Anda di halaman 1dari 15

Sistem Hukum Dunia

Dr. Kiljamilawati, S. Ag., MH


Pengertian Sistem Hukum
sistem hukum merupakan tatanan atau
kesatuan yang utuh yang tediri dari bagian-
bagian atau unsur-unsur yang saling
berkaitan erat satu sama lain
Dengan kata kata lain sistem hukum adalah
suatu kumpulan unsur-unsur yang ada
dalam interaksi satu sama lain yang
merupakan satu kesatuan yang terorganisasi
dan kerjasama ke arah tujuan kesatuan.
Erofa Kontinental
Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law =
hukum Romawi). Dikatakan hukum Romawi karena sistem
hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di
kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan
Kaisar Yustinianus abad 5 (527-565 M). Kodifikasi hukum itu
merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada
sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis
(hukum yg terkodifikasi). 
Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan
dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti:
Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk
Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Artinya adalah
menurut sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai
dasar berlakunya hukum dalam suatu negara.
Sistem hukum Eropa Kontinental, yang terjemahan
harfiahnya adalah sistem hukum sipil, berkembang
atau dianut di Negara Eropa Daratan seperti Jerman,
Belanda, Perancis, Italia, Amerika Latin, Jepang,
Thailand dan Indonesia. Sistem hukum Eropa
Kontinental ini mengutamakan hukum tertulis, yaitu
peraturan-perundang-undangan sebagai dasar utama
sistem hukumya, sehingga sistem hukum ini disebut
juga sistem hukum kodifikasi (codified law).
Kodifikasi hukumnya merupakan kumpulan dari
pelbagai kaedah hukum yang ada sebelum masa
Yustinianus yang disebut corpus juris civilis.
Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum
yang terdapat pada corpus juris civilis itu dijadikan
dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di
Eropa daratan. Oleh karena itu, menurut Romli
Atmasasmita, di Negara Eropa daratan suatu undang-
undang dianggap sebagai mesin pembaruan, bukan
hanya suatu pencatatan ulang, dan yang menjadi
dasar prinsip utama sistem hukum ini adalah hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan
berupa peraturan yang berbentuk undang-undang dan
tersusun secara sistematis, lengkap, dan tuntas dalam
kodifikasi.
Keberlakuan sistem hukum Eropa Kontinental di
Indonesia karena berdasarkan kepada asas
konkordansi
Namun karena dinamika kehidupan sosial politik
masyarakat yang terus berkembang, sistem hukum
Indonesia mengalami pula perkembangan dengan
tidak sepenuhnya terikat pada sistem hukum Eropa
Kontinental. Beberapa komponen sistem hukum
Anglo Saxon (Common Law system) diadopsi ke
dalam sistem hukum Indonesia, baik pada subsistem
peraturan maupun pada subsistem peradilan.
Sistem Hukum Anglo Saxon
 Awalnya berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn
istilah Common Law atauUnwriten Law (hukum tidak tertulis).
Sistem hukum ini dianut di negara-negara anggota persemakmuran
Inggris, Amerika Utara, Kanada, Amerika Serikat.
 Adapun sistem hukum Anglo Saxon ini berkembang dari Inggris
menyebar ke Negara-negara Amerika Serikat, Canada, Amerika
Utara, dan Australia. Dalam sistem hukum ini sumber utamanya
adalah putusan hakim/pengadilan atau yurisprudensi. Putusan hakim
mewujudkan kepastian hukum, melalui putusan hakim itu prinsip dan
kaedah hukum dibentuk dan mengikat umum.
Penggolongannya :
Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal
pula pembagian ”hukum publik dan hukum privat”.
Pemgertian hukum privat yang diberikan oleh sistem hukum Anglo
Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh
sistem Eropa kontinental.
Dalam sistem hukum Eropa kontonental ”hukum privat lebih
dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum
dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu”.
Berbeda dengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian
”hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang
hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons,
hukum perjanjian (law of contract) dan hukum tentang perbuatan
melawan hukum (law of tort).
Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-
putusan hakim dan kebiasaan.
Dalam sistem hukum Anglo Saxon ini, hakim
mempunyai peranan besar dalam menciptakan kaedah
hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat.
Hakim juga mempunyai wewenang yang sangat luas
untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan
menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan
menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk
memutuskan perkara yang sejenis.
Hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan
pengadilan yang sudah ada daru perkara-perkara
sejenis (asas doctrine of precedent). Sistem hukum
Anglo Saxon disebut juga case law
Sistem Peradilan Anglo Saxon

Pada sistem pengadilan Anglo Saxon (Common Law), sistem


peradilannya menganut sistem juri di mana hakim bertindak sebagai
pejabat yang memeriksa dan memutuskan hukumnya, sementara juri
memeriksa peristiwa atau kasusnya kemudian menetapkan bersalah
atau tidaknya terdakwa atau pihak-pihak yang berperkara.
Dalam sistem peradilan Common Law ini hakim diikat oleh asas
precedent (asas stare decisis) atau the binding force of precedent,
berarti putusan hakim terdahulu mengikat hakim-hakim lain untuk
mengikutinya pada perkara yang sama. Hakim dalam melakukan
penalaran dengan menggunakan metode induktif, yaitu cara bernalar
dari hal-hal yang khusus, kemudian menarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum. Dalam hal ini hakim mendasarkan putusannya pada
kasus in-konkrito (aturan khusus) yang berlaku khusus kemudian
dijadikan aturan umum yang akan berlaku sebagai precedent bagi
hakim lainnya pada perkara yang sama.
Sistem Hukum Adat

Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina,


India, Jepang, dan negara lain, Di Indonesia asal mula istilah
hukum adat adalah dari istilah ”Adatrecht” yang dikemukakan
oleh Snouck Hugronje.
Penggolongannya
Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada
kehendak nenek moyangnya.
Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan
sosial yang silih berganti.
Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan
dengan perkembangan situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya.
Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan
mudah menyesuaikan diri.
Sistem Hukum Islam

Sistem hukum Islam berasal dari Arab,


kemudian berkembang ke negara-negara lain
seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa,
Amerika secara individual maupun secara
kelompok.
Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh”
terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :
1) Hukum rohaniah (ibadat).
2) Hukum duniawi/muamalah
Perbedaan Sistem Hukum EK dan AS
Antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem
hukum Anglo Saxon terdapat perbedaan yang mendasar,
yaitu sebagai berikut. Pada sistem hukum Eropa
Kontinental dasarnya didominasi oleh hukum tertulis
(peraturan perundang-undangan) sebagai sumber
hukumnya. Adapun pada sistem hukum Anglo Saxon pada
umumnya didominasi oleh hukum tidak tertulis (asas stare
decisis) melalui putusan hakim/yurisprudensi sebagai
hukumnya.
Pada sistem hukum Eropa Kontinental terdapat pemisahan
yang secara jelas dan tegas antara hukum publik dan hukum
privat, sedangkan pada sistem hukum Anglo Saxon, tidak
ada pemisahan secara jelas dan tegas antara hukum publik
dengan hukum privat.
Di
 samping perbedaan kedua sistem hukum di atas, ada juga
persamaannya, yaitu kedua-duanya tetap mengenal adanya pemisahan
kekuasaan dari semua lembaga Negara, sebagaimana dimaksud dalam
teori pemisahan kekuasaan. Kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan
tersendiri terpisah dari kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Sedangkan dalam hal sistem peradilan, antara sistem peradilan Eropa

Kontinental dan Anglo Saxon, dapat dilihat perbedaan yang prinsipiil,
yaitu sebagai berikut. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental tidak
menggunakan juri, sehingga tanggungjawab hakim adalah memeriksa
kasus, menentukan kesalahan, dan menerapkan hukumnya serta
menjatuhkan putusannya. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon
menggunakan juri yang memeriksa fakta kasusnya, kemudian
menetapkan kesalahan, dan hakim hanya menerapkan hukum
kemudian menjatuhkan putusan.
Pada sistem peradilan Eropa Kontinental di mana hakim tidak
terikat atau tidak wajib mengikuti putusan hakim sebelumnya
dalam perkara yang sama. Adapun pada sistem peradilan Anglo
Saxon di mana hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya
dalam perkara yang sama dengan melalui asas the binding force
of precedent.
Pada sistem peradilan Eropa Kontinental dalam perkara perdata
saja yang melihat adanya dua pihak yang bertentangan, yaitu
penggugat dan tergugat dan pada perkara pidana keberadaan
terdakwa bukan sebagai pihak penentang. Adapun pada sistem
peradilan Anglo Saxon menganut pula asas adversary system,
yaitu memandang bahwa di dalam pemeriksaan peradilan selalu
ada dua pihak yang saling bertentangan baik dalam perkara
perdata maupun dalam perkara pidana.

Anda mungkin juga menyukai