Anda di halaman 1dari 15

PRESENTASI

ANTROPOLOGI HUKUM DAN


H U K U M A D AT D I I N D O N E S I A
 
PENGERTIAN

Antropologi secara etimologis berasal dari bahasa Yunani. Kata anthropos berarti manusia
dan logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi, antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia.
Oleh karena itu antropologi didasarkan pada kemajuan yang telah dicapai ilmu pengetahuna
sebelumnya.

Hukum adalah suatu peraturan atau ketentuan yang dibuat, baik secara tertulis maupun tidak
tertulis, dimana isinya mengatur kehidupan bermasyarakat dan terdapat sanksi/hukuman bagi
pihak yang melanggarnya.

.
Maka, Antropologi Hukum adalah suatu ilmu yang membahas suatu budaya dalam aspek
hukumnya dan objek sasaran dari antropologi hukum adalah manusia. Antropologi hukum
menjadi salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatur pola kehidupan masyarakat,
agar tidak melanggar berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Hukum adat adalah salah satu sistem hukum yang diberlakukan pada suatu lingkungan
masyarakat dan hukum adat menjadi hukum asli yang berasal dari Indonesia. Hukum adat
menjadi hukum yang tidak tertulis dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
masyarakat. Hukum adat berkembang mengikuti perkembangan jaman dan hal ini membuktikan
bahwa hukum ada memiliki sifat yang elastis atau bisa menyesuaikan diri.
HUBUNGAN ANTROPOLOGI HUKUM DAN HUKUM ADAT

1. Kegunaan

Antropologi hukum menjadi salah satu kajian ilmu yang sangat berkaitan dengan kaidah
sosial yang bersifat hukum dan ilmu ini akan menjauhkan masyarakat dari perilaku menyimpang.
Sedangkan hukum adat adalah suatu hukum yang tidak tertulis, namun hukum ini berkembang di
lingkungan masyarakat mengikuti perkembangan jaman. Keduanya memiliki kegunaan yang
sama dalam masyarakat yaitu untuk mengatur pola kehidupan masyarakat dan keduanya
menimbulkan norma sosial yang bermanfaat. Salah satu ciri-ciri norma sosial adalah dipatuhi
oleh masyarakat dan sifatnya tidak mengandung unsur kekerasan.
2. Fokus Utama

Hukum adat dan antropologi hukum memiliki pola hubungan yang saling menguntungkan.
Keduanya saling melengkapi dan fokus keduanya adalah kebudayaan yang berlaku di
masyarakat. Keduanya memiliki peranan untuk menghindarkan berbagai macam konflik sosial di
masyarakat dan konflik sosial dapat dihindarkan dengan cara yang halus atau tanpa kekerasan.
Hukum adat dan antropologi hukum bisa menghindarkan berbagai bentuk penyimpangan sosial
yang seringkali terjadi di lingkungan masyarakat.
3. Sifat

Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis, namun ditaati masyarakat dengan baik dan
hukum adat terus berkembang sesuai dengan perkembangan waktu. Sedangkan antropologi hukum
memiliki peranan yang sangat penting dalam mencegah berbagai tindak kejahatan di lingkungan
masyarakat dan antropologi hukum memiliki manfaat jangka panjang. Keduanya memiliki sifat
yang tidak memaksa dan sangat fleksibel terhadap perkembangan jaman.

Ada banyak penyebab perilaku penyimpangan dan penyimpangan bisa menjadi salah satu
faktor perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Komunikasi sosial memiliki peranan yang
sangat penting di masyarakat dan salah satu tujuan komunikasi sosial adalah menghasilkan
kehidupan masyarakat yang aman dan terjauh dari berbagai macam konflik sosial.
SEJARAH ANTROPOLOGI HUKUM DI INDONESIA

Sejarah perkembangan Antropologi menurut Koentjaraningrat terdiri dari empat fase :

1. Fase Pertama (Sebelum 1800)

Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, suku-suku bangsa di benua Asia, Afrika,
Amerika, dan Oseania mulai kedatangan orang-orang Eropa Barat selam kurang lebih 4 abad.
Orang-orang eropa tersebut, yang antara lain terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta, kaum
nasrani, maupun para pegawai pemerintahan jajahan, mulai menerbitkan buku-buku kisah
perjalanan, laporan dan lain-lain yang mendeskripsikan kondisi dari bangsa-bangsa yang mereka
kunjungi. Deskripsi tersebut berupa adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa, atau cirri-ciri fisik.
Deskripsi tersebut kemudian disebut sebagai "etnografi" (dari kata etnos berarti bahasa).
2. Fase kedua (kira-kira pertengahan Abad ke-19)

Pada awal abad ke-19, ada usaha-usaha untuk mengintegrasikan secara serius beerapa
karangan-karangan yang membahas masyarakat dan kebudayaan di dunia pada berbagai tingkat
evolusi. Masyarakat dan kebudayaan di dunia tersebut mentangkut masyarakat yang dianggap
"primitiv" yang tingkat evolusinya sangat lambat, maupun masyarakat yang tingkatannya sudah
dianggap maju. Pada sekitar 1860, lahirlah antropologi setelah terdapat bebarapa karangan yang
mengklasifikasikan bahan-bahan mengenai berbagai kebudayaan di dunia dalam berbagai tingkat
evolusi.
3. Fase Ketiga ( Awal Abad ke-20)

Pada awal abad ke-20, sebagian besar Negara penjajah di Eropa berhasil memantapkan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan mereka. Dalam era colonial tersebut, ilmu Antropologi
menjadi semakin penting bagi kepentingan kolonialisme.

Pada fase ini dimulai ada anggapan bahwa mempelajari bangsa-bangsa non Eropa ternyata
makin penting karena masyarakat tersebut pada umumnya belum sekompleks bangsa-bangsa
Eropa. Dengan pemahaman mengenai masyarakat yang tidak kompleks, maka hal itu akan
menambah pemahaman tentang masyarakat yang kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930)

Pada fase ini, antropologi berkembang pesat dan lebih berorientasi akademik.
Penembangannya meliputu ketelitian bahan pengetahuannya maupun metode-metode ilmiahnya.
Di lain pihak muncul pula sikap anti kolonialisme dan gejala makin berkurangnya bangsa-bangsa
primitive (yaitu bangsa-bangsa yang tidak memperoleh pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika)
setelahPerang Dunia II.

Menyebabkan bahwa antropologi kemudian seolah-olah kehilangan lapangan. Oleh karena


itu sasaran dan objek penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 telah beralih dari suku-
suku bangsa primitiv non Eropa kepada penduduk pedesaan, termasuk daerah-daerah pedesaan
Eropa dan Amerika. Secara akademik perkembangan antropologi pada fase ini ditandai dengan
symposium internasional pada tahun 1950-an, guna membahas tujuan dan ruang lingkup
antropologi oleh para ahli dari Amerika dan Eropa.
HUKUM ADAT DI INDONESIA

A.Sejarah Hukum Adat di Indonesia


a. Sebelum Zaman kompeni.
b. Pada zaman kompeni (1602-1800).
c. Pada zaman Daendels (1808- 1811).
d. Pada zaman Raffles (1811-1816).
B. Perbedaan Adat dan Hukum Adat

Adat dan Hukum adat berbeda meskipun keduanya berhubungan dengan bentuk kesusilaan
serta kebiasaan masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Letak perbedaan adat dan
hukum adat adalah pada ada tidaknya sanksi. 

Adat yang di dalamnya tak mengandung sanksi disebut dengan kebiasaan normative, yakni
kebiasaan yang wujudnya adalah aturan mengenai tingkah laku yang diterapkan oleh masyarakat.
Apabila suatu adat dilengkapi dengansanksi adat, maka hal tersebut dinamakan dengan hukum
adat. 
PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI HUKUM DI INDONESIA

Di Indonesia, antropologi berkembang seiring dengan kolonisasi bangsa-bangsa Eropa ke


Hindia. Watak khas suatu bangsa dan potensi kekayaan alamnya dilaporkan secara tertulis oleh
para pejabat kolonial. Berbagai laporan itu disebut etnologi. Berbagai tulisan etnologi tersebut
bermanfaat untuk mempermudah penguasaan kaum pribumi.

Keaslian masyarakat dipertahankan kemurniannya oleh kolonial. Penjagaan kemurnian


tersebut merupakan strategi agar masyarakat setempat tetap lemah dan mudah dikuasai. Hal ini
berlangsung terus sampai Belanda angkat kaki dari tanah air. Setelah Indonesia merdeka,
antropologi tetap menempati posisi strategis sebagai ilmu yang bermanfaat untuk menjaga
ketertiban sosial.
KESIMPULAN

Hubungan antropologi hukum dan hukum adat bisa dikatakan sangat berhubungan erat. Hal
ini dikarenakan:

1. Menurut Bapak Antropologi Indonesia, yakni Koentjaraningrat mengatakan bahwa


Hukum adat memerlukan ilmu antropologi hukum, terutama mengenai metode-metode
penelitiannya, agar dapat mengkaji dan meneiliti tentang latar belakang hukum adat
yang berlaku di suatu daerah.

2. Seorang ahli antropologi harus mengetahui hukum adat yang berlaku di suatu daerah,
hal ini dikarenakan hukum adat itu yang membuat peneliti antropologi dapat
beradaptasi dan mengikuti aturan-aturan adat yang ada di dalam suatu daerah.
3. Hukum adat lahir dari kaidah-kaidah dan harus ditaati oleh masyarakat,sehingga dapat
disimpulkan bahwa hukum adat lahir dari kebudayaan yang dihasilkan oleh
masyarakat suatu daerag sebagai bagian dari hasil antropologi.

Anda mungkin juga menyukai