Anda di halaman 1dari 26

PERIKATAN

VELLIANA TANAYA
• Para ahli perdata pada umumnya sependapat bahwa sumber perikatan
sebagaimana disebut pasal 1233 kuh perdata, yaitu perjanjian dan undang-
undang adalah kurang lengkap. Sumber perikatan yang lain adalah ilmu
pengetahuan hukum perdata, hukum tidak tertulis dan keputusan hakim
(yurisprudensi).
Istilah & pengertian perikatan

• Buku III KUHPerd berjudul van verbintenissen. Istilah


tersebut merupakan salinan istilah obligation dalam
code civil perancis, yang juga diambil dari hukum
romawi.
• Istilah verbintenis dalam buku III KUHPerd tersebut
ternyata diterjemahkan berbeda dalam kepustakaan
hukum Indonesia.
• Ada yang menterjemahkan : perutangan (Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan, Kusumadi), perikatan (Subekti,
Mariam Darus Badrulzaman, J. Satrio).
• Pada umumnya digunakan istilah perikatan untuk
menterjemahkan verbintenis.
• Terjemahan verbintenis dengan perutangan, karena
ada utang prestasi.
• Dari segi tata bahasa verbintenis berasal dari kata
kerja verbinden yang berarti mengikat, jadi verbintenis
menunjuk kepada adanya ikatan atau hubungan,
sehingga verbintenis diterjemahkan dengan perikatan.
• Perikatan diatur dalam buku III KUHPerdata, namun
pembuat undang-undang lupa untuk memberikan
definisi perikatan itu sendiri.
• Pengertian perikatan umumnya diberikan oleh para
sarjana/ doktrin.
• Menurut doktrin: pengertian perikatan adalah
hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan
hukum kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur)
berhak atas prestasi & pihak yang lain (debitur)
berkewa-jiban memenuhi pretasi.
DEFINISI PERIKATAN

• Perikatan menurut Mariam Darus Badrulzaman, adalah


hubungan hukum yang terjadi antara dua orang atau
lebih yang terletak dalam lapangan hukum kekayaan,
dimana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak
lainnya wajib memenuhinya.
• Menurut Subekti perikatan, adalah suatu perhubungan
hukum antara dua orang / 2 pihak, berdasarkan mana
pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak
yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi kewajiban itu.
• Menurut J Satrio, perikatan adalah hubungan hukum
dalam lapangan hukum kekayaan antara dua pihak
pada pihak yang satu ada hak dan pada pihak yang lain
ada kewajiban.
• Perikatan adalah hubungan hukum dalam lapangan hukum kekayaan
antara dua pihak dimana disatu pihak ada hak & di pihak lain ada
kewajiban.
• Dari definisi tersebut dapat diketahui ciri-ciri perikatan:
1.Hubungannya merupakan hubungan hukum. Hukum disini mengatur
hubungan para pihak dengan memberikan akibat hukum, artinya hak
& kewajiban yang muncul dari hubung-an itu diatur oleh hukum.
Untuk pelaksa-naan kewajiban tersebut jika perlu oleh para pihak
dapat dimintakan bantuan hukum. Ini yang membedakan perikatan
hukum dengan perikatan yang muncul dalam lapangan moral.
2.Ada 2 pihak / segi
Segi aktif: ada hak-hak tagihan atas suatu prestasi. Orang yang
punya tagihan di sana ada kreditur
Segi pasif: ada kewajiban untuk berprestasiyang berkewajiban untuk
berprestasi di sana ada debitur
Hukum perikatan mengatur hubungan hukum antara kreditur dengan
debitur
3. Dalam lapangan hukum kekayaan
Perikatan merupakan bagian dari hukum kekayaan, yaitu hukum
yang mengatur hak-hak kekayaan, artinya hak & kewajiban
itu mempunyai nilai uang/ ekonomis, atau dengan kata lain
jika kewajiban tidak dipenuhi, maka kreditur mendapatkan
penggantian kerugian yang dapat dijabar-kan dalam sejumlah
uang tertentu.

“Dalam perkembangannya unsur bahwa hak & kewajiban


mempunyai nilai uang sama sekali tidak relevan dalam
perikatan, sebab setiap kewajiban yang mempunyai nilai
uang memang merupakan kewajiban perikatan, artinya nilai
uang bukan satu-satunya ciri perikatan.
Di dalam perikatan jika kewajiban tidak dipenuhi masih dapat
dituntut hal-hal lain seperti: pemenuhan/pembatalan.
Selain itu dalam perkembangannya tuntutan ganti rugi atas
kerugian yang bersifat idiil, misal: kematian anak dalam
kecelakaan, rasa sakit karena penganiayaan, penderitaan
batin dan sebagainya sudah dapat diterima, padahal kerugian
tersebut sebenarnya tidak dapat dinilai dengan uang”
SUBYEK PERIKATAN:

1.Kreditur adalah pihak yang berhak atas prestasi


2. Debitur adalah pihak yang wajib memberikatan prestasi

RIGHT & OBLIGATION RIGHT & OBLIGATION


PENGATURAN HUKUM
PERIKATAN
• Menurut sistematika hukum perdata (KUHPerd) terletak di buku iii
yang terbagi menjadi 18 bab/ titel, yaitu:
- Bab i (pasal 1233-1312): perikatan pada umumnya
- Bab ii (pasal 1313-1351): perikatan yang lahir dari perjanjian
- Bab iii (pasal 1352-1380):perikatan yang lahir dari undang-undang
- Bab iv (pasal 1381-1456): hapusnya perikatan
- Bab v-xviii ditambah bab vii a (pasal 1457-1864) : perjanjian khusus
• Bab I-IV merupakan ketentuan umum, sedangkan bab V-XVIII
ditambah bab vii a merupakan ketentuan khusus.
• Ketentuan umum memuat peraturan yang berlaku untuk semua
perikatan yang lahir dari perjanjian (bernama dan tidak bernama),
sepanjang tidak diatur secara khusus yang menyimpang di dalam
ketentuan khusus.
• Jika diatur secara khusus, maka berlaku asas lex specialis derogat
legi generali)
• Bagian khusus : memuat peraturan tentang perjanjian yang banyak
dipakai dalam masyarakat dan sudah punya nama-nama tertentu
(perjanjian bernama), misalnya: perjanjian jual beli, sewa menyewa,
tukar menukar, pinjam meminjam dan lain-lain (bab V s/d XVIII + VII a).
• Pengaturan hukum perikatan menganut sistem terbuka artinya
setiap orang boleh membuat perikatan apa saja baik yang sudah
ditentukan/ diatur dalam undang-undang maupun belum.
• Hal ini disebabkan KUHPerd menganut asas kebebasan
berkontrak (partij otonomy) yakni orang bebas mengadakan
perikatan atau perjanjian apa saja asal tidak bertentangan
dengan undang-undang, kesusilaan & ketertiban umum
JENIS PERIKATAN
a. BERDASARKAN ISI/PRESTASINYA:
Pasal 1234 bw membedakan perikatan:
1. Untuk memberikan sesuatu: bisa untuk menyerahkan barang,
menyerahkan uang, dsb ; bersifat aktif
2. Untuk melakukan sesuatu: bisa untuk memelihara sesuatu,
membangun rumah, mengangkut barang, dsb; bersifat aktif
3. Untuk tidak melakukan sesuatu : bagi yang satu merupakan hak
untuk menuntut agar sesuatu tidak dilakukan atau untuk melarang
orang lain berbuat sesuatu, sedang bagi yang lain adalah kewajiban
untuk tidak melakukan sesuatu; bersifat pasif.

PERBEDAAN antara perikatan memberikan & melakukan sesuatu adalah:


- memberi diartikan menyerahkan ke dalam pemilikan orang lain atau
- melakukan sesuatu adalah setiap prestasi positif yang bukan berupa
memberikan sesuatu seperti mengangkut barang atau membetulkan
kerusakan.
b. PERIKATAN MENURUT DOKTRIN

1. PERIKATAN PERDATA & ALAMIAH


• Perikatan perdata adalah perikatan yang pelaksanaannya dapat dituntut di
depan pengadilan
• Perikatan alamiah adalah perikatan yang pemenuhannya tidak dapat dituntut di
depan pengadilan
Tapi sekali orang melunasi perikatan alamiah secara sukarela, maka uang pelunasan
tdk dapat dituntut kembali (pasal 1359 ayat 2 bw).
Seolah-olah setelah dilakukan pembayaran, maka perikatan tersebut berubah
menjadi perikatan perdata & karenanya mendapat perlindungan hukum.
Konsekwensinya pembayaran tersebut merupakan pembayaran yang sah &
bukan pembayaran yang tak terutang.
Perikatan alamiah bisa bersumber dari UU atau kesusilaan dan kepatutan:
Contoh:
- Pinjaman yang tidak diminta bunganya (Pasal 1766 KUH Perdata), jika bunganya
dibayar ia tidak dapat dituntut pengembaliannya (UU)
- Orang kaya yang memberi uang kepada orang miskin, yang menolongnya
ketika tenggelam di sungai. (KESUSILAAN DAN KEPATUTAN)
2. Perikatan pokok &accesoir
• Perikatan pokok merupakan perikatan yang berdiri
sendiri, misal: perjanjian jual beli diatur hubungan hak
& kewajiban antara para pihak.
• Perikatan accesoir merupakan perikatan yang
ditempelkan pada perikatan pokok, yang tanpa
perikatan pokok tidak dapat berdiri sendiri, misal;
kewajiban penjual untuk menjamin
3. Perikatan sepintas & memakan waktu
• Perikatan sepintas yaitu perikatan yang
pemenuhannya hanya membutuhkan waktu yang
singkat & karenanya hubungan hukumnya hanya
berlangsung untuk waktu yang pendek, misal:
dalam jual beli, kewajiban penjual untuk
menyerahkan benda yang dijual
• Perikatan yang memakan waktu: perikatan yang
pemenuhannya membutuhkan jangka waktu yang
lama, misal: perikatan meminjam uang di bank
4. Perikatan positif& negative
• Perikatan positif: perikatan yang isinya mewajibkan
untuk memberikan sesuatu, misal: perikatan yang isinya
untuk menyerahkan beras 5 kg
• Perikatan negatif: perikatan yang melarang orang
berbuat sesuatu atau wajib membiarkan sesuatu
berlangsung, misal: perikatan untuk tidak merubah
bentuk bangunan rumah yang disewa.
5. PERIKATAN GENERIK & SPESIFIK
• Perikatan generik: perikatan di mana objeknya hanya
ditentukan menurut jenisnya & jumlahnya barang
yang harus diserahkan debitur kepada kreditur. Misal:
kewajiban menyerahkan 100 kg terigu
• Perikatan spesifik: perikatan yang objeknya ditentukan
secara terperinci,sehingga nampak ciri-ciri khusus.
Misal: kewajiban menyerahkan rumah tertentu yang
telah ditunjuk, menyerahkan tv 21 inchi merek sony
tipe xl
6. PERIKATAN BERSYARAT & DENGAN KETENTUAN
WAKTU
• Perikatan bersyarat: yaitu perikatan yang prestasinya
digantungkan pada satu peristiwa/kejadian yang masih
akan datang/terjadi & terjadinya belum tentu terjadi.
- Syarat tangguh: perikatan lahir jika peristiwa yang
dimaksud itu terjadi (ps 1263 bw), misal: Anto akan
menyewakan rumahnya di Tangerang kepada Budi
apabila Anto jadi diterima kerja di Kalimantan Timur.
- Syarat batal: perikatan yang sudah lahir justru
berakhir/dibatalkan apabila peristiwa yang dimaksud
itu terjadi (ps1265 bw). Misalnya: Ardi mau
menyewakan rumahnya pada Bambang asal tidak
dipakai untuk bengkel. Jika Bambang kemudian
membuka bengkel, maka perikatan putus karena syarat
itu sudah dipenuhi.
• Perikatan dengan ketentuan waktu:
• Perikatan di mana pemenuhan prestasinya masih akan terjadi &
pasti akan terjadi meskipun mungkin belum dapat ditentukan
kapan datangnya, hanya menangguhkan pelaksanaannya atau
menentukan lama waktu berlangsungnya suatu perjanjian
• Misal: saya menyewakan rumah per 1 agustus 2005 atau
menyewakan rumah sampai 1 desember 200
• Catatan: jika dalam ketentuan perjanjiannya terdapat unsur yang
pasti, maka disebut perikatan dengan ketentuan waktu & jika
dalam ketentuan perjanjian tidak terdapat unsur yang pasti, maka
disebut perikatan bersyarat.
PERISTIWA HUKUM
Sukarela tanpa mengharapkan imbalan

Tanpa Kuasa (inisiatif sendiri tanpa


perintah baik tertlulis/lisan)

Mewakili Urusan Orng lain, bukan


kepentingan pribadinya
Perwakilan
Sukarela Dengan atau tanpa sepengetahuan
(Zaakwarneming) orng yg diwakili kepentingannya

Meneruskan & menyelesaikan sampai


ong tsb dpt mengurus sendiri

Bertindak menurut hukum (karena


perikatannya bersumber dari UU)
Perikatan terjadi krn UU

Perikatan tdk berhenti jika


pihak yg berkepentingan
Zaakwarneming
meninggal dunia

Tidak dikenal upah krn


sukarela, kecuali penggantian
Perbedaan biaya

Perikatan terjadi krn Pjj

Lastgeving Perikatan berhenti jika


(Pemberian Kuasa) pemberi kuasa meninggal
Penerima kuasa berhak atas
upah krn dipjjkan
Pembayaran yg ditujukan unk
melunasi suatu utang, tetapi ternyata
tdk ada utang

Pembayaran yg telah dilakukan dpt


Pembayaran diruntut kembali (Conditio Indebiti)
Tanpa Hutang misal: bayar pajak ternyata tdk ada
(Onvershuldigde pajak, kantor pajak wajib
Betaling) 1359 mengembalikan
BW
Ps 1359 BW memberi kepastian hk ,
bhw orang yg memperoleh kekayaan
tanpa hak harus dikembalikan.
Berbeda kalau sukarela misalnya
hadiah
Perbuatan Melawan Hukum
(Onrechtmatige daad)
• PMH diatur dlm Pasal 1365 BW/1401 NBW: “setiap perbuatan melawan hk yg
mengakibatkan kerugian pd org lain, mewajibkan org yg krn kesalahannya
menimbulkan kerugian itu, mengantikan kerugian tsb”.
• Unsur-unsur PMH:
1.Ada perbuatan
2.perbuatan itu hrs melawan hk (onrechtmatig)
3.perbuatan hrs menimbulkan kerugian
4.perbuatan hrs dilakuan dg kesalahan
5.antara perbuatan & kerugian yg timbul hrs ada hub
kausal
Lima syarat tsb hrs dipenuhi, bila tdk terpenuhi tdk dapat
digolongkan sbg onrechtmatige daad/PMH)

Anda mungkin juga menyukai