Pengertian Sistem Hukum sistem hukum merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang tediri dari bagian- bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain Dengan kata kata lain sistem hukum adalah suatu kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dan kerjasama ke arah tujuan kesatuan. Erofa Kontinental Berkembang di negara-negara Eropa (istilah lain Civil Law = hukum Romawi). Dikatakan hukum Romawi karena sistem hukum ini berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada masa Pemerintahan Kaisar Yustinianus abad 5 (527-565 M). Kodifikasi hukum itu merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus yang disebut Corpus Juris Civilis (hukum yg terkodifikasi). Corpus Juris Civilis dijadikan prinsip dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di negara-negara Eropa daratan seperti: Jerman, Belanda, Prancis, Italia, Amerika Latin, Asia (termasuk Indonesia pada masa penjajahan Belanda). Artinya adalah menurut sistem ini setiap hukum harus dikodifikasikan sebagai dasar berlakunya hukum dalam suatu negara. Sistem hukum Eropa Kontinental, yang terjemahan harfiahnya adalah sistem hukum sipil, berkembang atau dianut di Negara Eropa Daratan seperti Jerman, Belanda, Perancis, Italia, Amerika Latin, Jepang, Thailand dan Indonesia. Sistem hukum Eropa Kontinental ini mengutamakan hukum tertulis, yaitu peraturan-perundang-undangan sebagai dasar utama sistem hukumya, sehingga sistem hukum ini disebut juga sistem hukum kodifikasi (codified law). Kodifikasi hukumnya merupakan kumpulan dari pelbagai kaedah hukum yang ada sebelum masa Yustinianus yang disebut corpus juris civilis. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang terdapat pada corpus juris civilis itu dijadikan dasar dalam perumusan dan kodifikasi hukum di Eropa daratan. Oleh karena itu, menurut Romli Atmasasmita, di Negara Eropa daratan suatu undang- undang dianggap sebagai mesin pembaruan, bukan hanya suatu pencatatan ulang, dan yang menjadi dasar prinsip utama sistem hukum ini adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan berupa peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis, lengkap, dan tuntas dalam kodifikasi. Keberlakuan sistem hukum Eropa Kontinental di Indonesia karena berdasarkan kepada asas konkordansi Namun karena dinamika kehidupan sosial politik masyarakat yang terus berkembang, sistem hukum Indonesia mengalami pula perkembangan dengan tidak sepenuhnya terikat pada sistem hukum Eropa Kontinental. Beberapa komponen sistem hukum Anglo Saxon (Common Law system) diadopsi ke dalam sistem hukum Indonesia, baik pada subsistem peraturan maupun pada subsistem peradilan. Sistem Hukum Anglo Saxon Awalnya berkembang di negara Inggris, dan dikenal dgn istilah Common Law atauUnwriten Law (hukum tidak tertulis). Sistem hukum ini dianut di negara-negara anggota persemakmuran Inggris, Amerika Utara, Kanada, Amerika Serikat. Adapun sistem hukum Anglo Saxon ini berkembang dari Inggris menyebar ke Negara-negara Amerika Serikat, Canada, Amerika Utara, dan Australia. Dalam sistem hukum ini sumber utamanya adalah putusan hakim/pengadilan atau yurisprudensi. Putusan hakim mewujudkan kepastian hukum, melalui putusan hakim itu prinsip dan kaedah hukum dibentuk dan mengikat umum. Penggolongannya : Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian ”hukum publik dan hukum privat”. Pemgertian hukum privat yang diberikan oleh sistem hukum Anglo Amerika (Saxon) agak berbeda dengan pengertian yang diberikan oleh sistem Eropa kontinental. Dalam sistem hukum Eropa kontonental ”hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu”. Berbeda dengan itu bagi sistem hukum Anglo Amerika pengertian ”hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah hukum tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (law of persons, hukum perjanjian (law of contract) dan hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of tort). Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan- putusan hakim dan kebiasaan. Dalam sistem hukum Anglo Saxon ini, hakim mempunyai peranan besar dalam menciptakan kaedah hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat. Hakim juga mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis. Hakim terikat pada prinsip hukum dalam putusan pengadilan yang sudah ada daru perkara-perkara sejenis (asas doctrine of precedent). Sistem hukum Anglo Saxon disebut juga case law Sistem Peradilan Anglo Saxon
Pada sistem pengadilan Anglo Saxon (Common Law), sistem
peradilannya menganut sistem juri di mana hakim bertindak sebagai pejabat yang memeriksa dan memutuskan hukumnya, sementara juri memeriksa peristiwa atau kasusnya kemudian menetapkan bersalah atau tidaknya terdakwa atau pihak-pihak yang berperkara. Dalam sistem peradilan Common Law ini hakim diikat oleh asas precedent (asas stare decisis) atau the binding force of precedent, berarti putusan hakim terdahulu mengikat hakim-hakim lain untuk mengikutinya pada perkara yang sama. Hakim dalam melakukan penalaran dengan menggunakan metode induktif, yaitu cara bernalar dari hal-hal yang khusus, kemudian menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Dalam hal ini hakim mendasarkan putusannya pada kasus in-konkrito (aturan khusus) yang berlaku khusus kemudian dijadikan aturan umum yang akan berlaku sebagai precedent bagi hakim lainnya pada perkara yang sama. Sistem Hukum Adat
Berkembang dilingkungan kehidupan sosial di Indonesia, Cina,
India, Jepang, dan negara lain, Di Indonesia asal mula istilah hukum adat adalah dari istilah ”Adatrecht” yang dikemukakan oleh Snouck Hugronje. Penggolongannya Sifat hukum adat adalah tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyangnya. Hukum adat berubah-ubah karena pengaruh kejadian dan keadaan sosial yang silih berganti. Karena sifatnya yang mudah berubah dan mudah menyesuaikan dengan perkembangan situasi sosial, hukum adat elastis sifatnya. Karena sumbernya tidak tertulis, hukum adat tidak kaku dan mudah menyesuaikan diri. Sistem Hukum Islam
Sistem hukum Islam berasal dari Arab,
kemudian berkembang ke negara-negara lain seperti negara-negara Asia, Afrika, Eropa, Amerika secara individual maupun secara kelompok. Sistem hukum Islam dalam ”Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu : 1) Hukum rohaniah (ibadat). 2) Hukum duniawi/muamalah Perbedaan Sistem Hukum EK dan AS Antara sistem hukum Eropa Kontinental dengan sistem hukum Anglo Saxon terdapat perbedaan yang mendasar, yaitu sebagai berikut. Pada sistem hukum Eropa Kontinental dasarnya didominasi oleh hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) sebagai sumber hukumnya. Adapun pada sistem hukum Anglo Saxon pada umumnya didominasi oleh hukum tidak tertulis (asas stare decisis) melalui putusan hakim/yurisprudensi sebagai hukumnya. Pada sistem hukum Eropa Kontinental terdapat pemisahan yang secara jelas dan tegas antara hukum publik dan hukum privat, sedangkan pada sistem hukum Anglo Saxon, tidak ada pemisahan secara jelas dan tegas antara hukum publik dengan hukum privat. Di samping perbedaan kedua sistem hukum di atas, ada juga persamaannya, yaitu kedua-duanya tetap mengenal adanya pemisahan kekuasaan dari semua lembaga Negara, sebagaimana dimaksud dalam teori pemisahan kekuasaan. Kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan tersendiri terpisah dari kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sedangkan dalam hal sistem peradilan, antara sistem peradilan Eropa Kontinental dan Anglo Saxon, dapat dilihat perbedaan yang prinsipiil, yaitu sebagai berikut. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental tidak menggunakan juri, sehingga tanggungjawab hakim adalah memeriksa kasus, menentukan kesalahan, dan menerapkan hukumnya serta menjatuhkan putusannya. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon menggunakan juri yang memeriksa fakta kasusnya, kemudian menetapkan kesalahan, dan hakim hanya menerapkan hukum kemudian menjatuhkan putusan. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental di mana hakim tidak terikat atau tidak wajib mengikuti putusan hakim sebelumnya dalam perkara yang sama. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon di mana hakim terikat pada putusan hakim sebelumnya dalam perkara yang sama dengan melalui asas the binding force of precedent. Pada sistem peradilan Eropa Kontinental dalam perkara perdata saja yang melihat adanya dua pihak yang bertentangan, yaitu penggugat dan tergugat dan pada perkara pidana keberadaan terdakwa bukan sebagai pihak penentang. Adapun pada sistem peradilan Anglo Saxon menganut pula asas adversary system, yaitu memandang bahwa di dalam pemeriksaan peradilan selalu ada dua pihak yang saling bertentangan baik dalam perkara perdata maupun dalam perkara pidana.