Anda di halaman 1dari 35

INDUSTRI

SABUN MANDI DAN PUPUK ZA


( ZWAFALZUUR AMONIUM)

Kelompok 13
1. Tashania Zhahyra ( 21036051)
2. Vincentia Rizky Canvil ( 21036053 )
INDUSTRI SABUN MANDI
PT.Unilever
Sejarah
Unilever merupakan perusahaan multinasional didirikan pada 2
September 1929 di Britania Raya sebagai hasil penggabungan dari
produsen margarin asal Belanda, Margarine Unie dan produsen
sabun asal Inggris, Lever Brothers. Unilever merupakan
perusahaan internasional dimana menghasilkan produk-produk
berkualitas. Unilever adalah produsen barang rumah tangga
terbesar ketiga di dunia, jika didasarkan pada besarnya
pendapatan pada tahun 2012, di belakang P&G dan
Nestlé.Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980, nama
perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada
30 Juni 1990, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia Tbk.
Bahan Pembuatan Sabun
1.Asam Lemak
2.Natrium Hodroksida (NaOh)
3.Air
5.Zat Aditif
6.Gliserin Monostearat (GMS)
7.Surfaktan
Proses Industri dan Reaksi Kimia
a. Metode Batch Pada metode batch, lemak atau minyak terlebih dahulu
dipanaskan dengan sebuah alkali (NaOH atau KOH) berlebih pada sebuah
ketel. Bila penyabunan selesai, ditambahkan garam-garam agar dapat
mengendapkan sabun. Pada lapisan air yang terkandung gliserol, garam,
dan kelebihan alkali dipisahkan dan pada proses penyulingan akan
memperoleh gliserol.
b. Metode Kontinu Metode ini adalah metode yang banyak dilakukan pada
zaman modern ini, lemak atau minyak terhidrolisis oleh air pada suhu dan
tekanan tinggi dengan dibantu oleh katalis seperti sabun seng .Minyak atau
lemak dimasukkan dengan secara kontinu dari ujung reaktor besar salah
satunya. Gliserol dan asam lemak yang telah terbentuk kemudian
mengeluarkannya dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan.
Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk menjadi sabun.
Pembuatan Sabun dalam Industri
a. Saponifikasi Lemak Netral
Pada proses saponifikasi trigliserida dengan suatu alkali,
kedua reaktan tidak mudah bercampur. Reaksi saponifikasi
ini dapat mengkatalisis dengan sendirinya pada kondisi
tertentu dimana pembentukan produk sabun mempengaruhi
proses emulsi kedua reaktan tadi, menyebabkan suatu
percepatan pada kecepatan reaksi. Sabun murni (60-63 %
TFM) dinetralisasi dan dialirkan ke vakum spray dryer
untuk menghasilkan sabun dalam bentuk butiran (78-83 %
TFM) yang siap untuk diproses menjadi produk akhir.
b. Pengeringan Sabun
Pengeringan Sabun Mengurangi kandungan air pada
sabun dari 30% hingga 35% pada sabun murni menjadi 8%
hingga 18% pada sabun butiran (seperti pasir) atau
lempengan dengan menggunakan vakum spray dryer.
Semua jenis vakum spray dryer dapat digunakan sebagai
proses membuat sabun dari sistem tunggal hingga
multisistem. Pada vakum spray dryer sistem tunggal
melibatkan pemompaan sabun murni dengan melewati pipa
heat exchanger dimana uap yang mengalir di bagian luar
pipa bila sabun dipanaskan. Jika telah dikeringkan dan
didinginkan tersimpan pada dinding ruang vakum, sabun
dipindahkan dengan bantuan alat pengerik sehingga jatuh
di plodder, yang akan mengubah bentuk sabun menjadi
lonjong panjang atau butiran.
c. Netralisasi Asam Lemak
Reaksi asam basa antara asam dengan alkali untuk
menghasilkan sabun berlangsung lebih cepat dari pada reaksi
trigliserida dengan alkali. Operasi sistem ini meliputi
pemompaan reaktan melalui pemanasan terlebih dihulu menuju
turbodisperser dimana interaksi reaktan-reaktan tersebut
mengawali pembentukan sabun murni. Sabun tersebut, yang
direaksikan sebagian pada tahap ini, kemudian dialirkan ke
mixer dimana sabun tersebut disirkulasi kembali hingga
netralisasi selesai. Penyelesaian proses netralisasi ditentukan
oleh suatu pengukuran potensial elektrik (mV) alkalinitas.
Sabun murni kemudian dikeringkan dengan vakum spray dryer
untuk menghasilkan sabun butiran yang siap untuk diolah
menjadi sabun batangan.
d. Penyempurnaan Sabun
Pada proses pembuatan sabun batangan, sabun butiran
dicampurkan dengan zat pewarna, parfum, dan zat aditif
lainnya kedalam mixer (analgamator). Campuran sabun
ini kemudian diteruskan untuk digiling untuk mengubah
campuran tersebur menjadi suatu produk yang homogen.
Produk tersebut kemudian dilanjutkan ke tahap
pemotongan. Sebuah alat pemotong dengan mata pisau
memotong sabun tersebut menjadi potongan-potongan
terpisah yang dicetak melalui proses penekanan menjadi
sabun batangan. Proses pembungkusan, pengemasan, dan
penyusunan sabun batangan merupakan tahap akhir.
Diagram Alir Proses Pembuatan Sabun
Reaksi Kimia
1.Garam alkali dari asam lemak bersuhu tinggi
terhidrolisis parsial oleh air yang dapat membuat larutan
menjadi bersifat basa dalam air.
Contohnya:
CH3(CH2)16COONa + H2O → CH3(CH2)16COOH +
OH2.
2.Larutan sabun akan menghasilkan buih bila diaduk,
tetapi tidak bisa pada air sajah. Garam-garam alkali akan
mengendap dalam air akan menghasilkan buih dari sabun.
Contohnya: CH3(CH2)16COONa + CaSO4 → Na2SO4 +
Ca(CH3(CH2)16COO)2
Produk Pertahun
Berdasarkan dari data Tabel 1.2. Top Brand Index diatas menunjukan
bahwa peminat sabun mandi Lifebuoy memliki presentase yang cukup
tinggi dan dapat bersaing dengan sabun mandi antiseptik produk
lainnya. Pertumbuhan peminat merek sabun mandi Lifebuoy mengalami
fluktasi atau naik turun, pada tahun 2020 mengalami penurunan ≥ 6,1%
per tahun, pada tahun 2021 mengalami peningkatan kembali ≥ 5,2% per
tahun. Hal itu, disebabkan karena banyaknya pesaing yang berlomba-
lomba membuat produk sabun mandi antiseptik dengan berbagai jenis
aroma. Sehingga dapat mengakibatkan kurangnya peminat yang loyal
pada sabun mandi Lifebuoy pada tahun 2020 tetapi pada tahun 2021
terjadi peningkatan lagi. Dalam hal ini PT. Unilever Indonesia harus
lebih lagi meningkatkan strategi pemasaran seperti bauran pemasaran
dan kepercayaan merek yang kuat untuk dapat menarik kembali minat
loyalitas konsumen agar kesetiaan konsumen dapat memberikan
dampak positif peningkatan penjualan dan profit perusahaan.
Kontrol Kualitas
Sabun yang tersebar di pasaran
bila mendapatkan kualitas yang
baik sesuai ditetapkan Dewan
Standarisasi Nasional (DSN).
Syarat mutu dibuat agar dapat
menggunakan produk yang
memiliki mutu yang baik dan
tidak dirugikan. Sifat-sifat mutu
yang paling penting pada sabun
adalah total asam lemak, asam
lemak bebas dan alkali bebas.
Syarat mutu sabun mandi padat
menurut SNI 06- 3532-1994
dapat dilihat pada Tabel
Penanganan Limbah
Limbah domesik mengandung sabun dan detergen dimana
menjadi sumber bahan pencemar organik Sabun menghasilkan
kekuatan pengemulsian dan menurunkan tegangan permukaan
air. Industri sabun menghasilkan limbah berupa minyak lemak,
soap gliserin, NaCl dan H2O. Untuk mengurangi pencemaran
lingkungan, dilakukan pemisahan soap gliserin dari campuran
limbah tersebut. Soap gliserin dibuat menjadi triasetin (glyceryl
triacetate) dengan menggunakan proses asetilasi memerlukan
variabel suhu, kecepatan, dan waktu pengadukan. Pembuatan
triasetin digunakan untuk mengurangi pencemaran[138]
lingkungan, menambah wawasan, serta digunakan dalam
industri kosmetik, obat-obatan fiksasi dalam sabun, dan lainnya.
Pendapatan Pertahun
Pada tahun 2021, Unilever Indonesia mencatat
transaksi penjualan kepada Unilever Asia
Private Ltd. sebesar Rp597,1 miliar (2020:
Rp552,6 miliar). Transaksi tersebut merupakan
transaksi reguler yang menjadi bagian aktivitas
usaha Perseroan.
INDUSTRI PUPUK ZA ( ZWAFALZUUR AMONIUM )
PT. Petrokimia Gresik
Sejarah Singkat
PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di
Indonesia, yang pada awal berdirinya disebut Proyek Petrokimia
Surabaya. Kontrak pembangunannya ditandatangani pada
tanggal 10 Agustus 1964, dan mulai berlaku pada tanggal 8
Desember 1964. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Republik
Indonesia, HM. Soeharto pada tanggal 10 Juli 1972, yang
kemudian tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi PT
Petrokimia Gresik. PT Petrokimia Gresik saat ini menempati
areal lebih dari 450 hektar di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Total produksi saat ini mencapai 8,9 juta ton/tahun, terdiri
dari produk pupuk sebesar 5 (lima) juta ton / tahun, dan 
produk non pupuk sebanyak 3,9 juta ton/tahun. Anak
Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) ini
bertransformasi menuju perusahaan Solusi Agroindustri
untuk mendukung tercapainya program Ketahanan Pangan
Nasional, dan kemajuan dunia pertanian.
Struktur pemegang Saham PT Petrokimia Gresik adalah PT
Pupuk Indonesia (Persero) yang memiliki kepemilikan
saham 99,9975% dan Yayasan Petrokimia Gresik yang
memiliki 0,0025% kepemilikan saham. Jumlah karyawan
PT Petrokimia Gresik per 31 Agustus 2022 sebanyak 1.972
orang.
Pupuk ZA
Pupuk ZA adalah pupuk kimia buatan yang mengandung amonium
sulfat yang dirancang untuk memberi tambahan hara nitrogen dan
belerang bagi tanaman. Nama ZA adalah singkatan dari istilah
bahasa Belanda, zwavelzure ammoniak. Wujud pupuk ini butiran
kristal mirip garam dapur dan terasa asin di lidah (Petrokimia,
2012).
Karakteristik Kualitas
• Nitrogen minimal 20,8%
• belerang minimal 23,8%
• Kadar air maksimal 1%
• kadar Asam Bebas sebagai H2SO4 maksimal 0,1%
• Bentuk kristal
• Warna putih
Bahan Baku
1. Ammonia (NH3)
2. Asam Sulfat (H2SO4)
3. Gypsum (CaSO4.2H2O)
4. Karbondioksida (CO2)
Sifat dan keunggulan pupuk ZA
• Tidak higroskopis
• Mudah larut dalam air
• Digunakan sebagai pupuk dasar dan susulan
• Senyawa kimianya stabil sehingga tahan
disimpan dalam waktu lama
• Dapat dicampur dengan pupuk lain
• Aman digunakan untuk semua jenis tanaman
• Meningkatkan produksi dan kualitas panen
Gambar Produk Pupuk ZA • Menambah daya tahan tanaman terhadap
gangguan hama, penyakit dan kekeringan
• Memperbaiki rasa dan warna hasil panen.
Proses Industri dan Proses yang Terjadi
1. Tahap Kristalisasi Larutan ammonium sulfat 40%
dipanaskan menggunakan heater hingga suhu 77-82oC,
kemudian dipompa menuju crystalizer dengan tekanan
sebesar 660 mmHg. Pada crystalizer terjadi proses
pemekatan dan pembentukan kristal ZA dari larutan
ammonium sulfat 40% dengan bantuan steam. Uap air akan
terlepas dari crystalizer berupa kondensat, yang akan diolah
menggunakan heat exchanger untuk menghasilkan steam
yang dapat dimanfaatkan kembali pada crystalizer. Slurry
hasil kristalisasi berupa kristal ammonium sulfat dengan
konsentrasi 60-70%.
2. Tahap Sentrifugasi Hasil dari tahap kristalisasi
akan dialirkan menuju settling tank. Settling tank
didesain untuk mengurangi kandungan cairan pada
centrifuge dimana larutan dengan kadar ammonium
sulfat rendah akan overflow ke mother liquor tank
untuk dipekatkan kembali, sedangkan kristal ZA akan
mengendap di bawah tangki dan masuk kedalam
centrifuge. Centrifuge berfungsi untuk memisahkan
antara kristal ZA dengan mother liquor. Kristal ZA
yang dihasilkan berkisar antara 9-12 ton/hr per
centrifuge dengan sistem 2 centrifuge.
3. Tahap Pengeringan Alat utama pada tahap ini
adalah rotary dryer yang berfungsi untuk
mengeringkan kristal ZA yang diperoleh dari proses
sentrifugasi dengan cara mengurangi kadar air pada
Kristal ZA. Pada rotary dryer dilakukan pemanasan
secara kontinyu menggunakan udara kering. Untuk
kristal ZA dengan flowrate 70000 scf/ton dapat
dikeringkan dengan udara kering sebesar 20000
scf/ton. Kristal ZA dengan kadar air sebesar 2- 5%
akan turun menjadi 0,1-0,5% saat keluar rotary dryer
dan siap dimasukkan pada tahap screening.
4. Tahap Scrubbing Gas panas dari dryer akan
melewati scrubber untuk menyerap kandungan
partikel ammonium sulfat yang masih terkandung
dalam gas buang. Proses ini sendiri memiliki 2
fungsi, yaitu sebagai pengontrol polusi gas buang ke
lingkungan dan juga digunakan sebagai product
recovery. Sebagai product recovery, gas buang akan
diserap menggunakan mother liquor dari settling tank.
Scrubber liquor yang diperoleh akan dimanfaatkan
kembali sebagai penyerap pada scrubber.
5. Tahap Screening dan Bagging Kristal ZA
yang dihasilkan akan dilewatkan conveyor
untuk dimasukkan ke proses screening.
Proses screening berungsi untuk
memisahkan kristal ZA berdasarkan ukuran
yang diinginkan. Kristal ZA yang telah lolos
screening akan dikirim ke tahap bagging
untuk dilakukan proses pengepakan.
Proses Industri dan Proses yang Terjadi
Diagram Alir Proses Pembuatan Pupuk ZA
Diagram Ishikawa Proses Produksi Pupuk ZA
Reaksi hidrasi kalsim aluminat dengan gypsum akan
menghasilkan kalsium sulfat aluminat hidrat 3CaO.Al2O3 +
CaSO4 → 3CaO.Al2O3 .CaSO4 + H2O
- Apabila dipanaskan akan melepaskan senyawa H2O
CaSO4 .2H2O + panas → CaSO4 .2H2O + 11/2H2O
Karbondioksida bereaksi dengan ammonia akan membentuk
ammonium karbamat pada tahap pertama pembuatan urea CO2
+ 2NH3 → NH2COONH4
Pada tahap karbonisasi terjadi reaksi sebagai berikut:
NH3 + H2O NH4OH 2 NH4OH + CO2 (NH4)2CO3 + H2O
Produksi Pertahun

Jumlah produksi Pupuk ZA sebesar 1.030.000


ton/tahun. Sementara untuk jumlah permintaan
pupuk ZA bersubsidi sebesar 280.000 ton/tahun.
Pemasaran
Hingga Agustus 2019 ekspor PT.
Petrokimia Gersik untuk pupuk ZA
telah mencapai 202.000 ton, telah
diekspor ke sejumlah negara, seperti
India, Sri Lanka, Tiongkok, Filipina,
dan sejumlah negara lainnya di Asia dan
Afrika. Terbaru, PT. PG kembali
mengekspor pupuk ZA ke India
sebanyak 45.000 ton. Untuk Distribusi
melalui pupuk bersubsidi maupun non
subsidi
Pengolahan Limbah
Salah satu metode yang tepat untuk pengolahan limbah pupuk ZA
yaitu menggunakan metode teknologi penggabungan activated
microalgae dan nitrifikasi-denitrifikasi. proses nitrifikasi-denitrifikasi
heterotrofik dengan menggunakan bantuan lumpur aktif nitrifying.
Sayangnya proses ini memiliki kelemahan. Kadar COD limbah pupuk
ZA yang rendah, menyebabkan perlu-nya penambahan asupan sumber
karbon. Maka, alternatif pengolahan yaitu proses yang
menggabungkan microalgae dengan lumpur aktif nitrifying.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai