Anda di halaman 1dari 29

Data dari hasil RCA salah satu

RS di Amerika :
 65% sentinel event ,
 90% penyebabnya
adalah komunikasi
 50% terjadi pada saat
serah terima informasi
pasien. ( JCI,
Journal on Quality and
Patient Safety, Vol.32,
March 2006 )
KOMUNIKASI DIKATAKAN EFEKTIF JIKA
INFORMASI, PEMIKIRAN ATAU PESAN YANG
DISAMPAIKAN DAPAT DITERIMA DAN DIPAHAMI
DENGAN BAIK SEHINGGA DIPEROLEH
PENGETAHUAN/ PEMAHAMAN, KESAMAAN
PERSEPSI DAN PERUBAHAN PERILAKU
KEBIJAKAN DASAR SPO
Setiap order secara lisan atau 1. Mengembangkan kebijakan dan
melalui telepon atau prosedur yang mengarahkan pada
keakuratan komunikasi lisan atau
melaporkan hasil-hasil melalui telepon.
pemeriksaan dengan nilai yang 2. Orang yang menerima informasi
kritis, maka yang memberikan atau order, mencatat kelengkapan
order harus memverifikasi order atau hasil pemeriksaan dalam
kelengkapan order tersebut RM.
dengan meminta pada penerima 3. Orang yang menerima informasi
order untuk membacakan atau order membacakan kembali atau
“ read back “ secara lengkap.
kembali atau "read back"
4. Orang yang memberikan order
kelengkapan order tersebut. mengkonfirmasi kembali informasi
atau order tersebut

READ BACK
SINGKATAN BAKU YANG
TIDAK BOLEH DIGUNAKAN
STANDAR DASAR SPO
RS membakukan daftar Menetapkan dan
singkatan, akronim, simbol, mengimplementasikan daftar
dan penandaan dosis yang singkataan baku, akronim,
tidak boleh digunakan di simbol-simbol dan penandaaan
seluruh bagian RS dosis yang tidak boleh
digunakan di seluruh bagian
RS dan menggunakannya pada
semua pendokumentasian
baik secara manual maupun
dengan komputer.
PEMERIKSAAN DAN HASIL YANG KRITIS
( CRITICAL RESULT VALUE )
STANDAR DASAR SPO

Ada ketetapan jenis pemeriksaan kritis, hasil


RS menetapkan kebijakan untuk 1.
dan nilai yang kritis.
mengukur, menilai, dan bila 2. Ada ketetapan lama waktu ( timeliness ):
Antara order diberikan dan pelaporan
diperlukan mengambil tindakan
1.
hasil baik normal maupun abnormal.
( dari staf laboratorium )
untuk meningkatkan ketepatan 2. Pelaporan hasil-hasil pemeriksaan rutin
waktu pelaporan dan penerimaan dengan nilai-nlai abnormal atau kritis
( oleh perawat )
hasil/ nilai-nilai pemeriksaan yang 3. Sejak adanya/ diterimanya hasil dan
kritis oleh orang yang kompeten nilai pemeriksaan yang kritis sampai
diterima oleh dokter yang bertanggung
dan bertanggung jawab jawab

3. Adanya monitoring data ketepatan waktu


pelaporan hasil dan nilai yang kritis :
1. Pengumpulan data
2. Menilai/ analisa data
3. Menetapkan upaya-upaya peningkatan
( bila dibutuhkan )
4. Menetapkan tindakan yang tepat untuk
meningkatkan ketepatan pelaporan
5. Mengukur efektivitas tindakan
HAND OFF COMMUNICATIONS
( Komunikasi Serah terima pasien antar
perawat dan/staf medis )
RS mengimplementasikan
pendekatan yang standar/
baku untuk “ Metode
komunikasi serah terima
informasi kesehatan
pasien “.
Serah Terima Informasi Kesehatan Pasien
( Hand-off )
 Serah terima terjadi kapanpun pada saat ada
pengalihan tanggung jawab pasien dari satu
tenaga kesehatan kepada yang lain.

 Tujuan:
 Untuk menyediakan informasi secara akurat,
tepat waktu tentang rencana keperawatan,
pengobatan, kondisi terkini, dan perubahan
kondisi pasien yang baru saja terjadi ataupun
yang dapat di prediksi selanjutnya
Serah terima informasi pasien di RS

 Antar perawat antar shift


 Pengalihan tanggung
jawab dari dokter kepada
perawat
 Pengalihan tanggung
jawab dokter on-call
 Pengalihan tanggung
jawab sementara, mis:
saat istirahat makan.
 Antar perawat antar
ruangan
MODEL SBAR
SEBAGAI STRATEGI UNTUK
MENINGKATKAN KOMUNIKASI
EFEKTIF SAAT SERAH TERIMA
INFORMASI PASIEN

MENINGKATKAN PATIENT SAFETY


FORMAT PENDOKUMENTASIAN MODEL SBAR UNTUK SERAH
TERIMA ANTAR SHIFT
CONTOH PENULISAN SBAR
S: Anak post op hari 1 dengan Craniotomi removal e.c Astrocitoma post pemasangan Vp Shunt
Masalah keperawatan :
– Gangguan perfusi jaringan Cerebral
– Tidak efektifnya bersihan jalan nafas
– Resiko infeksi
– Resiko gangguan keseimbangan cairan : kurang

B: Ibu pasien mengatakan anak cendrung tidur , ubun-ubun tampak cekung , refleks
menghisap kurang, tidak ada muntah . Breast feeding hanya 20 ml. Feeding susu 8x 50ml.
GCS; E 3 M 5 V menangis, pupil 2/2 reaksi positif, suhu 37.3°C, RR 24 x/mnt, Ronchi
dikedua lapang paru, HR 144x/mnt. BAB tidak ada, hasil PA belum ada. Sedang terpasang
D5i/4 NaCl/12 jam. BB 5.8Kg

A: Perfusi jaringan serebral belum adekuat pasen masih cenderung tidur. Tidak ada
tanda-tanda peningkatan TIK, slem masih banyak, batuk tidak efektif, tanda-tanda
infeksi tidak ditemukan
R: Monitor status neurologi dan tanda-tanda peningkatan TIK setiap shift
Gunakan tehnik a/anti septic dalam merawat luka.
Observasi balance cairan setiap jam
Kaji dan monitor status pernafasan setiap shift

Follow up dan diskusikan hasil PA


 
Skenario SBAR
Tn Ari Gunadi, 45 tahun, Kamar 206, 2 hari yang lalu masuk rumah
sakit dengan diagnosis Pneumothorax spontan dextra . Riwayat
pasien adalah penderita COPD (PPOK) yang sering MRS karena
sesak, juga terdapat riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat alergi.
Pasien sudah dipasang chest tube untuk water sealed drainage. Telah
diberikan antibiotic levofloxacin infuse 750 mg/ 24 jam. Dua jam
terakhir Tn Ari Gunadi, mengalami gangguan pernafasan kembali .
Keadaan umum gelisah, tampak sesak, kesadaran kompos mentis,
kooperatif. Tensi 140/ 80 mmHg, nadi 102x/menit, RR: 26 x/menit,
suhu 38,50C. Pada Auskultasi, suara pernafasan menurun di
sebelah kanan, tracheal shift. Dengan oksigen nasal kanul 4
liter/min saturasi O2 turun dari 95% menjadi 85%. Pasien sudah
dipasang chest tube untuk water sealed drainage (WSD) 2 hari yang
lalu. Terpasang infuse RL 20 tetes per menit. Telah diberikan
antibiotik levofloxacin infuse 750 mg/ 24 jam.
Kemungkinan sesak dikarenakan: pneumothorax nya memberat akibat
ada masalah dengan WSD nya? Atau mungkin terjadi infeksi
sekunder pada parunya. Pasien ini sepertinya memerlukan foro
thoraks ulang, analisa gas darah, dan pengecekan ulang WSD nya.
SBAR
 
S Saya dr. X, dokter jaga di ruang Anggrek RSSA, melaporkan Tn Ari Gunadi,
di Kamar 206, dalam 2 jam terakhir ini mengeluh sesak yang semakin
memberat .

B (1) Pasien MRS 2 hari yang lalu dengan diagnosis Pneumothorax


spontan Dextra. . Riwayat pasien adalah penderita COPD (PPOK) yang
sering MRS karena sesak, juga terdapat riwayat hipertensi. Tidak ada
riwayat alergi. Dua jam terakhir Tn Ari Gunadi, mengalami gangguan
pernafasan kembali .

A (2) Keadaan umum gelisah, tampak sesak, kesadaran kompos mentis,


kooperatif. Tensi 140/ 80 mmHg, nadi 102x/menit, RR: 26 x/menit, suhu
38,50C. Pada Auskultasi, suara pernafasan menurun di sebelah kanan,
perkusi dada kanan: timpani, trachea bergeser ke kiri. Dengan oksigen
nasal kanul 4 liter/min saturasi O2 turun dari 95% menjadi 85%. Pasien
sudah dipasang chest tube untuk water sealed drainage 2 hari yang lalu.
Telah diberikan antibiotik levofloxacin infuse 750 mg/ 24 jam.

R Kemungkinan sesak dikarenakan: pneumothorax nya memberat akibat ada


masalah dengan WSD nya? Atau mungkin terjadi infeksi sekunder pada
parunya?
• T (Tulis)  penerima pesan harus mencatat pesan
yang diberikan secara jelas.
• BA (Baca)  pesan dibacakan kembali secara lengkap
oleh penerima pesan
• K (Konfirmasi)  Penerima pesan mengkonfirmasikan
kembali isi pesan kepada pemberi pesan.
Contoh Kasus Skenario TBAK
Dokter Y: Saya dokter Y, Pasien saya
yang bernama Nona X, 20 tahun, dengan
diagnosa DHF, di kamar no 1, mohon
untuk dilakukan pemeriksaan DL setiap
hari, serta diberikan Parasetamol 500mg
bila panas. Bila leukositnya naik > 12.000,
tolong diberikan injeksi Ceftriakson 2 x 1
gram iv.
Informasi/ instruksi pada skenario
TBAK di atas yang perlu dikonfirmasi
• Nona X di kamar / bed berapa?
• DHF maksudnya?
• DL maksudnya?
• Pemberian parasetamol secara?
• Iv atau im? (terdengar kurang jelas). Jika iv,
maksudnya intravena?
• Ceftriakson perlu dilakukan skin test dulu?
1 28-10-2017 Berikan tramadol Perawat X Dr. Y, Sp.An Perawat Z Konformasi
50 mg injeksi via TTD
inta vaskuler
Dr. Y, Sp.An
29

Anda mungkin juga menyukai