Anda di halaman 1dari 51

GEOLOGI LAPANGAN

• Bagi seorang geologist, lapangan berarti tempat dimana


keadaan batuan atau tanah dapat diamati
• Pemetaan geologi merupakan bagian yang sangat
penting didalam kajian lapangan
• Peta geologi digunakan untuk menggambarkan tubuh
batuan, mencantumkan pengukuran struktur dan
menghubungkan berbagai data.
• Peta geologi merupakan suatu sarana untuk
menggambarkan penyebaran batuan struktur, geologi,
serta hubungan antara satu batuan dengan lainnya.
Perlengkapan Dasar
1. Kompas geologi, kompas yang selain dapat dipakai untuk
mengukur komponen arah, juga komponen besar sudut.
2. Palu geologi, jenis palu geologi yang digunakan dapat berupa
“PICK-POINT”, yaitu jenis yang berujung runcing dan umumnya
dipakai di daerah batuan yang keras, dan jenis “CHISEL POINT”
yang berujung seperti pahat, umumnya dipakai untuk batuan
yang berlapis (batuan sedimen).
3. Lensa pembesar (loupe), yang umum dipakai adalah
perbesaran 8 sampai 20 kali.
4. Buku catatan lapangan, pensil, busur derajat dan clipboard.
5. Kantong contoh batuan, yang dipakai untuk membungkus
contoh-contoh batuan.
6. Komparator
7. Larutan HCl, digunakan untuk menguji kandungan karbonat
sebaiknya tidak terlalu pekat.
Kompas Geologi
Komponen Utama Kompas:
1. Jarum Magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara
magnet bumi. Dalam hal ini arah utara sebenarnya (geografis)
harus dikoreksi terhadap deklinasi yang harganya selalu
berubah dan tergantung di daerah mana kompas tersebut
digunakan
2. Lingkaran Pembagian Derajat
Dikenal 2 jenis pembagian skala kompas

a. Kompas dengan pembagian derajat


dimulai 0º pada arah utara (N) dan selatan
(S), sampai 90 º pada arah timur (E) dan
barat (W)
b. Kompas dengan pembagian derajat
dimulai dari 0º pada arah utara (N) sampai
360º
3. Klinometer
• Alat untuk mengukur besarnya kecondongan atau
kemiringan, yang dilengkapi dengan pengatur horisontal.
Dilengkapi dengan gelembung pengatur horisontal dan
pembagian skala (dinyatakan dalam derajat dan persen).

Pembacaan Klinometer,
Kemiringan: 10º 30’ atau 19%

Kemiringan
dalam
derajat

Kemiringan
dalam persen
Mengukur Kedudukan Bidang
a. Mengukur jurus (arah) bidang
b. Bagian sisi kompas ditempelkan (lebih mudah bagian sisi
bertanda E) pada bidang yang diukur
Pada waktu kedudukan
kompas horizontal (dengan
mengatur kedudukan
gelembung udara di
tengah), harga yang
ditunjukkan kompas adalah
Harga Jurus
b. Pengukuran kemiringan (dip)
• Didapat dengan menempelkan bagian sisi kompas (lebih
mudah bagian sisi bertanda W) pada bidang, dengan
posisi tegak lurus jurus yang telah terukur. Klinometer
diatur sehingga gelembung udara terletak ditengah.
• Harga yang terbaca merupakan besarnya dip
c. Pengukuran arah kemiringan
• Sisi bagian selatan (S) ditempelkan pada bidang yang diukur
dan arahnya dibaca pada jarum Utara, pada saat posisi
kompas horizonal
RIGHT HAND RULE
The orientation in space of sedimentary layering, the contact between
two rock unit, or any other planar feature (layering, cleavage, fractures,
faults, etc) may be described by two measurements – strike and dip

a. The strike and dip of a bed are indicated on this block diagram. The direction
of dip is at right angle to the strike direction.
b. Sketch showing the quadrants of the compass
Measuring Strike

Since strike is measured in the horizontal plane, your Brunton


transit/compass should always be horizontal. Use the bull’s-eye
level to maintain horizontality during measurement.
Measuring DIP
When measuring dips, be sure to measure the TRUE dip. The true
dip is the steepest angle that you can measure on a plane. Try
rotating your Brunton a bit while making your dip measurements
Pada dasarnya kegiatan pemetaan
geologi meliputi 3 aspek yaitu:
a. Pengamatan Singkapan
b. Penentuan Lokasi Titik Pengamatan
c. Plotting data yang diamati ke dalam
peta dasar dan catatan dalam buku
catatan
Pengamatan Singkapan
• Singkapan (outcrop) adalah bagian dari batuan
dasar yang masih utuh (belum terubah oleh
pelapukan) yang tersingkap, sebagai akibat
adanya pengikisan oleh gaya-gaya geologi yang
bekerja pada lapisan penutupnya.
• Pada umumnya singkapan dapat ditemukan
diantaranya:
a. Di sungai (terutama kelokan-kelokannya) dimana
pengikisan cukup intensif
b. Puncak bukit
c. Di tempat terjadi kegiatan oleh manusia, seperti:
penggalian dsb.
Foto Singkapan (Outcrop)

Foto singkapan yang dapat dipergunakan untuk merekonstruksi peta geologi melalui
ilustrasi penampang geologi di bawah ini.
Penentuan Lokasi Titik Pengamatan
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Dengan melihat dan mengamati keadaan bentuk
bentang alam di sekitar titik pengamatan dan
disesuaikan dengan peta, misalnya: kelokan
sungai, bukit yang menonjol, pertemuan dua
sungai.
2. Dengan menentukan titik perpotongan antara
garis-garis yang terarah pada obyek-obyek yang
dapat dikenal dari peta, misalnya puncak bukit.
3. Biasanya diambil 3 titik yang nyata dan arahnya
dibaca dengan Kompas
Yang perlu dilakukan dalam pengamatan singkapan:
1. Cari singkapan yang paling baik, paling segar singkapannya
2. Amati jenis singkapan (batuan beku, sedimen, atau malihan), bagaimana
dan kapan terbentuknya
3. Lakukan pengukuran dan amati keadaan batuan;
a. Batuan sedimen,
 ukur jurus dan kemiringan lapisan
 arah arus purba (bila ada) untuk mengetahui arah sedimentasi
 Ukur ketebalan masing-masing lapisan untuk mengetahui urutan
vertikalnya
b. Batuan beku
• Penyebaran batuan, untuk memperkirakan bentuk dan macamnya
(ekstrusif, intrusif)
• Batas kontak dengan batuan sekitar serta buktinya
• Pengukuran struktur khusus seperti struktur bantal, struktur aliran,
perlapisan semu, dll
c. Batuan Metamorf, perhatikan adanya foliasi dan liniasi, serta lakukan
pengukuran pada gejala tersebut

4. Ambil contoh batuan, buat foto dan sketsa


5. Tentukan lokasi pengamatan dan cantumkan dalam peta
Hal-hal yang Dicatat dalam Buku Lapangan
1. Catatan singkat mengenai lokasi dan keadaan geografis singkapan,
umpamanya di kelokan sungai, di bukit dsb.
2. Fakta-fakta mengenai singkapan

a. Keadaan singkapan: besar/ kecilnya singkapan, derajat pelapukan,


insitu atau tidak masif, sheared, dsb.
b. Susunan litologi: terdiri dari satu jenis batuan atau lebih, apakah
selang-seling dalam litologi lain, sisipan dsb
c. Batas antara jenis litologi, kemungkinan kontak intrusi; batas erosi dan
kontak patahan
d. Struktur primer batuan
• Batuan beku, apakah masif; ada penghalusan ke satu arah;
adanya konsentrasi mineral tertentu dsb
• Batuan metamorf, adakah sifat foliasi, gneissosity, schistosity,
apakah bergelombang dsb
• Batuan sedimen, dibahas sifat berlapis, masif, laminasi, struktur
sedimen dsb
e. Pemerian detail masing-masing litologi (susunan utama, sisipan
interkalasi, xenolith dsb)
f. Kandungan khusus dari batuan (jika ada) seperti kandungan fosil,
mineralisasi dsb
g. Keadaan struktur tektonik dari singkapan, apakah terganggu
secara tektonik, keadaan lapisan/ foliasi, sesar dsb.

3. Usahakan untuk selalu membuat penafsiran lapangan, umpamanya


meliputi:
a. Nama batuan (klasifikasi lapangan)
b. Lingkungan pembentukannya

4. Untuk setiap pengamatan diberikan nomor (sesuai dengan nomor


lokasi pengamatan yang dicantumkan dalam peta)
• Determining the thickness of layer if the ground is
sloping is slightly more complicated.
• The slope of the ground surface can be determined from
a topographic map by drawing a profile of the ground
surface using the same vertical and horizontal scales.

1.If the dip of the layer (A) and ground slope


(B) are in opposite directions and the sum of
the angles is greater than 90º
Layer thickness = Ground Distrance sin (A+B)
T = GD sin (A+B)

2. If the layer dip and ground slope are in


opposite directions and the sum of the
angles is less than 90º
T = GD sin [180º - (A+B)]
3. If the layer (A) and ground
surface (B) are in the same
direction and the slope is
less than the dip:
T = GD sin (A – B)

4. If the layer (A) and ground


slope (B) are in the same
direction and if the dip angle is
less than the slope:
T = GD sin (B – A )
Construction of Cross Section
TANAH

Tanah  hasil pelapukan batuan


- tanah tertransport (transported soil)
- tanah residu (residual soil)

Horison-horison (lapisan) tanah 


horison O (top soil), A (sub soil), B
(tanah lempungan), C (batuan yang
mulai melapuk)

Horison O & A :  pertanian


Horison B & C :  pertambangan
(tanah urug, bahan bangunan)
Fragmen batuan beku
(andesit)

Batuan breksi

Batuan  bahan penyusun kerak bumi :


-Batuan beku  pembekuan magma
-Batuan sedimen  pengendapan batuan yang tererosi
-Batuan metamorf  perubahan batuan dalam keadaan padat
Siklus Batuan
Awal Pembentukan Batuan (Batuan Beku/Volkanik)
IGNEOUS AND VOLCANIC ROCKS
Concordan Plutons
• Concordan plutons have less distinctive map
patterns, but in many cases, even the boundaries of
concordant plutons locally cut across country rock or
are the source of small discordant intrusions that
extend out into the country rock

1.Sill, sheetlike body with large lateral extent relative to


its thickness
2.Laccolith, a planoconvex or doubly convex lens,
flattened in the bedding plane of the invaded formation
3.Lopolith, a lenticular concordant intrusive mass in
which the thickness is approximately one-tenth to one-
twentieth of its width
4.Phacolith, intrusion of lensoid shape in cross sectons,
located at the hinge of fold
Discordant Plutons
• It is easy to spot discordant plutons because the boundaries
of these plutons generally cut across other rock bodies or
other features that were present at the time of intrusion

1. Dike, injected body with parallel or subparallel that is


narrow relative to its lateral extent
2. Dike swarm, many dikes of similiar trend or orientation
occurring together
3. Intrusive vein, when the path of discordant injected body is
less regularly defined than is true of dykes, the wavy
threadlike protrusion is called a vein
4. Apophyses or tongues, dike or veins that can be traced to
larger intrusive bodies as the souce of magmatic supply
5. Ring dike, a dike of arcuate to circular outcrop
6. Cone sheet, a dike of arcuate outcrop and regular
inclination toward a focus
7. Volcanic Neck, solid lava occupying a
volcanic vent
8. Batholith, is a stock-shaped or shield
shaped mass intruded as the result of the
fusion of older formations
9. Stock and Bosses, they refer to masses
similiar to batholiths, except that they are
smaller.
10. Bosses are stocks of nearly circular
ground plan
MODEL PLATE TECTONIC
KUBAH LAVA

LAVA

AWAN PANAS
GLOWING CLOUD
NUEE ARDENTE

MAGMA
Contoh-contoh Batuan Beku :
Contoh-contoh Batuan Sedimen :

Contoh-contoh Batuan Metamorf :


Jenis batuan, manfaat dan dampak penambangan

Jenis Contoh Manfaat Pemanfaatan Dampak


lahan penambangan
Batuan beku Andesit/Basalt Bahan fondasi Tambang Runtuhan,
kebisingan
Granit Lantai, bahan Tambang Runtuhan,
bangunan kebisingan
Batuan sedimen Batupasir Bahan bangunan Tambang, Longsor,
permukiman amblesan
Batulempung Bahan bangunan Tambang, Longsor,
pesawahan amblesan
Batugamping Dinding, bahan Tambang Longsor,
bangunan amblesan
Tuf Bahan bangunan Tambang, Longsor
pertanian
Batubara Sumber energi Tambang, Amblesan,
pertanian kebakaran
Batuan Marmer Dinding, lantai, Tambang Runtuhan,
metamorf perabotan kebisingan
K-feldspar

Kuarsa

Piroksen

Plagioklas

Mineral  senyawa anorganik padat dengan sistem kristal dan


komposisi kimia tertentu
 bahan pembentuk batuan
Mineral pembentuk batuan (deret Bowen) : Olivin, Piroksen,
Amfibol, Biotit, Plagioklas, K-feldspar, Muskovit, dan Kuarsa
Deret Bowen
• Mineral tambahan pada batuan sedimen :
- Kaolinit, haloysit, ilit, dan montmorilonit  mineral lempung (Al2Si2O5(OH)4 )

- Kalsit (CaCO3)
mineral karbonat
- Dolomit (CaMgCO3)
- Anhidrit, gipsum  batuan tersendiri
Montmorilonit  mineral gemuk (fat mineral)  free swell >30%

expansive soils  longsoran, amblesan/penurunan


(settlement)
• Mineral tambahan pada batuan metamorf :
- Aktinolit, klorit, talk, andalusit, garnet, dan asbes.

• Mineral ekonomis : kuarsa, kaolinit, kalsit, talk, gipsum, asbes, korundum, intan,
emas (Au), perak (Ag), tembaga (CU), dan mineral bijih lainnya,
• Mineral berbahaya : unsur radioaktif (misal uranium), logam berat (misal Hg).
Contoh-contoh Mineral Pada Batuan :
Kedudukan batuan dan hubungannya dengan
eksploitasi sumberdaya mineral
Ketinggian awal
intrusi
Open pit mining
Ketinggian intrusi
saat ini

Underground
mining
Perubahan
topografi
Grasberg

Batuan sedimen  superposisi, hukum datar asal, kesinambungan lateral


Batuan beku  intrusi memotong perlapisan batuan sedimen
 ekstrusi menutup batuan sedimen
Batuan metamorf  pada intrusi atau jalur subduksi
Hubungan antar batuan dapat menimbulkan ketidakselarasan
Ketidakselarasan

Ketidakselarasan Menyudut (angular unconformity)


Ketidakselarasan menyudut (angular unconformity); yaitu
ketidakselarasan yang terbentuk akibat adanya pengendapan
batuan sedimen di atas batuan sedimen terlipat yang telah
tererosi.
Ketidakselarasan paralel (Disconformity)
Ketidakselarasan sejajar yang terbentuk akibat adanya pengendapan
batuan sedimen di atas batuan sedimen yang telah tererosi sebelumnya
(disconformity).
Ketidakselarasan paralel (Paraconformity)
Ketidakselarasan sejajar yang terbentuk akibat adanya
pengendapan batuan sedimen di atas batuan sedimen lain dengan
diselingi waktu yang hilang (paraconformity).
Bukan Keselarasan

Yaitu ketidakselarasan yang terbentuk oleh pemotongan


batuan sedimen oleh intrusi batuan beku

Anda mungkin juga menyukai