Anda di halaman 1dari 45

REKONSILIASI FISKAL

Pembahasan

1. Pengertian Rekonsiliasi Fiskal


2. Penyebab terjadinya Rekonsiliasi Fiskal
3. Jenis-jenis Koreksi Fiskal
4. Teknik Rekonsiliasi Fiskal
5. Format Rekonsiliasi Fiskal
6. Perbedaan LK Komersial & LK Fiskal
PENGERTIAN KOREKSI FISKAL
(Rekonsiliasi Fiskal)

Rekonsiliasi fiskal (Koreksi Fiskal) adalah


sebuah lampiran SPT Tahunan PPh berupa
kertas kerja yang berisi penyesuaian antara
laba/rugi sebelum pajak menurut komersial/
pembukuan dengan laba/rugi menurut SPT
Tahunan
PENYEBAB TERJADINYA
Rekonsiliasi Fiskal

1. Adanya perbedaan antara SAK dengan peraturan


perpajakan (beda konsep, beda pengukuran, dan
beda metode pengalokasian/saat pengakuan biaya)
2. Adanya penghasilan tertentu yang bukan
merupakan objek pajak, atau telah dikenakan PPh
bersifat final.
3. Adanya kompensasi kerugian fiskal
4. Adanya harga yang tidak wajar karena hubungan
istimewa
Koreksi Fiskal
Terdiri dari :
1. Koreksi karena perbedaan waktu
Beda Waktu merupakan perbedaan metode perhitungan
pendapatan dan/atau biaya tiap tahun atau tahun buku yang
digunakan antara komersial dengan fiskal.
 
Dengan demikian total biaya atau pendapatan menurut komersial
dan fiskal adalah sama besar, yang berbeda adalah lamanya waktu
pengalokasian pendapatan dan atau biaya tersebut.
 
Contoh :
Biaya Penyusutan atau amortisasi
Penilaian persediaan
Koreksi Fiskal
2. Koreksi karena perbedaan tetap
Timbul karena adanya perbedaan pengakuan pendapatan antara komersial
dan fiskal.
 
Koreksi beda tetap terdiri dari:
a.Beda tetap atas penghasilan yang bukan objek PPh. Seperti bantuan,
sumbangan, harta hibahan yang diterima sepanjang tidak ada hubungan
usaha dengan pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan dan dari pemerintah.
b.Beda tetap murni, yaitu: Biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, memelihara penghasilan yang bukan objek pajak. Penggantian
atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diberikan dalam
bentuk natura/kenikmatan.
c.Beda tetap yang disebabkan tidak dipenuhinya syarat-syarat khusus,
yaitu: berhubungan dengan kegiatan langsung perusahaan. Adanya bukti
pendukung yang kuat, karena lokasi, penggunaan praktek-praktek
akuntansi yang tidak sehat.
Koreksi Fiskal
3. Koreksi karena pengenaan pajak final
Koreksi ini terdiri dari:
a.Pendapatan yang telah dipotong pajak final oleh pihak yang
membayarakan penghasilan seperti pendapatan bunga deposito,
pendapatan jasa giro, penghasilan sewa tanah dan atau bangunan,
pendapatan karena pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan (khusus
untuk WP Badan real setate dan OP).

b.Biaya untuk mendapatkan, memelihara, menagih penghasilan yang telah


dikenakan PPh final seperti biaya yang berhubungan dengan penghasilan
dari sewa tanah dan atau bangunan, biaya yang berhubungan dengan
penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan.
Bentuk Kertas Kerja Koreksi Fiskal
Sampai saat ini belum ada bentuk baku kertas kerja rekonsiliasi fiskal. Dibawah ini disajikan
bentuk kertas kerja yang sering digunakan dalam bentuk sehari-hari :
PT ABC
Rekonsiliasi – fiskal
 
Laba komersial sebelum pajak ……………………….. xxx
Ditambah koreksi positif:
Sumbangan…………………………………………. xxx
Iklan dan promisi…………………………………….xxx
Kenikmatan…………………………………………..xxx
Biaya dalam bentuk natura…………………………..xxx
Biaya pemeliharaan gedung yang disewakan……… .xxx
Biaya penyusutan………………………………… …xxx
Biaya penyisihan kerugian piutang…………………..xxx
 
Dikurangi koreksi negatif:
Biaya penyusutan…………………………………….xxx
Pendapatan sewa gedung……………………………..xxx
Pendapatan deviden…………………………………..xxx
Pendapatan bunga deposito…………………………..xxx
Pendapatan Jasa giro…………………………………xxx
 
Laba/rugi fiskal sebelum pajak xxxx
L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Tujuan - Menghitung laba bersih - Menghitung besarnya


- Mengukur kinerja pajak terutang
- Mengukur keadaan posisi - Laporannya untuk
- Mengukur keadaan kekayaan pihak fiskus
-Laporannya untuk pihak ketiga
dan manajemen

- Pengambilan keputusan yang Sanksi dibidang


Akibat tidak tepat oleh manajemen perpajakan:
penyimpangan - Opini yang buruk terhadap - Sanksi admnistrasi
laporan keuangan yang berupa denda, bunga
berhubungan langsung dengan atau kenaikan
kreditur, investur, pemilik - Sanksi Pidana berupa
perusahaan kurungan atau penjara
L/K Komersial & Fiskal

Keterangan L/K Komersial L/K Fiskal

Dasar Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) SAK disesuaikan dg UU


Pajak berlaku
1. Dasar Akrual
Konsep 2. Mempertemukan beban dg 1. Dasar Akrual Stelsel
pendapatan yang paling tepat 2. Mempertemukan antara
3. Konservative, yaitu konsep hati-hati; biaya untuk mendapat,
mungkin rugi yang dapat ditaksir menagih dan memelihara
sudah diakui sebagai kerugian, penghasilan dengan
dengan membentuk penyisihan penghasilan yang merupakan
(cadangan) pada akhir tahun atau objek PPh
dengan membuat adjustment 3. Konservative tidak
4. Materialitas digunakan oleh Auditor digunakan
untuk menyatakan wajar/tidak wajar 4. Materialitas digunakan oleh
dalam penilaian LK Komersial Auditor untuk menyatakan
wajar/ tidak wajar dalam
penilaian LK komersial tidak
digunakan
Pajak penghasilan final
Pengalihan Hak
Penjualan, tukar-menukar atau ruislag,
perjanjian pemindahan hak, pelepasan
hak, penyerahan hak, lelang, hibah,atau
cara lain yang disepakati oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.

Termasuk didalamnya adalah : Warisan, sewa guna


usaha dengan hak opsi, sale and lease back,
penyetoran modal saham dalam bentuk tanah dan/atau
bangunan, pengalihan hak sehubungan dengan Bangun
Guna Serah, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan pengambil-alihan usaha, pembubaran
badan hukum, putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
PENGECUALIAN

 Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah


dan/atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp
60.000.000,- (dan bukan merupakan jumlah yang
dipecah-pecah)

 Orang Pribadi yang melakukan pengalihan hak atas tanah


dan/atau bangunan kepada pemerintah untuk kepentingan
umum

 Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pengalihan hak


atas tanah dan/atau bangunan sehubungan dengan
hibah yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajad, dan kepada badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada
hubungannya dengan usaha
PENGECUALIAN

 Lelang atas tanah dan/atau bangunan yang


dirampas untuk negara berdasarkan
Keputusan Pengadilan Negeri

 Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah


dan/atau bangunan dalam rangka
penggabungan, peleburan atau pemekaran
usaha

 Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah


dan/atau bangunan milik pemerintah dengan
cara lelang
PPh atas Penghasilan dari Usaha Jasa
Konstruksi
• KETENTUAN YANG MENGATUR
• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh
• Peraturan Pememerintah No. 51 tahun
2008
• Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2009
• Atas penghasilan dari usaha jasa
konstruksi, baik pelaksanaan konstruksi,
perencanaan konstruksi dan pengawasan
konstruksi
TARIF
• 2% (dua persen) ntuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
• 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
• 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b;
• 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi
usaha; dan
• 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan
Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki
kualifikasi usaha.
PPh FINAL ATAS HADIAH UNDIAN

TARIF :

25 % dari Nilai Undian (Jika diberikan


dalam bentuk natura maka nilai hadiah
undian tersebut menggunakan nilai pasar
atau nilai wajar)
KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• PP Nomor 132 Tahun 2000

• Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-395/PJ/2001

• Surat Edaran Dirjen Pajak SE-19/PJ.43/2001

• Penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan


dalam bentuk apapun, termasuk dalam bentuk natura
PPh FINAL ATAS SEWA TANAH DAN /
ATAU BANGUNAN

• Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh

• PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah


disempurnakan dengan PP Nomor 5 Tahun 2002
• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996
sebagaimana telah disempurnakan dengan Nomor
120/KMK.03/2002
• Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-22/PJ.4/1996
OBYEK PPh

Atas penghasilan dari sewa tanah dan/atau


bangunan berupa :
Tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondomonium, gedung perkantoran,
pertokoan, atau pertemuan termasuk
bagiannya

TARIF :
10 % dari jumlah bruto nilai persewaan
PPh Final Atas Bunga Deposito,
Tabungan, Dan Sertifikat Bank Indonesia

KETENTUAN YANG MENGATUR

•Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh


•PP Nomor 131 Tahun 2000
•Keputusan Menteri Keuangan Nomor
51/KMK.04/2001
•Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
19/PJ.43/2001 
OBYEK PPh

Penghasilan berupa bunga dengan


nama dan dalam bentuk apapun yang
diterima/diperoleh dari Deposito,
Tabungan, dan Diskonto SBI
(termasuk bunga yang diterima/diperoleh dari Deposito
dan Tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui
bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia)
TARIF

 20 % dari jumlah bruto (bersifat final)


terhadap Wajib Pajak Dalam
Negeri dan BUT
 20 % atau tarif sebagaimana P3B
terhadap Wajib Pajak Luar Negeri
PENGECUALIAN

• Terhadap Orang Pribadi Subyek Pajak Dalam


Negeri yang seluruh penghasilannya (termasuk
bunga dan diskonto) tidak melebihi PTKP.
• Bunga deposito dan tabungan serta diskonto
SBI sepanjang jumlah Deposito dan Tabungan
serta SBI tidak melebihi Rp 7.500.000,-
• Bunga dan diskonto yang diterima atau
diperoleh bank yang didirikan di Indonesia
atau cabang bank luar negeri di Indonesia
PENGECUALIAN

 Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh


Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
Menteri Keuangan, sepanjang dana yang
diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud Pasal 29 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 1992 tentang Dana Pensiun

 Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk


pemerintah dalam rangka pemilikan Rumah
Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana,
Kaveling Siap Bangun untuk Rumah Sederhana
dan Rumah Sangat Sederhana, atau Rumah
Susun Sederhana untuk dihuni sendiri.
PPh atas Bunga dan Diskonto Obligasi
yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan
perdagangannya di Bursa Efek

KETENTUAN YANG MENGATUR


Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh
PP Nomor 6 Tahun 2002
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
121/KMK.03/2002
Keputusan Dirjen Pajak Nomor
Kep-241/PJ/2002 berikut ralatnya
 
OBYEK PPh

Atas penghasilan berupa bunga dan


diskonto obligasi yang diperdagangkan
atau dilaporkan perdagangannya di
Bursa Efek
TARIF
 Atas bunga obligasi dengan kupon
(interest bearing bond) :
 20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT
 20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar Negeri 
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa
kepemilikan (holding period) obligasi 

 Atas diskonto obligasi dengan kupon :


 20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan BUT 
 20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar Negeri
dari selisih lebih harga jual pada saat
transaksi atau nilai nominal pada saat jatuh
tempo obligasi di atas harga perolehan
obligasi tidak termasuk bunga berjalan
(accured interest)
TARIF

• Atas diskonto obligasi tanpa bunga


(zero Coupon bond)
– 20 %, bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan
BUT
– 20 % atau tarif P3B, bagi Wajib Pajak Luar
Negeri
dari selisih harga jual pada saat
transaksi atau nilai nominal pada saat
jatuh tempo obligasi
PENGECUALIAN

Atas bunga dan diskonto obligasi yang


diperoleh : 
 Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang
bank luar negeri di Indonesia
 Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya
telah disahkan Menteri Keuangan
 Reksadana (yang terdaftar pada Bapepam)
selama 5 tahun pertama sejak
pendirian/pemberian ijin usaha
 Wajib Pajak Orang Pribadi yang penghasilan
keseluruhannya (termasuk bunga dan diskonto
obligasi) dalam 1 tahun pajak tidak melebihi
PTKP
PPH ATAS
PENGHASILAN DARI
TRANSAKSI PENJUALAN
SAHAM
DI BURSA EFEK
KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (2) Undang Undang PPh

• PP Nomor 41 Tahun 1994 sebagaimana


disempurnakan dengan PP Nomor 14
Tahun 1997
• Keputusan Menteri Keuangan Nomor
282/KMK.04/1997
OBYEK PPh DAN TARIF

• Atas penghasilan dari penjualan saham di


bursa efek
– 0,1 % dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan
• Atas penjualan saham pendiri
– 0,5 % dari nilai saham pada saat penutupan bursa
di akhir 1996, 31-12-1996 (jika telah
diperdagangkan dalam tahun 1996 atau
sebelumnya) 
– 0,5 % dari nilai saham pada saat Initial Public
Offering (jika diperdagangkan pada atau setelah
01-01-1997)
TATA CARA PELUNASAN DAN
PELAPORAN
 Memotong PPh pada saat pelunasan
transaksi penjualan saham dengan
memberikan bukti pemotongan
 Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke
Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP
atas nama perantara pedagang efek paling
lambat tanggal 20 setiap bulan, atas
transaksi yang dilakukan dalam bulan
sebelumnya
 Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh
dimaksud ke KPP (di mana pemotong
terdaftar) paling lambat tanggal 25 pada
bulan yang sama dengan bulan penyetoran
DIVIDEN YANG DITERIMA
OLEH ORANG PRIBADI
KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (1) Undang Undang PPh

• Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2009


Obyek PPh dan Tarif

A. Penghasilan berupa dividen yang


diterima oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri

B. Tarif PPh sebasar 10 % dari nilai bruto


dividen
TATA CARA PELUNASAN DAN
PELAPORAN
 Memotong PPh pada saat pembayaran
dividen dengan memberikan bukti
pemotongan
 Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke
Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP
atas nama pemotong paling lambat tanggal
10 setiap bulan, atas transaksi yang
dilakukan dalam bulan sebelumnya
 Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh
dimaksud ke KPP (di mana pemotong
terdaftar) paling lambat tanggal 20 pada
bulan yang sama dengan bulan penyetoran
PPH FINAL ATAS BUNGA
SIMPANAN YANG
DIBAYARKAN KOPERASI
KEPADA ANGGOTANYA
KETENTUAN YANG MENGATUR

• Pasal 4 ayat (1) Undang Undang PPh

• Surat Edaran Dirjen Pajak


SE-20/PJ/2009
OBYEK PPh dan TARIF

Atas penghasilan dari bunga


simpanan yang dibayarkan oleh
koperasi kepada anggotanya
 10 % dari jumlah bruto bunga
simpanan
TATA CARA PELUNASAN DAN
PELAPORAN
 Memotong PPh pada saat pembayaran bunga
simpanan dengan memberikan bukti
pemotongan
 Menyetor PPh yang dipotong tersebut ke
Kantor Penerima Pembayaran dengan SSP
atas nama pemotong paling lambat tanggal
10 setiap bulan, atas transaksi yang
dilakukan dalam bulan sebelumnya
 Melaporkan pemotongan dan penyetoran PPh
dimaksud ke KPP (di mana pemotong
terdaftar) paling lambat tanggal 20 pada
bulan yang sama dengan bulan penyetoran
PENGECUALIAN

• Untuk bunga simpanan sampai maksimal


Rp.240.000,- dikecualikan dari obyek PPh
Final
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai