Anda di halaman 1dari 89

pendelegasian wewenang dokter

kepada perawat dan bidan pada tahun


2022
UPT PUSKESMAS BANYUPUTIH
Ruang Lingkup
 Pendelegasian wewenang dari dokter umum kepada
perawat dan bidan
 Ruang lingkup area pelayanan klinis terdiri dari UGD,
Ruang Bersalin, ruang pemeriksaan umum, Ruang KIA dan
MTBS, ruang pemeriksaan khusus bagi anak dan lansia,
ruang P2 PTM, Pustu ponkesdes
 Pendelegasian wewenang berlaku selama 1 tahun dan akan
dilakukan evaluasi secara periodic minimal 2x dalam
setahun
 Apabila ada STR dan SIP yang sudah habis masa berlakunya
maka otomatis pendelegasian wewenang juga akan
kadaluarsa
Persyaratan perawat dan bidan yang
diberi pendelegasian wewenang
 Kompetensi Sarjana atau diploma Keperawatan / kebidanan
 Memiliki STR yag masih berlaku
 Memiliki SIP di Puskesmas Banyuputih
 Memiliki Sertifikat kegawat daruratan yang berlaku ( PPGD )  untuk perawat
UGD
 Memiliki sertifikat kompetensi yang dibutuhkan
 Integritas dalam pelayanan
 Memeperhatikan kebutuhan dan keselamatan pasien dalam bekerja
Hal – hal yang didelegasikan
 Melakukan pengkajian awal klinis yaitu : anamnesa,
pemeriksaan fisik, menegakkan diagnosa sementara,
 Melakukan treatment awal pada 10 penyakit terbanyak
 Menulis PERMINTAAN OBAT dan Memberikan  Menulis perrmintaan obat dan
obat – obatan sebagai berikut : memberikan Obat – obatan Injeksi
antara lain :
 Amoksisilin tablet dan syrup
 Paracetamol tablet dan syrup
 Anastesi lokal lidocain dan lidocain
cum adrenalin
 Antalgin tablet
 Diphenhydramin
 Asam mefenamat tablet
 Antalgin
 CTM
 Ranitididin
 Dexametason
 Memberikan obat diazepam
 GG
Diazepam ( pada kasus kejang )
 Salbutamol 2 mg penulisan resepnya dimintakan
 Kaolin pectin kepada dokter apabila sudah ada
 Attapulgite 
 Loperamid
 FE
 Obat – obatan program ( TB, Kusta, Jiwa,
kecacingan, imunisasi , pemberian tablet fe
pada anak sekolah)
Hal hal yang didelegasikan
 Melakukan skin test pada pemberian antibiotika secara intravena dan
wajib melaporkan hasilnya kepada dokter
 Melakukan proses rujukan pasien gawat darurat, apabila dokter
sedang tidak ditempat maka perawat wajib melakukan konsultasi
kondisi pasien selama proses rujukan dan melaporkan hasil rujukan
 Melakukan pertolongan pertama gawat darurat
 Memberikan Diazepam per rectal dan injeksi intra vena pada kasus
kejang ( sebelumnya WAJIB melakukan konsultasi terlebih dahulu
kepada dokter dan tindakan ini dibawah pengawasan dokter )
 Melakukan perawatan luka robek, luka bakar, luka lecet dan luka
bekas operasi sesuai dengan standar perawatan luka.
Hal hal yang didelegasikan
 Tindakan medik yang dapat dilakukan :
 Dressing dan perawatan luka luar maupun luka bakar ringan
 Hechting luka luar dan hechting luka dalam sesuai ketentuan
 Pemasangan oksigen
 Pemasangan infus dan kateter
 Injeksi obat SC, IC, Intra vena, intramuskular
 Ekstraksi kuku
 Extraksi korpal
 Insisi abses
 Melakukan tindakan nebulasi dengan nebulizer
 Irigasi mata dan telinga
HAL - HAL YANG DIDELEGASIKAN

 Melakukan rujukan internal apabila diperlukan


 Pemberian KIE kepada pasien mengenai asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan dan tata laksana
pasien di rumah
10 penyakit terbanyak di UPT PKM banyuputih

 GEA  influenza
 Rhinitis alergi  Tenson headach
 Gastritis  Insomnia
 Demam Thypoid  Dermatitis Atopi
 Hipertensi  Polimialgia reumatik
Tatalaksana penyakit yang bisa
didelegasikan
 GEA  influenza

 Rhinitis Alergi  Tension headche


 Gastritis  Insomnia

 Demam Thypoid  Dermatitis Atopi


 Hipertensi stage I  PoliMyalgia Reumatik
Pendelegasian wewenang kepada bidan
 Hal tersebut di atas di tambah :  Pelaksanaan Asuhan Kebidanan
 Pemberian obat :  Pelaksanaan KIE
 Methil ergometrin  Rujukan Asuhan Kebidanan
 Oxytetra salep mata  Evaluasi Asuhan Kebidanan
 Persiapan pelayanan Kebidanan  Dokumentasi Pelayanan Kebidanan
 Pengkajian Kepada Klien/ Pasien  Pengelolaan Pelayanan Asuhan
 Penegakan Diagnosa Kebidanan Kebidanan.
 Pelaksanaan Kolaborasi  Pemasangan oksigen
 Penyusunan Rencana Asuhan  Pemasangan infus dan kateter
Kebidanan
 Persiapan Pelayanan Asuhan
Kebidanan
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
4. Paracetamol      
  Sediaan : D: 500-1000mg /dosis ESO : √
1. Tab 500 mg diberikan setiap 4-6 jam, Dosis tinggi jangka
2. Sir 120mg/5ml maksimal: 4000mg/24 jam panjang hepatotoksis,
3. Tts 60mg/0,6ml A: 10mg/kgbb/dosis, nefrotoksis
diberikan setiap 4-6 jam ,
maksimal 500mg/dosis

5. Antalgin      
  Sediaan : D: 500-1000 mg/dosis, KI : hipersensitifitas √
1. Tablet 500mg diberikan setiap 8-12 jam ESO : agranulositosis
2. 250mg/2ml A>5th: 250-500mg/dosis,
diberikan setiap 8-12 jam
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
1. Asam Mefenamat      
  Sediaan : D : awal 500mg, Cp: diminum sesudah √
1. Tablet 500 mg diberikan setiap 8 jam makan
A: >6 bulan : P: tidak boleh
25mg/kgbb/24 jam diberikan > 1mgg
dalam dosis terbagi ESO : gangguan
saluran cerna

1.   Ibuprofen      
  Sediaan : D : maks. CP : diminum √
1. Tablet 200 mg 1200-2400mg/24 jam, bersama dengan
2. Tablet 400 mg diberikan setiap 6-8 jam makanan
3. Sirup 100 mg/ 5ml A : 20 – 40mg/kgbb
diberikan setiap 24 jam
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
2.1 ANASTETIK LOKAL
1. Etil Klorida      
  Sediaan : Protokol khusus, KI :kulit/ mukosa √
1. Semprot, botol 100 ml disemprotkan ke area yang luka
kulit yang akan di ESO: kardiotoksik
anastesi P: kemasan harus
kedap udara
2. Lidocaine      
 Sediaan : Protokol khusus I : anastesi lokal √
1. Inj. 1% (inflitr)
2. Inj. 2% (inflitr/p.v)
3. Inj. 5% + Glukosa
(dextrose) 5%
4. Gel 2%
5. Semprot 10%
 
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
1. Diazepam      
  Sediaan : D : 10mg-20mg /dosis (IV I : anti epilepsi, √
1. Inj. 5 mg/ml (IV/IM) pelan ) antikonvulsi, kejang
A: 0,2-0,3mg/kgbb/dosis (IV demam, kejang karena
pelan ) keracunan, gaduh
gelisah, spasme otot
berbagai macam
etiologi
KI: glaukoma akut
dengan sudut sempit
CP: IV pelan tidak lebih
dari 5mg/menit (pada
anak IV pelan lebih dari
3 menit )
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
1.Dexametason      
 Sediaan: D :0,5-10mg/24 jam KI : tukak lambung, √
1. Inj. 5mg/ml ( IV/IM) IM,IV pelan atau infus kehamilan, laktasi
0,5-24mg?24 jam  
  ESO : gatritis,
A : 0,2-0,4mg/kgbb/24 perdarah lambung
jam
2.Difenhidramin      
 Sediaan : D: 10-20mg/dosis ESO : mengantuk √
1. Inj. 10mg/ml (IV/Im) secara IM/IV diberikan  
setiap 6-8 jam
A: 0,5mg/kgbb/dosis
secara IM/IV diberikan
setiap 6-8 jam
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG DIDELEGASIKAN
3.Epinefrin (adrenalin)      
 1. Inj. 0,1% (IV,SC,IM) D : 0,3 mg/dosis, ESO : Dosis √
diberikan secara sub berlebihan akut
kutan bisa menyebabkan
A : 0,01mg/kgbb/dosis aritmia, hipertensi
diberikan secara sub
kutan
 
4.Klorfeniramin      
 1. Tab 4mg D : 3-4 mg/dosis, ESO : mengantuk √
diberikan setiap 6-8
jam
A : 0,09
mg/kgbb/dosis,
diberikan setiap 6 jam
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
2.Ferro sulfat D : 300 mg diberikasn I : anemia defisiens i besi
Sediaan ; setiap 12 jam CP : diminum saat lambung kosong
- tab salut 300mg A: 3-6mg/kgbb/hari dan tidak bersamaan dengan susu,
- Syr 15mg/5ml diberikan setiap 8 jam namun bisa diminum sesudah makan
bila terjadi efek pada lambung.
Bila diberikan bersamaan, sediaan
besi diberikan 1-2 jam sebelumnya.
I : obat H2 antagonis, PPI, metil
dopa, Quinolon, tetrasiklin
P: hindari pemberian dengan
chloramphenicol karena menurunkan
respon terapi dengan fe
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
13. KORTIKOSTEROID
1.Deksametason D : 0,5-10mg/24 jam KI : tukak lamb ung, osteop[orosis, psikosis,  
Sediaan : A : 10-100mikrogram psikoneurosis berat, infeksi berat akutv( nkecuali  
1. Tab 0,5mg /kgbb/24 jam juga mendapat antibiotik) penderita TBC aktif< √
2. Inj. 5mg/ml D : im, iv pelanm, infus awal herpes zooster, herpes simpleks, infeksi virus lain √
0,5-24mg CP : diminum bersama/ sesudah makan
ESO : osteoporosis, tukak lambung, efek
katabolik, efek diabetes, efek psikotropik

2.Prednison D : 5-20mg/24 jam, dosis I : terapi substitusi pada insufisiensi adrenal  


Sediaan : bisa diturunkan perlahan - sekunder, antiimlamasi dan antialergi  
1. Tab 5mg lahan KI : tukak lambung, osteoporosis berat, mikosis √
sitemik, hepprs simpleks, herpes zoster,
varicella, galukoma, TBC, DM
CP : di minum bersama makan/ sesudah makan
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
3.Kaptopril * D : 12,5-25mg/24 jam KI : renovaskuler √
Sediaan : diberikan setiap 8-12 disease, kehamilan
1. Tab 12,5mg jam CP : diminum 1
2. Tab 25 mg jam sebelum
makan atau 2 jam
sesudah makan
ESO: BATUK
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN
5.Loperamid D : awal : 4mg, diikuti I : diare akut untuk  
a. Tablet 2mg 2mg setiap setelah buang dewasa
air besar KI : hipersensitivitas
Maks. 16 mg/24 jam anak < 12 th , kolitis akut
ES : nyeri perut,
megakolon toksik, mulut
kering, pusing
P : insufisiensi hati untuk
anak – anak lansia,
penyakit radang usus
DOSIS OBAT – OBATAN DASAR YANG
DIDELEGASIKAN

4.Salbutamol D: 2-4 mg, diberikan CP : diminum √


Sediaan : setiap 6-8 jam sebelum makan/
1. Tab 2mg A : 0,10-0,15mg/kgbb bersama dengan
2. Tab 4mg diberikan setiap 6-8 makanan
jam

1 .Glyceril Guaiacolat D : 100-200mg,   √


diulang tiap 6-8 jam
A : 50-100mg diulang
tiap 6-8 jam
PENGOBATAN DASAR 10
PENYAKIT TERBNYAK DI
PUSKESMAS
BANYUPUTIH
dr. Trias Nindya Maryana
1. GASTROENTERITIS AKUT ( GEA )
MENENTUKAN DERAJAT DEHIDRASI
MENENTUKAN DERAJAT DEHIDRASI
MENURUT WHO
TATA LAKSANA
TERAPI
KRITERIA RUJUKAN
PENATALAKSANAAN DIARE PADA ANAK
1. ORALIT
2. ZINC
3. ASI
4. ANTIBIOTIKA SELEKTIF
5. NASIHAT / KIE
KRITERIA RUJUKAN
PERALATAN DAN PROGNOSIS
2. GASTRITIS
No ICPC-2 : D07 Dyspepsia/indigestion
No ICD-10 : K29.7 Gastritis, unspecified

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan


submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa
apabila terdapat akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses
inflamasi dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
KELUHAN

 rasa nyeri dan panas seperti terbakar pada perut bagian atas.
 Keluhan mereda atau memburuk bila diikuti dengan makan, mual,
muntah dan kembung.

FAKTOR RESIKO
 Pola makan yang tidak baik: waktu makan terlambat, jenis makanan
pedas, porsi makan yang besar
 Sering minum kopi dan teh
 Infeksi bakteri atau parasit
 Pengunaan obat analgetik dan steroid
 Usia lanjut
 Alkoholisme
 Stress
 Penyakit lainnya, seperti: penyakit refluks empedu, penyakit
autoimun, HIV/AIDS, Chron disease
HASIL PEMERIKSAAN FISIK

 Nyeritekan epigastrium dan bising usus


meningkat.
 Bilaterjadi proses inflamasi berat, dapat
ditemukan pendarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena.
 Biasanya pada pasien dengan gastritis kronis,
konjungtiva tampak anemis.
PENATALAKSANAAN

 Penatalaksanaan Terapi diberikan per oral dengan obat,


antara lain:
 H2 Bloker 2x/hari (Ranitidin 150 mg/kali, Famotidin 20 mg/kali, Simetidin
400-800 mg/kali),
 PPI 2x/hari (Omeprazol 20 mg/kali, Lansoprazol 30 mg/kali),
 serta Antasida dosis 3 x 500- 1000 mg/hari.
KONSULTASI DAN EDUKASI

 Menginformasikan kepada pasien untuk menghindari


pemicu terjadinya keluhan, antara lain dengan :
 makan tepat waktu,
 makan sering dengan porsi kecil dan
 hindari dari makanan yang meningkatkan asam lambung atau perut
kembung seperti kopi, teh, makanan pedas dan kol.
KRITERIA RUJUKAN
 Bila 5 hari pengobatan belum ada perbaikan.
 Terjadi komplikasi.
 terdapat alarm symptoms

KOMPLIKASI

1. Pendarahan saluran cerna bagian atas


2. Ulkus peptikum
3. Perforasi lambung
4. Anemia
3. TENSION HEADACHE
No. ICPC-2 : N95 Tension Headache
No. ICD-10 : G44.2 Tension–type headache

 Tension Headache atau Tension Type Headache (TTH) atau


nyeri kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala yang
paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan
jangka waktu dan peningkatan stres. Sebagian besar
tergolong dalam kelompok yang mempunyai perasaan
kurang percaya diri, selalu ragu akan kemampuan diri
sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang.
KELUHAN/ ANAMNESA
 keluhan nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari
ringan hingga sedang.
 Nyeri kepala tegang otot biasanya berlangsung selama 30 menit
hingga 1 minggu penuh.
 Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus.
 Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang
kemudian menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar
ke bagian depan. Selain itu,
 nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
 Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasakencang pada
daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala.
 Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
PEMERIKSAAN FISIK
 Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri
kepalategang otot ini. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus
normal, pemeriksaan neurologis normal
 Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher
serta pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik,
refleks, koordinasi, dan sensoris.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak tiperlukan
TERAPI

 menghentikan atau mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan


muncul.
 Penghilang sakit yang sering digunakan adalah:
 acetaminophen dan NSAID seperti Aspirin, Ibuprofen, Naproxen, dan
Ketoprofen
KRITERIA RUJUKAN

 Bila nyeri kepala tidak membaik maka dirujuk ke fasilitas pelayanan


kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf.
 Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk
ke pelayanan sekunder yang memiliki dokter spesialis jiwa.
4. INFLUENZA
No. ICPC-2 : R80 Influenza
No. ICD-10 : J11 Influenza, virus not identified

 Influenza, sering dikenal dengan flu adalah penyakit menular disebabkan oleh
virus RNA yaitu virus influenza A, B dan lebih jarang C.

GEJALA KLINIS

 Keluhan yang sering muncul adalah demam, bersin,


batuk, sakit tenggorokan, hidung meler, nyeri sendi
dan badan, sakit kepala, lemah badan.
FAKTOR RESIKO
 1. Daya tahan tubuh menurun
 2. Kepadatan hunian dan kepadatan penduduk yang tinggi
 3. Perubahan musim/cuaca
 4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
 5. Usia lanjut

GEJALA KLINIS
1. Febris
2. Rinore
3. Mukosa hidung edema
TERAPI SIMPTOMATIK PER ORAL

 Antipiretik. Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500 mg/hari (10-15


mg/kgBB), atau ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 mg/kgBB).
 Dekongestan, seperti pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
 Antihistamin, seperti klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 kali/hari, atau
difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, atau loratadin atau cetirizine 10 mg
dosis tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB dan setirizin 0,3 mg/kgBB).
 Dapat pula diberikan antitusif atau ekspektoran bila disertai batuk.
EDUKASI
 Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat(self-limited disease).
 Hal yang perlu ditingkatkan adalah daya tahan tubuh.
 Tindakan untuk meringankan gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari,
mengurangi kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan dengan
makanan berkalori dan protein tinggi, serta buah-buahan yang tinggi vitamin.

KRITERIA RUJUKAN
Bila didapatkan tanda-tanda pneumonia
(panas tidak turun 5 hari disertai batuk
purulen dan sesak napas)
5. DEMAM TYPOID

 KELUHAN
 Demam turun naik terutama sore dan malam hari dengan pola intermiten dan
kenaikan suhu step-ladder. Demam tinggi dapat terjadi terus menerus (demam
kontinu) hingga minggu kedua.
 Sakit kepala (pusing-pusing) yang sering dirasakan di area frontal
 Gangguan gastrointestinal berupa konstipasi dan meteorismus atau diare, mual,
muntah, nyeri abdomen dan BAB berdarah
 Gejala penyerta lain, seperti nyeri otot dan pegal-pegal, batuk, anoreksia,
insomnia
 Pada demam tifoid berat, dapat dijumpai penurunan kesadaran atau kejang.
FAKTOR RESIKO

 Higiene personal yang kurang baik, terutama jarang mencuci tangan.


 Higiene makanan dan minuman yang kurang baik, misalnya makanan yang
dicuci dengan air yang terkontaminasi, sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar debu atau sampah atau dihinggapi lalat.
 Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
 Adanya outbreak demam tifoid di sekitar tempat tinggal sehari-hari.
 Adanya carrier tifoid di sekitar pasien.
 Kondisi imunodefisiensi.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum biasanya tampak sakit sedang atau sakit berat.
 Kesadaran: dapat compos mentis atau penurunan kesadaran (mulai dari yang ringan, seperti
apatis, somnolen, hingga yang berat misalnya delirium atau koma)
 Demam, suhu > 37,5oC.
 Dapat ditemukan bradikardia relatif, yaitu penurunan frekuensi nadi sebanyak 8 denyut per
menit setiap kenaikan suhu 1oC.
 Ikterus
 Pemeriksaan mulut: typhoid tongue, tremor lidah, halitosis
 Pemeriksaan abdomen: nyeri (terutama regio epigastrik), hepatosplenomegali 106
 Delirium pada kasus yang berat
 Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut
 Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan kesadaran seperti berkabut.
Bila klinis berat, pasien dapat menjadi somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala
psikosis (organic brain syndrome).
 Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
 Nyeri perut dengan tanda-tanda akut abdomen
 Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah perifer lengkap beserta hitung jenis leukosis Dapat menunjukkan: leukopenia / leukositosis / jumlah leukosit normal,
limfositosis relatif, monositosis, trombositopenia (biasanya ringan), anemia.
 Serologi
 IgM antigen O9 Salmonella thypi (Tubex-TF)®
 Hanya dapat mendeteksi antibody IgM Salmonella typhi
 Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
 Enzyme Immunoassay test (Typhidot® )
 Dapat mendeteksi IgM dan IgG Salmonella typhi
 Dapat dilakukan pada 4-5 hari pertama demam
 Tes Widal tidak direkomendasi
 Dilakukan setelah demam berlangsung 7 hari.
 Interpretasi hasil positif bila titer aglutinin O minimal 1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang
dengan interval 5 – 7 hari.
 Hasil pemeriksaan Widal positif palsu sering terjadi oleh karena reaksi silang dengan non-typhoidal Salmonella, enterobacteriaceae,
daerah endemis infeksi dengue dan malaria, riwayat imunisasi tifoid dan preparat antigen komersial yang bervariasi dan standaridisasi
kurang baik. Oleh karena itu, pemeriksaan Widal tidak direkomendasi jika hanya dari 1 kali pemeriksaan serum akut karena terjadinya
positif palsu tinggi yang dapat mengakibatkan over-diagnosis dan over-treatment.
 Kultur Salmonella typhi (gold standard)
 Dapat dilakukan pada spesimen:
 Darah : Pada minggu pertama sampai akhir minggu ke-2 sakit, saat demam tinggi
 Feses : Pada minggu kedua sakit
 Urin : Pada minggu kedua atau ketiga sakit
 Cairan empedu : Pada stadium lanjut penyakit, untuk mendeteksi carrier typhoid
 Pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi klinis, misalnya: SGOT/SGPT, kadar lipase dan amilase
TERAPI

 Terapi simptomatik untuk menurunkan demam


(antipiretik) dan mengurangi keluhan gastrointestinal.
 Terapi definitif dengan pemberian antibiotik. Antibiotik
lini pertama untuk demam tifoid adalah Kloramfenikol,
Ampisilin atau Amoksisilin (aman untuk penderita yang
sedang hamil), atau Trimetroprim-sulfametoxazole
(Kotrimoksazol).
 Bila pemberian salah satu antibiotik lini pertama dinilai
tidak efektif, dapat diganti dengan antibiotik lain atau
dipilih antibiotik lini kedua yaitu Seftriakson, Sefiksim,
Kuinolon (tidak dianjurkan untuk anak )
INDIKASI PERAWATN DIRUMAH

 Persyaratan untuk pasien


 Gejala klinis ringan, tidak ada tanda-tanda komplikasi atau komorbid yang
membahayakan.
 Kesadaran baik.
 Dapat makan serta minum dengan baik.
 Keluarga cukup mengerti cara-cara merawat dan tanda-tanda bahaya yang
akan timbul dari tifoid.
 Rumah tangga pasien memiliki dan melaksanakan sistem pembuangan
eksreta (feses, urin, cairan muntah) yang memenuhi persyaratan
kesehatan.
 Keluarga pasien mampu menjalani rencana tatalaksana dengan baik.
Persyaratan untuk tenaga kesehatan

 Adanya 1 dokter dan perawat tetap yang bertanggung jawab penuh terhadap
tatalaksana pasien.
 Dokter mengkonfirmasi bahwa penderita tidak memiliki tanda-tanda yang
berpotensi menimbulkan komplikasi.
 Semua kegiatan tata laksana (diet, cairan, bed rest, pengobatan) dapat
dilaksanakan secara baik di rumah.
 Dokter dan/atau perawat mem-follow up pasien setiap hari.
 Dokter dan/atau perawat dapat berkomunikasi secara lancar dengan keluarga
pasien di sepanjang masa tatalaksana.
TERAPI SPORTIF
 Istirahat tirah baring dan mengatur tahapan mobilisasi 108
 Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara oral maupun
parenteral.
 Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah serat.
 Konsumsi obat-obatan secara rutin dan tuntas
 Kontrol dan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu, kesadaran),
kemudian dicatat dengan baik di rekam medik pasien

KRITERIA RUJUKAN
 Demam tifoid dengan keadaan umum yang berat (toxic typhoid).
 Tifoid dengan komplikasi.
 Tifoid dengan komorbid yang berat.
 Telah mendapat terapi selama 5 hari namun belum tampak
perbaikan.
6. Polimialgia Reumatik
No. ICPC-2 : L99 Musculosceletal disease other
No. ICD-10 : M53.3 Polymyalgia rheumatica

 Poly Myalgia Rheumatica (PMR) adalah suatu sindrom klinis dengan etiologi
yang tidak diketahui yang mempengaruhi individu usia lanjut.
 Hal ini ditandai dengan mialgia proksimal dari pinggul dan gelang bahu
dengan kekakuan pagi hari yang berlangsung selama lebih dari 1 jam.
GEJALA KLINIS

 gejala muncul pertama kali pada bahu. Sisanya, pinggul atau leher yang
terlibat saat onset.
 Gejala terjadi mungkin pada satu sisi tetapi biasanya menjadi bilateral dalam
beberapa minggu.
 Gejala-gejala termasuk nyeri dan kekakuan bahu dan pinggul. Kekakuan
mungkin begitu parah sehingga pasien mungkin mengalami kesulitan bangkit
dari kursi, berbalik di tempat tidur, atau mengangkat tangan mereka di atas
bahu tinggi.
 Kekakuan setelah periode istirahat (fenomena gel) serta kekakuan pada pagi
hari lebih dari 1 jam biasanya terjadi.
 Pasien juga mungkin menggambarkan sendi distal bengkak atau yang lebih
jarang berupa edema tungkai. Carpal tunnel syndrome dapat terjadi pada
beberapa pasien.
TERAPI

 Prednison dengan dosis 10-15 mg peroral setiap hari, biasanya menghasilkan


perbaikan klinis dalam beberapa hari.
 Terapi glukokortikoid dapat diturunkan secara bertahap dengan dosis
pemeliharaan 5-10 mg peroral setiap hari tetapi harus dilanjutkan selama
minimal 1 tahun untuk meminimalkan risiko kambuh.
PENEGAKAN DIAGNOSA

 Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan berdasarkan satu set kriteria diagnostik


berikut, yaitu:
 Usia onset 50 tahun atau lebih tua
 Laju endap darah ≥ 40 mm / jam
 Nyeri bertahan selama ≥ 1 bulan dan melibatkan 2 dari daerah berikut: leher,
bahu, dan korset panggul
 Tidak adanya penyakit lain dapat menyebabkan gejala muskuloskeletal
 Kekakuan pagi berlangsung ≥ 1 jam
 Respon cepat terhadap prednison (≤ 20 mg)
7. DERMATITIS ATOPI
No. ICPC-2 : S87 Dermatitis/atopic eczema
No. ICD-10 : L20 Atopic dermatitis

 Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis


dengan disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan
anak-anak dan sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum serta riwayat atopi pada keluarga atau penderita.

GEJALA UTAMA

 pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat
pada malam hari.
 Akibatnya penderita akan menggaruk.
 Pasien biasanya juga mempunyai riwayat sering merasa cemas, egois,
frustasi, agresif, atau merasa tertekan.
FAKTOR PEMICU
 Makanan: telur, susu, gandum, kedelai, dan kacang tanah.
 Tungau debu rumah
 Sering mengalami infeksi di saluran napas atas (kolonisasi Staphylococus
aureus)

FAKTOR RESIKO
 Wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan pria (rasio 1,3 : 1).
 Riwayat atopi pada pasien dan atau keluarga (rhinitis alergi, konjungtivitis alergi/vernalis,
asma bronkial, dermatitis atopik, dan lain-lain).
 Faktor lingkungan: jumlah keluarga kecil, pendidikan ibu semakin tinggi, penghasilan
meningkat, migrasi dari desa ke kota, dan meningkatnya penggunaan antibiotik.
 Riwayat sensitif terhadap wol, bulu kucing, anjing, ayam, burung, dan sejenisnya.
PEMERIKSAAN FISIK
 Kering pada perabaan
 Pucat/redup
 jari
 Terdapat papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta pada lokasi
predileksi Lokasi predileksi:
 Tipe bayi (infantil)
 Dahi, pipi, kulit kepala, leher, pergelangan tangan dan tungkai, serta lutut (pada anak yang mulai
merangkak).
 Lesi berupa eritema, papul vesikel halus, eksudatif, krusta.
 Tipe anak
 Lipat siku, lipat lutut, pergelangan tangan bagian dalam, kelopak mata, leher, kadang-kadang di
wajah.
 Lesi berupa papul, sedikit eksudatif, sedikit skuama, likenifikasi, erosi. Kadang-kadang disertai pustul.
 Tipe remaja dan dewasa
 Lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi, sekitar mata, tangan dan pergelangan tangan, kadang-
kadang ditemukan setempat misalnya bibir mulut, bibir kelamin, puting susu, atau kulit kepala.
 Lesi berupa plak papular eritematosa, skuama, likenifikasi, kadang-kadang erosi dan eksudasi, terjadi
hiperpigmentasi.
PENEGAKAN DIAGNOSA terdiri dari 3 kriteria mayor dan
3 kriteria minor dari kriteria Williams (1994) di bawah
ini
 Kriteria mayor:  Konjungtivitis berulang
 Pruritus  Keratokonus
 Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
 Katarak subskapsular anterior
 Dermatitis di fleksura pada dewasa
 Dermatitis kronis atau berulang  Orbita menjadi gelap
 Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya  Muka pucat atau eritem
 Gatal bila berkeringat
 KRITERIA MINOR :
 Intolerans terhadap wol atau pelarut lemak
 Xerosis
 Aksentuasi perifolikular
 Infeksi kulit (khususnya oleh S. aureus atau virus
herpes simpleks)  Hipersensitif terhadap makanan
 Iktiosis/ hiperliniar palmaris/ keratosis piliaris  Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan
 Pitriasis alba dan atau emosi
 Dermatitis di papilla mamae  Tes kulit alergi tipe dadakan positif
 White dermogrhapism dan delayed blanch response  Kadar IgE dalam serum meningkat
 Kelilitis
 Mulai muncul pada usia dini
 Lipatan infra orbital Dennie-Morgan
TERAPI
 Topikal (2 kali sehari)
 Pada lesi di kulit kepala, diberikan kortikosteroid topikal, seperti: Desonid krim
0,05% (catatan: bila tidak tersedia dapat digunakan fluosinolon asetonidkrim
0,025%) selama maksimal 2 minggu.
 Pada kasus dengan manifestasi klinis likenifikasi dan hiperpigmentasi, dapat
diberikan golongan betametason valerat krim 0,1% atau mometason furoat krim
0,1%.
 Pada kasus infeksi sekunder, perlu dipertimbangkan pemberian antibiotik topikal
atau sistemik bila lesi meluas.
 Oral sistemik
 Antihistamin sedatif:klorfeniramin maleat 3 x 4 mg per hari selama maksimal
2 minggu atau setirizin 1 x 10 mg per hari selama maksimal 2 minggu.
 Antihistamin non sedatif: loratadin 1x10 mg per hari selama maksimal 2
minggu.
8. HIPERTENSI

 Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang


tidak diketahui penyababnya. Hipertensi menjadi
masalah karena meningkatnya prevalensi, masih
banyak pasien yang belum mendapat pengobatan,
maupun yang telah mendapat terapi tetapi target
tekanan darah belum tercapai serta Keluhan
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
KELUHAN

 Sakit atau nyeri kepala


 Gelisah
 Jantung berdebar-debar
 Pusing
 Leher kaku
 Penglihatan kabur
 Rasa sakit di dada
FAKTOR RESIKO

YANG BISA DIRUBAH YANG TIDAK BISA DIRUBAH


 1. Riwayat pola makan (konsumsi  Umur
garam berlebihan)  Jenis kelamin
 2. Konsumsi alkohol berlebihan  Riwayat hipertensi dan penyakit
 3. Aktivitas fisik kurang kardiovaskular dalam keluarga
 4. Kebiasaan merokok
 5. Obesitas
 6. Dislipidemia
 7. Diabetus Melitus
 8. Psikososial dan stres
PEMERIKSAAN FISIK
 Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi komplikasi
hipertensi ke organ lain.
 Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
 Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan
pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan ronki).

Klasifikasi tekanan darah TD Sistolik TD Diastolik


berdasarkan Joint National
Committee VII (JNC VII)
Klasifikasi
Normal < 120 mmHg < 80 mm Hg

Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

Hipertensi stage -1 140-159 mmHg 80-99 mmHg

Hipertensi stage -2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg


PENATALAKSAAN
Modifikasi gaya hidup untuk hipertensi Modifikasi Rekomendasi Rerata penurunan TDS

Penurunan berat badan Jaga berat badan ideal (BMI: 18,5 - 24,9 kg/m2) 5 – 20 mmHg/ 10 kg

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Diet kaya buah, sayuran, produk rendah lemak 8 – 14 mmHg
dengan jumlah lemak total dan lemak jenuh yang
rendah

Pembatasan asupan natrium Kurangi hingga <100 mmol per hari (2.0 g natrium 2 – 8 mmHg
atau 6.5 g natrium klorida atau 1 sendok teh
garam perhari)

Aktivitas fisik aerobic Aktivitas fisik aerobik yang teratur (mis: jalan 4 – 9 mmHg
cepat) 30 menit sehari, hampir setiap hari dalam
seminggu

Stop alkohol 2 – 4 mmHg


Terapi tanpa komplikasi

 Hipertensi stage1
 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50 mg/hari, atau pemberian penghambat ACE
(captopril 3x12,5-50 mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau
kombinasi.
 Hipertensi stage2
 Bila target terapi tidak tercapai setelah observasi selama 2 minggu, dapat
diberikan kombinasi 2 obat, biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE
atau penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
 Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya kontraindikasi dari masing-
masing antihipertensi diatas. Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum
sekali sehari atau maksimum 2 kali sehari.
Keadaan khusus

 Lanjut Usia
 Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5 mg/hari.
 Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit penyerta.
 Kehamilan
 Golongan metildopa, penyekat reseptor β (ATENOLOL, bisoprolol), antagonis
kalsium (amlodipine, nifidipin), vasodilator.
 Penghambat ACE (CAPTOPRIL)dan antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan
selama kehamilan.
Obat Antihipertensi untuk ibu hamil

Nama Obat Dosis Keterangan

Nifedipine 4 x 10-30 mg peroral (short Dapat meyebabkan


acting) hipotensi pada ibu dan
janin, bila diperlukan
diberikan sublingual

Nikardipin 5 mg/jam, dapat dinitarsi 2,5  


mg/jam tiap 5 menit
hingga maksimun 10 mg/jam

Metildopa 2 x 250 – 500 mg peroral  


(dosis maksimal 2000
mg/hari)
Edukasi dan konseling
 Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-obatan
yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk mengontrol
tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk menghilangkan gejala
(misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja tiap-tiap obat, dosis yang
digunakan untuk tiap obat dan berapa kali minum sehari.
 Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka panjang.
Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan untuk
mengoptimalkan hasil pengobatan.
 Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga kecukupan
pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang disarankan
meskipun tak ada gejala.
 Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan pengukuran
kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur. Pemeriksaan
komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali.
KRITERIA RUJUKAN

 Hipertensi dengan komplikasi


 Resistensi hipertensi
 Hipertensi emergensi (hipertensi dengan tekanan darah sistole >180)
DIABETES MELITUS TIPE 2

 Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes


Association (ADA) adalah kumulan gejala yang ditandai
oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin
(resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
ANAMNESA

KELUHAN KHAS KELUHAN TIDAK KHAS


 Lemah
 Polifagia  Kesemutan (rasa baal di ujung-
ujung ekstremitas)
 Poliuri
 Gatal
 Polidipsi
 Mata kabur
 Penurunan berat badan yang tidak
jelas sebabnya  Disfungsi ereksi pada pria
 Pruritus vulvae pada wanita
 Luka yang sulit sembuh
FAKTOR RESIKO

 Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)


 Riwayat penyakit DM di keluarga
 Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam
 terapi hipertensi)
 Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah didiagnosis DM
Gestasional
 Perempuan dengan riwayat PCOS (polycistic ovary syndrome)
 Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) / TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
 Aktifitas jasmani yang kurang
Kriteria diagnostik DM dan gangguan
toleransi glukosa:
 Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥
200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan
terakhir ATAU
 Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
 HbA1C 5,7 -6,4%
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:

 OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahapsesuai


respons kadar glukosa darah, dapat diberikansampai dosis optimal.
 Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
 Metformin : sebelum/pada saat/sesudah makan.
 Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapanpertama.
Edukasi dan konseling

 Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol


 Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
 Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
komplikasi

 Akut
 Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
 Kronik
 Makroangiopati, Pembuluhdarah jantung, Pembuluhdarah perifer,
Pembuluh darah otak
 Mikroangiopati:
 Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah kapiler renal
 Neuropati
 Gabungan:
 Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi ereksi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai