Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ISLAM DAN

PERUBAHAN SOSIAL (IJTIHAD)


Dr. Drs. H. Rozihan. SH., M.Ag
Pertimbangan Historis dalam Perubahan
Sosial dan Pengembangan Hukum Islam

Proses ulama’ menghubungkan antara realitas dan


teks yang dimaknai.

Masa
Masa Masa
perteng
lampau modern
ahan
PEMBARUAN HUKUM ISLAM MENURUT
FAZLURRAHMAN

Critical Historical Method

Teks selalu berangkat dari sebab-sebab eksternal dan


kemudian mengakumulasi keadaan itu dalam uraian
teks.
KARAKTERISTIK BERPIKIR
FAZLURRAHMAN
Menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai sentral
1 penelitian
2 Menggunakan tradisi berpikir post-positivistik
3 Menolak epistemologi model Immanuel Kant
Menggunakan hermeneutika sebagai kerangka utama dalam
4 membangun ilmu-ilmu keislaman
Konsep Nasakh dalam pandangan
Abdullah Ahmad al-Na’im

Membalik naskh

Membatalkan ayat furu’ yang sudah rinci dan detail


dan sunnah yang terkait, karena cukup problematis
dengan konstitualisme, pidana modern, hukum
internasional, dan hak asasi manusia.
KETENTUAN

Pembalikan Naskh terjadi jika ayat cabang atau


furu’ yang digunakan untuk merekonstruksi ayat
utama (ushul) sudah tidak relevan di zaman modern.
CONTOH
Hukum Asal Al-Qur’an memerintahkan untuk
berdakwah dengan damai dan
mengizinkan kebebasan memilih
(QS. Al-Kafirun ayat 6)
Hukum Furu’ Berdkawah dengan berbagai
ancaman guna memaksa orang
kafir untuk masuk Islam (QS. At-
Taghaabun ayat 5-6)
Teori Gerak dalam Pandangan
Muhammad Iqbal

ijtihad merupakan prinsip gerakan dalam struktur


Islam. Bagi Iqbal, hukum dalam Islam sebenarnya
tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad pun
tidak pernah tertutup.
Teori Limitasi (Nadhariyah al-Hudud)
menurut Muhammad Sahrur.

Shahrur mendasarkan teorinya pada al-Quran surat


al-Nisa’ ayat 13-14, yang menegaskan bahwa yang
berhak menetapkan batasan hukum hanyalah Allah.
Sementara otoritas Nabi Muhammad dalam
menentukan hukum tidaklah penuh, beliau hanya
sebagai seorang pelopor dalam berijtihad.
Bentuk Teori Limitasi (Nadhariyah al-Hudud)
menurut Muhammad Sahrur.

1 Halah al-had al-a’la (posisi batas maksimal)


2 Halah al-hadd al-adna (posisi batas minimal)
Halah al-haddayn al-a’la wa al-adna ma’an (posisi antara
3 batas maksimimal dan batas minimal bersamaan
4 Halah al-mustaqim (posisi lurus tanpa alternatif)
Halah al-hadd al-a’la li hadd al-muqarrib duna al-manas
5 bi al-hadd abadan (posisi batas maksimal cenderung
mendekat tanpa bersentuhan)
Halah al-hadd al-a’la mujaban wa al-hadd al-adna
6 saliban (posisi batas maksimal positif dan batas minimal
negatif)
Halah al-had al-a’la (posisi batas maksimal)

Shahrur mengaplikasikan bentuk pertama ini pada


al-Quran surat al-Maidah ayat 38, tentang
pencurian. Menurut teori ini, hukum tangan adalah
batas maksimal dari pelaksanaan hukuman
pencurian. Jadi potong tangan bukanlah satu
hukuman yang mutlak diterapkan, namun umat
Islam harus melihat kualitas dan kuantitas barang
yang dicuri, serta kondisi saat pencurian itu terjadi.
Halah al-hadd al-adna (posisi batas minimal)

Shahrur mencontohkan pada larangan dalam al-


Quran untuk menikahi para perempuan yang
disebutkan dalam surat al-Nisa’ ayat 23. Dalam
kondisi apapun umat Islam dilarang untuk menikahi
wanita dalam ayat ini, meskipun didasarkan pada
ijtihad.
Halah al-haddayn al-a’la wa al-adna ma’an (posisi
antara batas maksimimal dan batas minimal
bersamaan

Batasan ini diterapkan Shahrur dalam pembagian


harta warisan, dalam al-Quran surat al-Nisa’ ayat 11.
Halah al-mustaqim (posisi lurus tanpa alternatif)

Shahrur menyatakan bahwa teori ini hanya mampu


diterapkan pada satu ayat saja dalam al-Quran, yaitu
surat al-Nur yang berbicara mengenai perzinaan.
Halah al-hadd al-a’la li hadd al-muqarrib duna al-
manas bi al-hadd abadan (posisi batas maksimal
cenderung mendekat tanpa bersentuhan)

Shahrur menerapkan teori ini pada hubungan fisik


antara pria dan wanita. Batasan terendah dalam
teori ini adalah hubungan tanpa persentuhan, dan
batas maksimal berupa perzinaan. Selama mereka
belum sampai perzinaan, maka hukum maksimal
Allah belum perlu untuk dilaksanakan.
Halah al-hadd al-a’la mujaban wa al-hadd al-adna
saliban (posisi batas maksimal positif dan batas
minimal negatif)

Teori yang terakhir inilah yang digunakan oleh


Shahrur dalam menganalisa transaksi keuangan.
Batasan tertinggi dalam teori ini adalah pajak atau
bunga, sedangkan batasan terendah adalah zakat.
Sementara titik nol adalah pinjaman tanpa bunga.
Pembacaan Teks al-Qur’an menurut ‘Abid al-Jabiry

Al-Fashl Al-Washl

Menjawab Menjawab
Problematika Problematika
objektifitas rasionalitas
Al-Fashl dan problem objektivitas

Al-Jabiri menginginkan pada pembacaan teks tidak


boleh membacanya atau mengambil maknanya
melalui kata-kata yang terpisah akan tetapi setiap
kata punya relasi sehingga makna bisa ditarik ketika
setiap kata dimaknai bersama.
Al-Washl dan problem rasionalitas

Setelah melalui tahap pertama yakni pemisahan


antara pembaca dan teks, tahap kedua ini
merupakan tahap yang berkebalikan yakni tahap
penyatuan antara pembaca dan teks. Dengan
harapan teks mampu hidup pada konteks
pembacanya.

Anda mungkin juga menyukai