Anda di halaman 1dari 19

Sejarah Irigasi

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan


manusia, baik untuk kebutuhan langsung seperti bahan
baku air minum, air industri, sanitasi maupun
keperluan tidak langsung seperti irigasi, peternakan,
pembangkit listrik tenaga air maupun kebutuhan
lainnya.
Sumber daya air merupakan sumber kehidupan dan
penghidupan yang sangat penting, oleh karena itu
potensi air yang melimpah di Indonesia harus
diberdayakan semaksimal mungkin, baik untuk bidang
pertanian maupun tenaga listrik.
Perancangan pemanfaatan air sungai memerlukan
adanya konsep untuk mencapai efisiensi yang tinggi
dalam memenuhi kebutuhan di masa mendatang
• Di sektor pertanian,
pembangunan sarana dan
prasarana pengairan,
termasuk bendungan/dam,
dan saluran irigasi, hampir
tidak pernah berhenti
sepanjang waktu. Meliputi
waktu, bendungan/dam dan
saluran irigasi. 
• Demikian juga dengan
proyek penyediaan air baku,
instalasi pengolahan air
bersih dan penanggulangan
banjir
Sejarah Irigasi dan Bendung
Di Indonesia sawah sudah ada sejak sebelum jaman
Hindu. Pada jaman Hindu telah dilakukan usaha-usaha
pembangunan prasarana irigasi secara sederhana. Hal ini
dapat dibuktikan dengan peninggalan sejarahnya yaitu
usaha pembagian irigasi yang dapat disaksikan di
berbagai tempat. Misalnya irigasi subak di Bali, irigasi-
irigasi kecil di Jawa dan sistem pendistribusian air dengan
istilah minta air sebatu di Minangkabau.

Pembangunan irigasi pada waktu itu menyesuaikan diri


dengan keadaan dan kebutuhan. Prasarana irigasi
dibangun dengan cara sederhana, yaitu dengan
menumpukkan batu atau cerucuk-cerucuk yang diisi batu
sebagai bahan bendung. Seiring dengan perkembangan
jaman, irigasi Indonesia berkembang terus hingga
memasuki periode jaman penjajahan Belanda.
Bangunan air dibangun mulai dari yang sederhana
sampai dengan yang cukup besar, diantaranya:
Bendung Glapan di Kali Tuntang, Jawa Tengah Tahun 1852
Bendung Sedadi, bendung Nambo (1910), bendung-
bendung Kali Wadas, Sungapan, Cisadap dan lain-lain di
Jawa Tengah
Bendung di Jawa Timur seperti Bendung Pekalen (1856),
bendung Umbul (1909), bendung Sampean (1883),
bendung Jati dan sebagainya.
Bendung di Jawa Barat seperti bendung Cisuru, di sungai
Cisokan Cianjur (1886), Cipager di Cirebon (1909),
Jamblang, 1912, Rentang, 1910, Cigasong dan Pamarayan,
1911, Cipeles, 1920, Walahar dan Pasar Baru, 1925 dan
sebagainya.
Di Sumatera Barat yaitu Bendung Kuranji, 1920
Di lampung bendung Argoguruh, 1930
Di Sulawesi Selatan bendung Sadang
Pembangunan prasarana irigasi di Jawa sekitar tahun
1852 di latar belakangi oleh berbagai sebab, diantaranya
untuk perluasan tanaman tebu dan untuk usaha
penyedian pangan dalam rangka mengatasi bahaya
keresahan akibat kelaparan di daerah Demak sekitar
tahun 1849.
Sampai dengan tahun 1885 pembangunan irigasi hanya
seluas 210.000 hektar. Luas sawah ini meningkat sampai
dengan periode 1940 yaitu menjadi 1.280.000 hektar.
Pada jaman Jepang sampai dengan periode 1968
perkembangan irigasi di Indonesia kurang berarti.
Semenjak dicanangkan PELITA pertama hingga kini
perkembangan luas lahan irigasi bertambah dengan
pesat. Begitu pula pembangunan bendung sebagai
prasarana irigasi, telah ribuan jumlahnya baik yang
dibangun baru, maupun hasil rehabilitasi total maupun
rehabilitasi sebagian.
Bangunan Air
Bangunan air adalah bangunan yang digunakan untuk
memanfaatkan dan mengendalikan air di sungai maupun
danau.
Bentuk dan ukuran bangunan tergantung kebutuhan,
kapasitas maksimum sungai, dana pembangunan dan sifat
hidrolik sungai.
Kebanyakan konstruksi bangunan air bersifat lebih masif
dan tidak memerlukan segi keindahan dibanding dengan
bangunan-bangunan gedung atau jembatan, dan
perencanaan bangunannya secara detail tidak terlalu
halus.
Permukaan bangunan air atau bagian depannya sebaiknya
berbentuk lengkung untuk menghindari kontraksi sehingga
mempunyai efisiensi yang tinggi dan mengurangi gerusan
lokal (local scoure) di sekililing bangunan atau di hilir
bangunan.
Bangunan air untuk irigasi
Bangunan ini merupakan bangunan utama yang
dibangun di sungai untuk memenui kebutuhan air irigasi.
Jenis bangunan yag dipilih harus disesuaikan dengan
jumlah air yang ada disungai tersebut, sifat hidrolik
sungai, daerah yang akan diairi, jenis tanaman yang akan
dikembangkan dan sebagainya.
Air yang diambil dari sungai harus dapat mengalir secara
gravitasi dan harus bisa mengurangi kandungan sedimen
yang berlebihan serta memunginkan untuk mengukur air
yang masuk irigasi.
Mengingat tempat kedudukan lahan yang akan dialiri
dan kondisi sungai yang ada maka dapat dibuat beberapa
jenis bangunan utama, yaitu:
1. Bangunan Pengambil Bebas
Bangunan ini dibuat untuk memungkinkan
dibelokkannya air sungai ke jaringan irigasi tanpa
merubah kondisi sungai, jika muka air sungai cukup
tinggi untuk mencapai lahan yang akan diairi.
Bangunan tersebut berupa saluran pengambilan yang
dilengkapi dengan pintu air untuk mengatur debit air
yang masuk untuk memenuhi kebutuhan irigasi.
Bangunan tersebut harus dapat mengambil air dengan
jumlah yang cukup pada masa pemberian air irigasi
tanpa memerlukan peninggian muka air sungai.
Bangunan seperti ini jarang diaplikasikan
Sulitnya sistem ini seringkali kali memerlukan saluran
yang sangat panjang untuk mencapai sawah yang dapat
diairi.
• Panjang saluran disebabkan beda tinggi tekan
yang harus disediakan agar air sampai ke
sawah secara gravitasi.
• Saluran yang terlalu panjang menyebabkan
banyaknya kehilangan air, akibat rembesan
dan penguapan.
• Hal ini memprihatinkan banyaknya pencurian
air disaluran yang sulit dicegah.
2. Bangunan Bendung
• Bangunan ini dibangun melintang sungai yang
berfungsi untuk menaikkan muka air sungai,
menaikkan tinggi tekan dan atau membendung
aliran sungai sehingga aliran sungai mudah disap
dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang
membutuhkannya dengan jarak saluran yang
relatif pendek.
• Tipe bendung dapat dibedakan menjadi:
1. Bendung pelimpah atau bisa juga disebut bendung
tetap.
2. Bendung gerak yang berupa pintu air.
3. Bendung gerak yang berupa bendung karet.
2.1 Bendung Tetap
Bendung tetap adalah ambang yang dibangun melintang
sungai untuk pembendungan sungai yang terdiri ari
ambang tetap, dimana muka air banjir di bagian udiknya
tidak dapat diatur elevasinya.
Bendung ini juga merupakan penghalang saat terjadi
banjir sehingga air sungai menjadi tinggi dan tanpa
kontrol yang baik akan dapat menyebabkan genangan air
di hulu bendung tersebut.
Untuk sungai yang tidak mampu menampung tinggi
luapan yang terjadi tidak sesuai dengan bangunan ini.
Bahannya dapt terbuat dari pasangan batu, beton atau
pasangan batu dan beton.
Dibangun umumnya di sungai ruas hulu dan ruas tengah.
Bendung Colo
 Lokasi Sungai Bengawan Solo,
Desa Pengkol, Kecamatan Nguter,
Kabupaten Sukohardjo,
Propinsi Jawa Tengah
 Tipe : Bendung tetap konstruksi
beton
 Panjang bendung keseluruhan :
111,75 m
 Tinggi maksimum : 8,68 m
 Elevasi mercu : + 108,00 m
 Tujuan
Mengatur muka air sungai Bengawan Solo agar dapat dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi 
Melalui Saluran Induk Colo Timur dan Saluran Induk Colo Barat mampu
mengairi lahan persawahan seluas 23.200 ha 
Daerah genangan Bendung Colo berfungsi sebagai reservoir dengan isi
1,20 juta m3
2.2 Bendung Gerak, yang berupa pintu air
Bendung ini dapat dihilangkan selama terjadi aliran besar
yaitu dengan cara membuka pintu air, sehingga masalah
yang ditimbulkan selama banjir kecil saja, karena
kenaikan muka air akibat banjir rendah.
Bendung gerak dilengkapi dengan alat pembuka pintu
mekanik untuk mengatur muka air di depan pengambilan
agar air yang masuk sesuai dengan kebutuhan irigasi.
Bndung gerak memerlukan eksploitasi secara terus
menerus karena pintunya harus tetap terjaga dan
dioperasikan dengan baik dalam keadaan apapun.
Pada saat banjir, pintu harus segera dibuka agar tidak
menimbulkan kenaikan muka air dihilir bendung secara
berlebihan yang akan menyebabkan genangan di ulu
bendung.
• Bendung Gerak Mrican
• Tipe :Concrete + pintu baja
• Jumlah pintu : 9 buah @13,20 m
• Elevasi puncak : El. 55,60
• Tebal pilar : 1,80 m
• Tipe pintu : motor penggerak
• Debit banjir rencana : 950 m3/dt

• Tujuan
– Penyediaan air Irigasi daerah Warujayeng-Turi Tunggorono seluas
23.160 ha
– Pengontrol sedimen masuk ke saluran irigasi
– Pengendali banjir
– Pencegah degradasi berlebihan di sungai
Bendung Lodoyo
Bendung 
Tipe : Bendung gerak
Elevasi puncak mercu :
El. 125,00 m
Lebar mercu : 8 @ 12,00 m
Pintu air : 8 @ 12,00 m x 11,30 m
Tujuan
Pembangkit tenaga listrik PLTA unit II Wlingi Raya
dengan daya terpasang 1 x 27 MW
PLTA Lodoyo dengan daya terpasang 1 x 4,7 MW
Pengatur debit air (afterbay) PLTA Wlingi Raya
Pengendalian banjir
Perikanan darat dan pariwisata
Bendung  Lengkong Baru
Bendung Utama
Panjang bendung
(termasuk beton blok) : 151,00 m
Tinggi mercu ambang : 13,00 m
Tinggi puncak pilar : 20,00 m
Volume beton : 18.000 m³
Pintu Air
Tipe : Pintu sorong
Jumlah pintu : 8 buah ( 1 dengan flap gate)
Ukuran tinggi : 5,00 m
Ukuran lebar : 11,1 m
Tujuan
Penyediaan air irigasi Delta Brantas seluas 40.156 ha
Pengaturan tinggi muka air untuk suplesi industri dan air minum kota
Surabaya dan penggelontoran
Pengendalian banjir di Delta Brantas dan membebaskan genangan daerah
pertanian seluas 7000 ha
2.3 Bendung Gerak, yang berupa bendung karet
• Bendung ini dapat mengembang dan mengempis secara
otomatis, apabila air telah mencapai ketinggian yang telah
ditentukan
• Ada banyak kelebihan bendung karet dibanding pintu air, antara
lain bentangnya jauh lebih lebar dan operasinya dilakukan
secara otomatis, tanpa menjaga dan mengoperasikan pintu
secara terus menerus, baik pada aliran tinggi maupun aliran
rendah.
• Namun dengan kondisi sungai yang banyak mengandung
sedimen kasar atau sampa padat, bendung karet tidak
dianjurkan karena akan cepat robek.
• Isi bendung karet bisa udara bisa juga diisi air, namun pengisian
udara lebih mudah karena tidak diperlukan tampungan air untuk
mengisi bendung karet
Bendung Karet Menturus
Tipe operasi :  Isian udara
Jumlah pintu :  6 buah
Tinggi  :  2,10 m
Total lebar dasar : 150 m
Spesifikasi pintu karet
Material  : 
ethyline propyline diene
Tebal :   12 mm
Pondasi
Tipe :  Reinf. Concrete
Panjang :   9,00 m
Lebar :  150 m
Perkuatan pondasi :   PC pile 0,400 mm - panjang = 15 m 
Turap :  Steel sheet pile - panjang = 10 m
Tujuan
Menaikkan muka air kali Brantas bagian tengah di musim kemarau, untuk
mensuplai air irigasi daerah persawahan 4.549ha bersama-sama dengan
Bendungan Jatimlerek
Menaikkan intensitas tanam

Anda mungkin juga menyukai