Setiap denyut jantung diinisiasi oleh adanya depolarisasi yang dimulai dari
sekelompok sel pemicu (pacemaker) yang kemudian menyebar melalui jantung.
PENGGOLONGAN OBAT
Efek samping: meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah serta mempersempit pembuluh darah
yang memasok darah ke jantung.
Kontra indikasi: jika terdapat riwayat hipersensitivitas terhadap obat atau komponen obat ini.
Lidokain
Indikasi: Anestesi Infiltrasi.
Dosis: anestesi infiltrasi, dengan injeksi, sesuai dengan bobot pasien dan sifat pembedahan, maksimum 200 mg
(atau 500 mg bila diberikan dalam larutan adrenalin)- lihat juga cara pemberian di atas dan peringatan penting di
bawah. Anestesi regional intravena dan blokade syaraf, konsultasikan dengan spesialis.
Efek samping: efek pada sistem saraf pusat diantaranya adalah bingung, depresi nafas, dan konvulsi; hipotensi dan
bradikardia (dapat menyebabkan terjadinya tahanan jantung); dilaporkan terjadinya hipersensitivitas.
Kontraindikasi: hipovolemia, blokade jantung total; jangan gunakan larutan mengandung adrenalin untuk anestesi
pada appendages.
Prokain
Indikasi: anestesia lokal melalui infiltrasi dan anestesia regional (tapi lihat keterangan di atas).
Dosis: diatur sesuai dengan situs pembedahan dan respon pasien. Melalui injeksi, hingga 1 g (200 mL dari larutan
0,5% atau 100 mL dari 1%) dengan adrenalin 1 dalam 200.000
Dosis: Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan atau mengonsumsi obat.
Efek samping: Bibir, kuku, dan telapak tangan berubah warna menjadi kebiruan, urine berwarna
gelap, susah bernafas, pusing, sakit kepala, demam tinggi
Kontra indikasi: memiliki reaksi alergi berat dari anestetik lokal berbahan dasar ester. Selain itu,
pemberian benzocaine juga sebaiknya dihindari pada individu yang memiliki gangguan ritme
jantung (aritmia), riwayat gangguan methemoglobinemia, defisiensi G6PD, dan pasien dengan
penurunan fungsi paru.
Antiepilepsi/
anti kejang
• Fenitoin, karbamazepin, Lamotrigin, topiramat, Primidon
caranya dengan mengurangi firing rate atau kembalinya kanal Na+ ke bentuk
aktifnya lagi. Hal ini menyebabkan impuls saraf tidak segera dihantarkan dan sel
saraf tidak mudah terpicu sehingga mencegah kejang
Mekanisme kerja
memperlama proses inaktivasi kanal → ion Na+ kembalinya kanal Ka bentuk aktif diperlama / mengurangi firing
rate → sel saraf tidak mudah di pick → mencegah kejang.
Fenitoin, Fosfenitoin
Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu
voltase dan menurunkan pelepasan glutama di sinaps.
Dosis: Dosis lazim 300-400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari. ANAK: 5-8 mg/kg bb/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali
sehari. Status epileptikus: intravena lambat atau infus, 15 mg/kg bb, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading
dose).
Efek samping: Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer.
Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.
Efek samping: mual, muntah, pusing, mengantuk, sakit kepala, ataksia, bingung dan agitasi (LANSIA)
Lamotrigin
Mekanisme Kerja: memperlama inaktifasi saluran Na berpintu voltase, bekerja disaluran Ca prasinaps, menurunkan pelepasan glutamat.
Dosis: epilepsi, monoterapi dosis awal 25 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 50 mg sekali sehari untuk 14 hari berikutnya.
Efek samping: ruam, sakit kepala, somnolens, ataksia, pusing, mual, muntah, diplopia
Kontraindikasi: hipersensitif
Primidon
Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.
Dosis: epilepsi dosis awal 125 mg/hari menjelang tidur, dinaikkan 125 mg tiap 3 hari sampai 500 mg/hari dalam 2 dosis terbagi, kemudian
dinaikkan 250 mg tiap 3 hari sampai maksimal 1,5 g/hari, dosis terbagi.
Efek samping: Mengantuk, ataksia, mual, gangguan penglihatan, dan ruam, biasanya reversibel meski obat diteruskan.
Topiramat
Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.
Indikasi: Sebagai monoterapi pada pasien yang baru didiagnosa epilepsi atau untuk konversi menjadi monoterapi pada pasien epilepsi.
Dosis: dosis lazim 100 mg per hari dalam 2 dosis terbagi, maksimum 500 mg per hari.
Efek samping: Mual, sakit perut, penurunan berat badan, anoreksia, paraestesi, hipoestesi, sakit kepala, lelah, pusing.
terutama memodulasi transmisi serotonin (5-HT) dan norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat
reuptake serotonin dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga
menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan konsentrasi
5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake NE juga meningkatkan konsentrasi NE dicelah sinaptik → menyebabkan
penurunan jumlah reseptor β-adrenalin yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi → sehingga mengurangi siklik
AMP dan mengurangi pembukaan Na-channel → berarti depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.
Amitriptilin
Indikasi: depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak.
Dosis: Dosis pemeliharaan lazim: 50-100 mg/hari. ANAK di bawah 16 tahun, tidak dianjurkan untuk depresi.
Nocturnal enuresis, ANAK 7-10 tahun 10-20 mg, 11-16 tahun 25-50 mg, malam hari.
Efek samping: mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada
kardiovaskular.
Kontaindikasi: infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
Imipramin
Dosis: Dosis pemeliharaan lazim: 50-100 mg/hari. LANSIA dosis awal 10 mg/hari, naikkan bertahap sampai 30-50
mg/hari. ANAK tidak dianjurkan (pada depresi). Nocturnal enuresis, ANAK 7 tahun, 25 mg, 8-11 th 25-50 mg, lebih dari
11 tahun 50-75 mg, menjelang tidur.
Maprotilin
Dosis: dosis awal 25-75 mg (lansia 30 mg)/hari dalam 3 dosis bagi atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan
bertahap bila perlu, maksimal 150 mg/hari. ANAK tidak dianjurkan.
Efek samping: mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada kardiovaskular,
efek antimuskarinik lebih jarang, sering terjadi ruam kulit, pada dosis tinggi risiko kejang meningkat.
Kontra indikasi: infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat, riwayat epilepsi.
04
Cari Jurnal interaksi salah satu obat yang
disebutkan dengan makanan, obat lain, dan
herbal, jelaskan secara singkat isi jurnalnya
dalam uraian dan mekanisme interaksinya
(3jurnal, masing-masing interaksi)
Interaksi Obat fenitoin dengan obat lain
Pada jurnal Kajian Probabilitas Interaksi Obat Antiepilepsi Fenitoin di Satu Rumah Sakit Swasta Kota
Bandung.
Kombinasi fenitoin dengan asam valproate memiliki jumlah interaksi yang cukup banyak (6 kasus) dengan
tingkat keparahan moderate. Fenitoin berinteraksi dengan meningkatkan metabolisme dari asam
valproate, sehingga kadar asam valproate dalam darah menurun (Baxter, 2008). Kombinasi ini dapat
menyebabkan menurunnya kontrol kejang akibat kadar asam valproate menurun. Tidak hanya
fenitoin yang dapat meningkatkan metabolisme asam valproate, interaksi lain menunjukkan asam
valproate menghambat metabolisme dan menggeser ikatan protein plasma fenitoin sehingga kadarnya
dalam darah meningkat. Hal ini ditunjukkan pada kasus dimana 11 pasien penderita epilepsi diberikan
kedua obat dalam dosis yang stabil, kadar fenitoin meningkat sebanyak 21-72% ketika tablet asam
valproate diganti menjadi sediaan lepas lambat (Judith, 2009). Interaksi kedua obat ini menginduksi
terbentuknya suatu metabolit bernama 2-propil-4-asam pentenoat dari asam valproate yang diduga
bersifat hepatotoksik. Sehingga kombinasi obat ini sebaiknya dihindari, atau bila tetap dilakukan maka
dibutuhkan penyesuaian dosis dan pengawasan dari dokter yang meresepkan (Baxter, 2008).
Interaksi Obat fenitoin dengan makanan
Pada jurnal Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta
Obat-obat yang berinteraksi dengan makanan pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pendidikan Dr.
Sardjito Yogyakarta adalah karbamazepin, diazepam, erythromisin, fenitoin, spironolakton ,parasetamol,
ampisilin, amoksisilin, kaptopril, sefalosporin, klorpromazin, digoksin, furosemid, isoniazid, piroksikam,
rifampisin, teofilin, sikloporin, hydralazin, dan siprofloksasin. Makanan dapat mempengaruhi kecepatan
dan jumlah obat yang diabsorpsi setelah pemberian obat secara peroral. Efek yang ditimbulkan
bervariasi tergantung dari jenis makanan, obat dan formulasi obat. Beberapa absorpsi obat dapat
meningkat dengan adanya makanan, seperti: diazepam, propanolol, dan siklosporin. Sedangkan absorpsi
obat fenitoin dapat berkurang atau delay dengan adanya makanan
Interaksi Obat fenitoin dengan obat herbal
Thank
you