AKUTANSI
MANAJEMEN
NURUL HIDAYATI 043048719
AULIA CHONI Z 043048726
MODUL 3
AKUTANSI BERBASIS
AKTIVITAS
KEGIATAN BELAJAR 1
Perhitungan Kos Berbasis Aktivitas
Pengantar
Pendekatan konvensional dan ABC merupakan dua pendekatan yang saling bersaing
dalam hal penetapan kos produksi ke kos objek. Baik pendekatan konvensional
maupun ABC, kos produksi yang dihasilkan pada akhirnya sama-sama ditetapkan ke
suatu objek kos seperti produk, pelanggan,pemasok, lini pemasaran, dan lain
sebagainya.
Ketika kos telah ditetapkan pada suatu objek kos maka selanjutnya dapat dihitung berapa
kos per unit dengan membagi total kos dengan unitnya.
Kos produksi per unit merupakan informasi kritikal bagi jenis perusahaan apapun.
Penentuan kos produk yang salah menyebabkan pengambilan keputusan dalam hal
penentuan harga jual produk yang salah pula, akibatnya profit tidak dapat dicapai secara
maksimum dan dalam jangka panjang dapat menyebabkan perusahaan kalah bersaing.
Selain itu informasi yang disajikan kepihak eksternal menjadi tidak tepaT dan dapat
menyebabkan pihak eksternal salah dalam menilai kondisi perusahaan. Oleh karenanya,
keakuratan dalam penetapan
A.KOS OVERHEAD PABRIK: SUMBER MASALAH
Dengan demikian, penggunaan dasar alokasi yang bersifat unit related t tidak memadai
karena informasi kos yang dihasilkan distortif. Di lain sisi, pendekatan ABC memandang
bahwa hampir semua kos produk adalah bersifat langsung karena semua kos yang timbul
disebabkan oleh adanya aktivita menjayaitu aktivitas memproduksi barang.
Dengan demikian, seharusnyalah kos-kos tedapat ditelusuri. Ini berarti semua kos bersifat
langsung
• B. PROSEDUR DUA TAHAP DALAM SISTEM PENETAPAN
• KOS KONVENSIONAL
Hal tersebut memberikan dampak pada total kos manufaktur yang tidak
akurat, kemudian berdampak pada penentuan harga jual produk yang salah,
hingga akhirnya menyebabkan pemerolehan profit margin yang tidak
maksimum bagi perusahaan bahkan hasil yang negatif.
•Pertama,pada perusahaan yang memiliki porsi non-unit overhead cost yang sangat
besar.
Pada kenyataannya karakteristik besarnya kos FOH yang dimiliki tersebut sering
dikaitkan pada perusahaan manufaktur yang bersifat padat modal, karena pabrik jenis
ini banyak mempergunakan mesin-mesin sehingga jelas kos overhead-nya memiliki
porsi yang lebih besar dibandingkan kos bahan baku dan kos tenaga kerja langsung.
Namun demikian, kondisi tersebut tidaklah cukup sebagai penentu dari tepat atau
tidaknya perusahaan menggunakan ABC.
•Kedua,diversity product,
yang mana artinya produk-produk yang diproduksi mengonsumsi sumber daya dengan
proporsi yang berbeda-beda. Misalkan perusahaan memproduksi dua jenis produk (produk A dan
B). Dalam proses produksinya, produk A lebih banyak memerlukan sentuhan dan penanganan
manual secara langsung dari tenaga kerja langsung, sedangkan produk B bisa diproduksi hanya
dengan menggunakan mesin-mesin. Sehingga tidaklah tepat apabila ketika menetapkan kos
produksi, driver yang digunakan untuk mengalokasikan kos overhead adalah jam tenaga kerja
langsung. Hal tersebut tidaklah adil bagi produk B yang justru mengonsumsi jam mesin yang
lebih besar dan mungkin sama sekali tidak memerlukan konsumsi jam tenaga kerja
langsung.
Penghitungan kos produksi per unit merupakan hal penting karena
RANGKUMAN informasi dari kos produksi per unit itu sendiri merupakan input
informasi utama bagi manajer serta juga merupakan titik awal
pelaporan ke pihak eksternal, misalnya terkait dengan nilai
persediaan. Perkembangan teknologi pengolahan data yang sangat
pesat dewasa ini, telah mampu mengatasi masalah kompleksitas
dalam pengukuran, bahkan dengan kos yang lebih murah. Oleh
karena itu, alasan kompleksitas dan kos yang mahal bukan lagi
menjadi masalah. Sistem konvensional perlu di redesain karena
sudah tidak memadai lagi dalam lingkungan manufaktur sekarang
ini. Akhirnya muncullah suatu pendekatan baru dalam penetapan
kos produksi yang disebut dengan sistem ABC.