Anda di halaman 1dari 10

FILSAFAT SOSIAL #3:

SIFAT ALAMIAH MANUSIA DAN


TERBENTUKNYA NEGARA
Syarif Maulana
THOMAS HOBBES DAN LATAR
KEHIDUPAN SOSIALNYA
• Thomas Hobbes (1588 – 1679) adalah pemikir yang lahir dan meninggal di
Inggris. Ia sering disebut-sebut sebagai “pencetus filsafat politik modern”.
• Hidup di masa suasana perang agama yang berlangsung ratusan tahun (dari
abad ke-16 hingga awal abad ke-18) di sejumlah wilayah di Eropa.
• Hidup di masa perang saudara yang berkepanjangan antara kelompok
royalis-nya Charles I dengan kelompok parlementarian-nya Oliver Cromwell.
Charles I dieksekusi di tahun 1649 dan mengubah wajah politik Inggris
besar-besaran.
• Bukunya yang penting berjudul Leviathan or The Matter, Forme and Power
of a Commonwealth Ecclesiasticall and Civil atau dikenal juga dengan
Leviathan yang terbit tahun 1651.
PENGARUH KONDISI SOSIAL POLITIK
TERHADAP PEMIKIRAN HOBBES
• Kehidupan bermasyarakat adalah usaha yang rapuh.
• Manusia adalah makhluk yang prinsip utamanya adalah egoisme, yang
tindakan apapun selalu mengutamakan kepentingan sendiri.
• Persaingan satu sama lain adalah hal yang tidak bisa dihindari karena
kecenderungan manusia untuk mempertahankan kesejahteraan diri
sendiri dan merebut kesejahteraan orang lain.
• Kondisi alamiah (state of nature) masyarakat adalah homo homini lupus
(manusia adalah serigala bagi yang lainnya).
• Kehidupan sosial adalah bellum omnium contra omnes (perang antara
semua melawan semua).
LEVIATHAN
• Ditulis di masa perang saudara, membicarakan secara kritis tentang persoalan
kontrak sosial dan kedaulatan yang absolut. Secara implisit, Leviathan hendak
mengatakan bahwa perang saudara dapat dihindari jika ada kekuasaan yang kuat
dan tidak terbelah-belah.
• Judul sengaja dibuat lebih “puitis” dan tidak seperti judul buku umumnya di masa
itu yang lebih informatif seperti misalnya Two Treatises of Government (1689)
karya John Locke atau buku karya Hobbes sendiri yang ia tulis sebelum Leviathan
yaitu The Elements of Law (1640).
• Leviathan adalah makhluk atau monster air yang ada mulanya dalam kepercayaan
Yahudi, tapi kemudian disebut-sebut juga sebagai iblis di kepercayaan yang lain.
• Terdiri dari empat bab, yaitu I. Of Man, II. Of Commonwealth, III. Of Christian
Commonwealth, dan IV. The Kingdom of Darkness.
I. Of Man
• Hobbes menolak konsep summum bonum atau kebaikan tertinggi,
karena yang ada hanyalah summum malum atau kejahatan tertinggi.
• Kondisi alamiah masyarakat adalah anarkistis, selalu dalam keadaan
perang, dan bahkan diantara dua orang yang berdamai sekalipun,
tidak ada jaminan bahwa salah satunya tidak akan tiba-tiba
menyerang yang lainnya.
• Dalam kondisi alamiahnya, tidak mungkin ada perdagangan, seni, dan
juga kebudayaan di muka bumi ini. Hal yang terus menerus ada
hanyalah ketakutan dan bahaya terus menerus dan kondisi manusia
selalu ada dalam kesendirian, kesedihan, dan usianya begitu pendek.
II. Of Commonwealth
• Kondisi bersama yang sejahtera hanya dimungkinkan jika masyarakat di dalamnya
menyepakati “Ijab”: “Aku menyerahkan hak untuk mengatur diri sendiri pada orang lain,
atau sekumpulan orang, agar ia kemudian yang mengatur diriku.”
• “Ijab” semacam itu berimplikasi pada keharusan masyarakat untuk menaati segala apa
yang dilakukan oleh orang yang diberi kedaulatan, karena itu adalah cara satu-satunya
untuk menyelesaikan kondisi alamiah masyarakat yang kacau dan selalu berorientasi pada
peperangan.
• Hobbes menolak pembagian kekuasaan dan lebih setuju pada tipe kekuasaan yang mutlak
dan absolut (dukungannya diarahkan pada bentuk monarki).
• Bagaimana jika kekuasaan bertindak sewenang-sewenang? Menurut Hobbes, pertama,
harusnya itu tidak mungkin, karena bertentangan dengan alasan adanya kekuasaan
tersebut. Kedua, jika kekuasaan ternyata membahayakan masyarakatnya, maka
masyarakat berhak tidak patuh dan membela diri.
III. Of Christian Commonwealth &
IV. Of the Kingdom of Darkness
• Pada dua bab terakhir buku Leviathan, Hobbes berusaha melihat
kesesuaian antara konsep kekuasaan versinya dengan ajaran dalam
Kristianitas.
• Menurut Hobbes, harusnya tidak ada pertentangan diantara keduanya
dan legitimasi agama diperlukan untuk meraih absolutisme kekuasaan.
Hobbes juga menolak konsepsi tentang Kerajaan Tuhan yang hanya ada di
Gereja. Kerajaan Tuhan seyogianya ada juga di luar Gereja, dalam arti kata
lain: pada negara dan masyarakat.
• Namun Hobbes menyoroti juga ada hal-hal tertentu dalam agama yang
bermasalah dan malah akan menyesatkan jika diikuti, misalnya:
pandangan-pandangan agama tentang iblis dan hal-hal gaib lainnya.
MENIMBANG KONSEP NEGARA
• Leviathan adalah negara, negara adalah Leviathan, sosok “menakutkan” yang
memaksa manusia egoistik untuk menjadi makhluk sosial demi terwujudnya
ketertiban bersama.
• Negara adalah lembaga yang didirikan sedemikian rupa agar dapat memberi
sanksi pada masyarakat untuk menghindari terjadinya saling menghancurkan
demi kepentingan masing-masing.
• Negara adalah “tempat dikumpulkannya seluruh senjata yang digunakan oleh
masyarakat untuk berperang”. Dengan terkumpulnya senjata di tangan negara,
maka hanya negara yang punya kuasa untuk mengatur dan menertibkan.
• Negara yang dimaksud Hobbes adalah monarkisme: Hanya raja dengan
kekuasaan absolut saja yang mampu menertibkan rakyatnya.
UNTUK DIDISKUSIKAN
• Apakah Anda setuju dengan kondisi alamiah yang dibayangkan oleh Hobbes yaitu
homo homini lupus dan bellum omnium contra omnes?
• Bagaimana pandangan Anda tentang konsep saling percaya (trust) dalam
masyarakat? Apakah konsep tersebut benar-benar ada atau hanya kondisi yang
dibuat-buat saja?
• Bagaimana pandangan Anda tentang kekuasaan absolut yang dibayangkan oleh
Hobbes? Apakah benar-benar bisa menjamin ketertiban masyarakat atau malah
sebaliknya? Silakan pandangan ini dikritik!
• Bagaimana menurut Anda seharusnya posisi agama jika dibandingkan dengan
kekuasaan negara?
• Sebenarnya apakah gerangan sosok negara itu? Apakah keberadaannya penting atau
tidak penting?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai