capaian
pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Inti dari kurikulum merdeka ini adalah Merdeka Belajar. Hal ini dikonsep agar
siswa bisa mendalami minat dan bakatnya masing-masing. Misalnya, jika dua anak
dalam satu keluarga memiliki minat yang berbeda, maka tolok ukur yang dipakai
untuk menilai tidak sama. Kemudian anak juga tidak bisa dipaksakan mempelajari
suatu hal yang tidak disukai sehingga akan memberikan otonomi dan kemerdekaan
bagi siswa dan sekolah. Penerapan kurikulum merdeka terbuka untuk seluruh
satuan pendidikan PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, Pendidikan Khusus, dan
Kesetaraan. Selain itu, satuan pendidikan menentukan pilihan berdasarkan angket
kesiapan implementasi Kurikulum Merdeka yang mengukur kesiapan guru, tenaga
kependidikan dan satuan pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Pilihan
yang paling sesuai mengacu pada kesiapan satuan pendidikan sehingga
implementasi Kurikulum Merdeka semakin efektif jika makin sesuai kebutuhan
KESIMPULAN
Perjalanan pendidikan di Indonesia memiliki keunikan dan sejarahnya sendiri.
Perkembangannya begitu dinamis seiring pergantian pengendali kekuasaan. Pada level
berikutnya, hal ini pun berpengaruh besar terhadap sistem dan proses pendidikan secara nasional,
termasuk perubahan kurikulum sebagai salah satu instrumen penentu.
Secara historikal, perubahan kurikulum di dunia pendidikan Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut: Pertama Kurikulum 1947, Kedua Kurikulum 1952, Ketiga Kurikulum
1964, Keempat Kurikulum 1968, Kelima Kurikulum 1975, Keenam Kurikulum
1984, Ketujuh Kurikulum 1994, Kedelapan Kurikulum 2004, Kesembilan Kurikulum 2006,
dan Kesepuluh Kurikulum 2013. Setiap periode tersebut memiliki kurikulumnya masing-masing;
yang tentu saja memiliki karakter dan kekhasannya sendiri. 
Pembahasan mengenai berbagai hal tentang pendidikan khususnya tentang sejarah
perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia tentu tak cukup dibahas dalam makalah
sederhana ini. Untuk itu, sebagai pemakalah saya menyarankan agar pembaca berkenan mencari
dan mengkaji sumber lain yang membahas secara detail, sehingga pengetahuan tentang hal
tersebut lebih luas dan memberi efek positif pada upaya kita semua dalam memperdalam sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia itu sendiri, sejak dulu hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai