Anda di halaman 1dari 25

Farmakologi Molekuler

Kenal Ion Na+


Kelompok 1

Dosen Pengampu : Apt.DIAN SARI,S.Farm.,M.Si


Nama Kelompok
Nurwafiq Azizah (61608100819067)

Dea Pratami Hidayah (616081008190514)

Mia Andini (61608100819056)

Putri Novianty (61608100819073)


Daftar Isi

Penyakit dan Golongan obat


01 Definisi 02 yang bekerja di setiap kanal
minimal 3 beserta contoh
obatnya minimal 5

Setiap golongan dan contoh


obatnya diuraikan Cari Jurnal interaksi salah satu obat yang
disebutkan dengan makanan, obat
03 mekanisme spesifiknya,
indikasi, dosis, efek
04 lain, dan herbal, jelaskan secara
singkat isi jurnalnya dalam uraian
samping, dan mekanisme interaksinya
kontraindikasi (3jurnal, masing-masing interaksi)
01
Definisi
Definisi
● Bertanggung jawab meneruskan potensial
aksi yang akan terbuka jika terjadi
depolarisasi
● Jika terjadi depolarisasi maka kanal ion Na
terbuka sehingga ion Na melintasi
membran.
● Jika depolarisasi lebih lanjut pada kanal ion
di sebelahnya maka kanal ion Na tadi akan
inaktif yang terjadi berturut-turut ke kanan
sehingga potensial aksi terhantar sepanjang
akson hingga ujung saraf
Kanal Na merupakan protein yang berpori terdiri dari 4
domain, masing-masing terlipat menjadi 4 heliks
transmembran, terhubung dengan protein lain seperti
subunit I. Keempat domain terlipat bersama
membentuk pusat pori. Subunit I merupakan protein
membran dengan domain transmembran tunggal dan
berperan mengatur kanal Na. Subunit I1 mempercepat
kinetika aktivasi dan inaktivasi. Subunit I2 secara
kovalen
02
Penyakit dan Golongan obat yang bekerja di
kanal ion Na+ minimal 3 beserta contoh
obatnya
PENYAKIT
 Epilepsi

Epilepsi adalah gangguan neurologis yang dikarakterisasi oleh adanya


hipereksitabilitas saraf yang termanifestasikan dengan terjadinya kejang
kambuhan.
 Nyeri neuropatik

Nyeri neuropati adalah nyeri yang disebabkan oleh abnormalitas saraf


sehinggaterjadi eksitabilitas saraf yang relative persisten, menyebabkan rasa
nyeri yang bersifat kronis.
 Aritmia jantung

Setiap denyut jantung diinisiasi oleh adanya depolarisasi yang dimulai dari
sekelompok sel pemicu (pacemaker) yang kemudian menyebar melalui jantung.
PENGGOLONGAN OBAT

• Antiepilepsi/ anti kejang


(Fenitoin,Karbamazepin ,Lamotrigin,topiramate,primidone)
Obat-obat golongan antiepilepsi/anti kejang bereaksi pada kanal ion Na.
Berikatan dibagian ekstraseluler
Caranya dengan mengurangi firing rate atau kembalinya kanal Na+ bentuk aktifnya lagi.Hal ini
menyebabkan implus saraf tidak segera dihantarkan dan sel saraf tidak mudah terpicu sehingga
mencegah kejang.

• Anastesi local (kokain, lidokain, prokain,benzokain)


Obat-obat folongan anestesi local juga bereaksi pada kanal ion Na
Obat-obat ini dapat nimbus membrane sehingga mengikat daerah intrasel
Akibatnya kanal ion terinaktivasi sehingga kanal ion terblokade dan transmisi implus rasa sakit
terhambat.

• Antidepresan trisiklik (Amitripilin,imipramine,desipremin,maprotiline)


Obat-obat golongan antidepresan trisklik (TCA) bereaksi pada kanal ion Na.
03
Setiap golongan dan contoh obatnya diuraikan
mekanisme spesifiknya, indikasi, dosis, efek
samping, kontraindikasi
Anastesi Lokal
 Kokain, Lidokain, prokain, benzokain
obat2 golongan anestesi lokal jg beraksi pada kanal ion Na
Obat2 ini dapat nembus membran sehingga mengikat
daerah intrasel
Akibatnya kanal ion terinaktivasi sehingga kanal ion
terblokade dan transmisi impuls rasa sakit terhambat
Mekanisme kerja
Anastesi lokal (kokain, lidokain, prokain, benzokain) → melintasi membran → berikatan
dengan sitoplasmik kanal Na+ → kanal teraktivasi → blockade kanal menghambat transmisi
impuls rasa sakit.
 
Kokain
Indikasi: anestetik permukaan dengan efek vasokonstriksi kuat.
Dosis: diberikan pada mukosa nasal dalam kadar 4 sampai 10% (40–100 mg/mL). Dosis total maksimum
yang dianjurkan untuk aplikasi mukosa nasal pada pasien sehat dewasa adalah 1.5 mg/kg bb, yang
setara dengan dosis topikal total sekitar 100 mg untuk pria dewasa.

Efek samping: meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah serta mempersempit pembuluh darah
yang memasok darah ke jantung.

Kontra indikasi: jika terdapat riwayat hipersensitivitas terhadap obat atau komponen obat ini.

 
Lidokain
Indikasi: Anestesi Infiltrasi.
Dosis: anestesi infiltrasi, dengan injeksi, sesuai dengan bobot pasien dan sifat pembedahan, maksimum 200 mg
(atau 500 mg bila diberikan dalam larutan adrenalin)- lihat juga cara pemberian di atas dan peringatan penting di
bawah. Anestesi regional intravena dan blokade syaraf, konsultasikan dengan spesialis.

Efek samping: efek pada sistem saraf pusat diantaranya adalah bingung, depresi nafas, dan konvulsi; hipotensi dan
bradikardia (dapat menyebabkan terjadinya tahanan jantung); dilaporkan terjadinya hipersensitivitas.

Kontraindikasi: hipovolemia, blokade jantung total; jangan gunakan larutan mengandung adrenalin untuk anestesi
pada appendages.

Prokain
Indikasi: anestesia lokal melalui infiltrasi dan anestesia regional (tapi lihat keterangan di atas).

Dosis: diatur sesuai dengan situs pembedahan dan respon pasien. Melalui injeksi, hingga 1 g (200 mL dari larutan
0,5% atau 100 mL dari 1%) dengan adrenalin 1 dalam 200.000

Efek samping: mual, muntah, dan nyeri pada tempat suntikan.

Kontraindikasi: reaksi hipersensitivitas, kehamilan.


Benzokain
Indikasi: obat anestesi atau bius lokal.

Dosis: Dosis setiap orang pasti berbeda-beda. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter
sebelum menggunakan atau mengonsumsi obat.

Efek samping: Bibir, kuku, dan telapak tangan berubah warna menjadi kebiruan, urine berwarna
gelap, susah bernafas, pusing, sakit kepala, demam tinggi

Kontra indikasi: memiliki reaksi alergi berat dari anestetik lokal berbahan dasar ester. Selain itu,
pemberian benzocaine juga sebaiknya dihindari pada individu yang memiliki gangguan ritme
jantung (aritmia), riwayat gangguan methemoglobinemia, defisiensi G6PD, dan pasien dengan
penurunan fungsi paru.
Antiepilepsi/
anti kejang
• Fenitoin, karbamazepin, Lamotrigin, topiramat, Primidon

obat2 golongan antiepilepsi/anti kejang beraksi pada kanal ion Na.

Berikatan dibagian ekstraseluler

caranya dengan mengurangi firing rate atau kembalinya kanal Na+ ke bentuk
aktifnya lagi. Hal ini menyebabkan impuls saraf tidak segera dihantarkan dan sel
saraf tidak mudah terpicu sehingga mencegah kejang
Mekanisme kerja
memperlama proses inaktivasi kanal → ion Na+ kembalinya kanal Ka bentuk aktif diperlama / mengurangi firing
rate → sel saraf tidak mudah di pick → mencegah kejang.
 

Fenitoin, Fosfenitoin

Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu
voltase dan menurunkan pelepasan glutama di sinaps.

Indikasi: Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial

Dosis: Dosis lazim 300-400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari. ANAK: 5-8 mg/kg bb/hari, dosis tunggal/terbagi 2 kali
sehari. Status epileptikus: intravena lambat atau infus, 15 mg/kg bb, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading
dose).

Efek samping: Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor, insomnia, neuropati perifer.

KontraIndikasi: Riwayat hepatotoksisitas akut yang disebabkan oleh Phenytoin

penggunaan bersamaan dengan delavirdine.


Karbamazepin

Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.

Indikasi: Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial

Dosis: Dosis lazim 400-600 mg/hari. Maksimal: 1,6 g/hari.

Efek samping: mual, muntah, pusing, mengantuk, sakit kepala, ataksia, bingung dan agitasi (LANSIA)

Kontraindikasi: gangguan konduksi AV riwayat depresi sumsum tulang, porfiria.

Lamotrigin

Mekanisme Kerja: memperlama inaktifasi saluran Na berpintu voltase, bekerja disaluran Ca prasinaps, menurunkan pelepasan glutamat.

Indikasi: epilepsi parsial dan epilepsi total, serangan tonik-klonik

Dosis: epilepsi, monoterapi dosis awal 25 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 50 mg sekali sehari untuk 14 hari berikutnya.

Efek samping: ruam, sakit kepala, somnolens, ataksia, pusing, mual, muntah, diplopia

Kontraindikasi: hipersensitif
Primidon

Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.

Indikasi: Kejang tonik-klonik generalisata, kejang parsial

Dosis: epilepsi dosis awal 125 mg/hari menjelang tidur, dinaikkan 125 mg tiap 3 hari sampai 500 mg/hari dalam 2 dosis terbagi, kemudian
dinaikkan 250 mg tiap 3 hari sampai maksimal 1,5 g/hari, dosis terbagi.

Efek samping: Mengantuk, ataksia, mual, gangguan penglihatan, dan ruam, biasanya reversibel meski obat diteruskan.

Kontraindikasi: depresi pernapasan berat, porfiria.

Topiramat

Mekanisme Kerja: Menghambat lepas muatan frekuensi tinggi neuron melalui efek pada saluran Na berpintu voltase dan menurunkan
pelepasan glutama di sinaps.

Indikasi: Sebagai monoterapi pada pasien yang baru didiagnosa epilepsi atau untuk konversi menjadi monoterapi pada pasien epilepsi.

Dosis: dosis lazim 100 mg per hari dalam 2 dosis terbagi, maksimum 500 mg per hari.

Efek samping: Mual, sakit perut, penurunan berat badan, anoreksia, paraestesi, hipoestesi, sakit kepala, lelah, pusing.

Kontraindikasi: ibu menyusui


Antidepresan
trisiklik
obat2 golongan antidepresan trisiklik (TCA)
beraksi pada kanal ion Na.
Mekanisme kerja :

terutama memodulasi transmisi serotonin (5-HT) dan norepinefrin (NE). Anti depresan trisiklik menghambat
reuptake serotonin dan noradrenalin oleh reseptor presineptik. Disamping itu, anti depresan trisiklik juga
menurunkan jumlah reseptor 5-HT (autoreseptor), sehingga secara keseluruhan mampu meningkatkan konsentrasi
5-HT dicelah sinaptik. Hambatan reuptake NE juga meningkatkan konsentrasi NE dicelah sinaptik → menyebabkan
penurunan jumlah reseptor β-adrenalin yang akan mengurangi aktivitas adenilsiklasi → sehingga mengurangi siklik
AMP dan mengurangi pembukaan Na-channel → berarti depolarisasi menurun dan nyeri berkurang.

Amitriptilin

Indikasi: depresi, terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis pada anak.

Dosis: Dosis pemeliharaan lazim: 50-100 mg/hari. ANAK di bawah 16 tahun, tidak dianjurkan untuk depresi.
Nocturnal enuresis, ANAK 7-10 tahun 10-20 mg, 11-16 tahun 25-50 mg, malam hari.

Efek samping: mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada
kardiovaskular.

Kontaindikasi: infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.  
Imipramin

Indikasi: depresi, nocturnal enuresis pada anak.

Dosis: Dosis pemeliharaan lazim: 50-100 mg/hari. LANSIA dosis awal 10 mg/hari, naikkan bertahap sampai 30-50
mg/hari. ANAK tidak dianjurkan (pada depresi). Nocturnal enuresis, ANAK 7 tahun, 25 mg, 8-11 th 25-50 mg, lebih dari
11 tahun 50-75 mg, menjelang tidur.

Efek samping: lihat Amitriptilin hidroklorida, kurang sedatif.

Kontraindikasi: lihat Amitriptilin hidroklorida.

Maprotilin

Indikasi: depresi, terutama bila diperlukan sedasi.

Dosis: dosis awal 25-75 mg (lansia 30 mg)/hari dalam 3 dosis bagi atau dosis tunggal menjelang tidur. Naikkan
bertahap bila perlu, maksimal 150 mg/hari. ANAK tidak dianjurkan.

Efek samping: mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit buang air kecil, efek pada kardiovaskular,
efek antimuskarinik lebih jarang, sering terjadi ruam kulit, pada dosis tinggi risiko kejang meningkat.

Kontra indikasi: infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat, riwayat epilepsi.
04
Cari Jurnal interaksi salah satu obat yang
disebutkan dengan makanan, obat lain, dan
herbal, jelaskan secara singkat isi jurnalnya
dalam uraian dan mekanisme interaksinya
(3jurnal, masing-masing interaksi)
Interaksi Obat fenitoin dengan obat lain

Pada jurnal Kajian Probabilitas Interaksi Obat Antiepilepsi Fenitoin di Satu Rumah Sakit Swasta Kota
Bandung.

Kombinasi fenitoin dengan asam valproate memiliki jumlah interaksi yang cukup banyak (6 kasus) dengan
tingkat keparahan moderate. Fenitoin berinteraksi dengan meningkatkan metabolisme dari asam
valproate, sehingga kadar asam valproate dalam darah menurun (Baxter, 2008). Kombinasi ini dapat
menyebabkan menurunnya kontrol kejang akibat kadar asam valproate menurun. Tidak hanya

fenitoin yang dapat meningkatkan metabolisme asam valproate, interaksi lain menunjukkan asam
valproate menghambat metabolisme dan menggeser ikatan protein plasma fenitoin sehingga kadarnya
dalam darah meningkat. Hal ini ditunjukkan pada kasus dimana 11 pasien penderita epilepsi diberikan
kedua obat dalam dosis yang stabil, kadar fenitoin meningkat sebanyak 21-72% ketika tablet asam
valproate diganti menjadi sediaan lepas lambat (Judith, 2009). Interaksi kedua obat ini menginduksi
terbentuknya suatu metabolit bernama 2-propil-4-asam pentenoat dari asam valproate yang diduga
bersifat hepatotoksik. Sehingga kombinasi obat ini sebaiknya dihindari, atau bila tetap dilakukan maka
dibutuhkan penyesuaian dosis dan pengawasan dari dokter yang meresepkan (Baxter, 2008).
Interaksi Obat fenitoin dengan makanan

Pada jurnal Kajian retrospektif interaksi obat di Rumah Sakit Pendidikan Dr. Sardjito Yogyakarta

Obat-obat yang berinteraksi dengan makanan pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Pendidikan Dr.
Sardjito Yogyakarta adalah karbamazepin, diazepam, erythromisin, fenitoin, spironolakton ,parasetamol,
ampisilin, amoksisilin, kaptopril, sefalosporin, klorpromazin, digoksin, furosemid, isoniazid, piroksikam,
rifampisin, teofilin, sikloporin, hydralazin, dan siprofloksasin. Makanan dapat mempengaruhi kecepatan
dan jumlah obat yang diabsorpsi setelah pemberian obat secara peroral. Efek yang ditimbulkan
bervariasi tergantung dari jenis makanan, obat dan formulasi obat. Beberapa absorpsi obat dapat
meningkat dengan adanya makanan, seperti: diazepam, propanolol, dan siklosporin. Sedangkan absorpsi
obat fenitoin dapat berkurang atau delay dengan adanya makanan
Interaksi Obat fenitoin dengan obat herbal
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai