Anda di halaman 1dari 61

P3K RUANG TERBATAS

ROSE ARMEYLITA N.S


(221013241056) Page
0
PRODI K3/5C
Latar Belakang
Bekerja di dalam ruang terbatas (confined
spaces) mempunyai resiko terhadap keselamatan
dan kesehatan pekerja di dalamnya. Untuk itu
diperlukan aturan dalam rangka memberikan
jaminan perlindungan terhadap pekerja dan aset
lainnya, baik melalui peraturan perundang-
undangan, program memasuki ruang terbatas dan
persyaratan perlatan dan prosedur untuk bekerja di
dalam ruang terbatas.
Ruang terbatas (confined spaces) secara alamiah
maupun disebabkan oleh pekerjaan yang
dilakukan di dalamnya dapat menimbulkan bahan-
bahan berbahaya yang terlepas dalam bentuk gas,
uap, asap, dan debu beracun atau mudah terbakar
serta bahaya lainnya. Bahan berbahaya tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya oksigen defisiensi
atau sebaliknya kadar oksigen yang berlebihan yang
memicu terjadinya kebakaran dan peledakan.
Disamping itu masih terdapat potensi bahaya lain
berupa suhu yang ekstrem, terjebak atau terbenam
(engulfment) oleh padatan atau cairan juga karena
struktur atau konfigurasi ruangan yang bersekat dan
bertingkat, maupun resiko fisik lainnya yang
tujuan

a. Memberikan pemahaman kepada


petugas/pekerja dalam melakukan
pekerjaan di ruang terbatas sesuai
dengan peraturan perundangan,
pedoman dan standar terkait
keselamatan dan kesehatan kerja
bekerja di ruang terbatas (confined
spaces);
b. Mengetahui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang disebabkan pekerjaan di
ruang terbatas.
c. Melaksanakan prosedur kerja aman
di ruang terbatas;
regulasi
a.Undang Undang No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No.
120 mengenai Hygiene dalam
Perniagaan dan Kantor-Kantor;
b.Undang-Undang No. 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja;
c.Undang-Undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan
d.Peraturan Khusus L tanggal 6 Agustus
1936 tentang Keselamatan Kerja di
Tangki Apung
e.Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Kep.187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya
Di Tempat Kerja;
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.
SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja;
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. SE.117/Men/PPK-
PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan
Tempat-Tempat Publik Lainnya;
h. Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep.
113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman dan
Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas.
i. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No.
SE.01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi
dan Petugas Lingkungan Kerja dan Bahan
Berbahaya;
j. SNI -0229 – 1987 E tentang Keselamatan Kerja
di dalam Ruang Tertutup
k. OSHA Confined Space Standard 29
CFR.1910.146
l. Australian Standard 2865 – 1995 Safe Working
in a confined space
pengertian
Ruang terbatas (confined spaces), adalah ruangan
yang:
• cukup luas dan memiliki konfigurasi
sedemikian rupa sehingga pekerja dapat masuk
dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
• mempunyai akses keluar masuk yang terbatas.
Seperti pada tank, kapal, silo, tempat
penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang
mungkin mempunyai akses yang terbatas, dan
• tidak dirancang untuk tempat kerja secara
berkelanjutan atau terus-menerus di dalamnya.
Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah
ruang terbatas yang mempunyai satu atau
lebih ciri-ciri berikut ini, antara lain:
• mengandung gas atmosfer berbahaya;
• mengandung bahan berupa
cairan maupun padatan
• memerangkap pekerja di
dalamnya;
• mempunyai bentuk atau struktur ruangan
sedemikian rupa yang menyebabkan
pekerja terperangkap;
• mengandung bahaya lainnya yang
mengakibatkan cidera serius dan kematian
Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang
terdapat dalam ruang terbatas yang dapat
menyebabkan kematian atau
ketidakmampuan pekerja untuk
menyelamatkan diri, antara lain;
• oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan
melebihi 23,5% volume udara;
• bahan mudah terbakar atau mudah
meledak, apabila melebihi konsentrasi
Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM)
dan kurang dari Batas Atas Dapat
Meledak (BADM) nya;
• bahan beracun, apabila melebihi
konsentrasi Nilai Ambang Batas (NAB)
nya
d. Pengujian gas atmosfer berbahaya, berarti proses
identifikasi dan evaluasi kandungan gas atmosfer
berbahaya dengan menggunakan alat uji yang terkalibrasi
dan metode uji yang sesuai;
e. Ijin masuk, adalah dokumen tertulis yang diberikan oleh
pengurus untuk memperbolehkan dan mengawasi kegiatan
dalam ruang terbatas;
f. Udara kurang oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi
oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara yang dapat
menyebabkan sesak napas dan kematian;
g. Udara kaya oksigen, adalah kondisi dimana konsentrasi
oksigen berada di atas 23,5% volume udara yang dapat
memicu terjadinya kebakaran dan peledakan;
h. Bahan beracun, adalah bahan yang dapat menyebabkan
gangguan pada kesehatan tenaga kerja apabila melebihi
nilai ambang batas yang diperkenankan
i. Isolasi energi, adalah
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
K3, PEDOMAN DAN
STANDAR K3
Bidang Ruang Terbatas
II.1. UU No. 1 tahun 1970
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan
tidak ada yang menghendaki terjadinya kecelakaan. Hal
tersebut merupakan naluri yang wajar dan bersifat universal
bagi setiap makhluk hidup di dunia. Namun karena adanya
perbedaan status sosial antara tenaga kerja kerja dengan
pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan
hubungan kerja, terutama pada saat melakukan kontrak
perikatan dan hal-hal lain selama berlangsungnya hubungan
kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah untuk
memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal
atau persyaratan minimal tersebut dituangkan dalam
Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970.
DASAR-DASAR K3
RUANG TERBATAS
1. Identifikasi Ruang Terbatas
Berbeda dengan masalah yang timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang
terbuka dengan akses dan desain ruang yang baik, maka masalah yang timbul
untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang terbatas sangatlah serius. Oleh
karenanya, untuk bekerja aman harus didasarkan pada suatu prinsip penilaian
untuk mengutamakan bekerja di ruang terbuka dibandingkan dengan di ruang
terbatas. Namun demikian, apabila pekerjaan di ruang terbatas tidak dapat
dihindarkan, maka perlu diprioritaskan untuk melakukan pekerjaan tersebut dari
luar ruang terbatas. Tetapi apabila ternyata kita harus masuk untuk bekerja di
dalam ruang terbatas, maka persyaratan tertentu harus dilaksanakan secara ketat
mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian
pekerjaan.

Beberapa pertimbangan mengapa bekerja di ruang terbatas jauh lebih


berbahaya di bandingkan di ruang terbuka, karena:
a. adanya potensi tidak tercukupi dan berkurangnya oksigen di udara sekitar
ruang terbatas;
b. adanya pekerjaan yang dilakukan turut mengkonsumsi oksigen dalam udara
yang digunakan untuk bernapas;
c. adanya gas beracun atau gas mudah terbakar karena kurangnya ventilasi;
d. adanya sifat gas beracun yang timbul karena memiliki berat jenis lebih tinggi
dibandingkan udara dan cenderung untuk berada di bagian bawah atau di
sekitar
pintu masuk dan keluar;
e. adanya struktur dan konstruksi ruangan membuat mobilitas gerak menjadi
lebih sulit, kondisi yang tidak rutin/biasa, suhu yang ekstrim, kurangnya
penerangan, kebisingan yang tinggi, lantai permukaan yang licin dan
berundak, residu bahan kimia yang mengendap, kesulitan dalam
menempatkan peralatan kerja atau perkakas, penggunaan alat pelindung diri
yang besar dan berat serta faktor psikologi
seperti ketakutan berada di ruang gelap dan sempit;
f. adanya sumber energi listrik, mesin mekanis atau aktifitas pekerjaan yang
mungkin berjalan secara tiba-tiba.
Untuk itu sangatlah penting untuk memahami pengertian ruang terbatas
sebagai langkah awal persiapan pekerjaan. Ruang terbatas (confined spaces) dapat
didefinisikan sebagai ruangan yang :
a. cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat
masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
b. mempunyai akses keluar masuk, pergerakan dan aliran udara yang terbatas, dan
c. tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di
dalamnya.

Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah harus
tertutup bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti lubang galian
ataupun kolam limbah, sehingga untuk memastikannya perlu dilakukan penilaian
untuk mencocokkan dengan 3 (tiga) definisi ruang terbatas diatas.
Namun untuk memudahkan ada beberapa contoh ruang terbatas yang umum
terdapat di tempat kerja antara lain:
d. tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan
jenis
tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang;
b. sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun buatan
yang melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang yang tidak
mendapat aliran
udara yang cukup;
c. jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur lainnya yang
serupa;
d. ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang seperti
tangki kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;

Selain beberapa contoh di atas, sangat memungkinkan untuk dilakukan


penetapan ruang terbatas karena adanya pengetahuan dan pengalaman kasus
kecelakaan sebelumnya ataupun dari tempat kerja lainnya yang dapat dilakukan
oleh pimpinan perusahaan atas pertimbangan dari Ahli K3 maupun Pengawas
Ketenagakerjaan.
2. Klasifikasi Ruang Terbatas
Ruang terbatas diklasifikasikan dalam 2 (dua) kelompok:
1. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk;
2. Ruang terbatas tidak wajib dengan ijin masuk.

Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang
memiliki potensi bahaya seperti terdapat (1) potensi gas atmosfer
berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan debu
beracun ataupun mudah terbakar/meledak; (2) adanya potensi
substansi cairan ataupun padatan yang memungkinkan petugas yang
bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard);
(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau
bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu
masuk atau keluar (configuration hazard); dan (4) adanya potensi
pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik,
pneumatic dan lainnya (energy hazard).
Sedangkan yang dimaksud dengan ruang terbatas tidak wajib dengan
ijin masuk adalah apabila keempat potensi bahaya yang disebutkan di
atas tidak terdapat di ruang terbatas tersebut.
Diagram Alir Klasifikasi Ruang
Terbatas

Berdasarkan diagram alir tersebut, maka untuk menentukan


apakah suatu ruang terbatas termasuk wajib dengan ijin
masuk adalah dengan melakukan 2 (dua) tahap penilaian
terhadap setiap tempat kerja. Apabila suatu tempat kerja
memiliki 3 (tiga) kriteria ruang terbatas, maka tempat kerja
tersebut dikategorikan sebagai ruang terbatas. Penilaian
selanjutnya adalah apabila terdapat 1 (satu) saja dari 4 (empat)
kriteria potensi bahaya di ruang terbatas, maka ruang terbatas
tersebut merupakan wajib dengan ijin masuk.
Klasifikasi ruang terbatas ini juga dimaksudkan sebagai acuan
dalam menyusun program pengendalian bahaya di ruang
terbatas yang akan dibahas kemudian.
3. Potensi bahaya di ruang terbatas

Pada pembahasan sebelumnya, potensi bahaya di ruang


terbatas secara umum terbagi dalam beberapa kelompok yaitu:
(1)potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard)
antara lain uap, gas dan debu beracun ataupun mudah
terbakar/meledak;

(a) Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar


dengan konsentrasi melebihi 10% dari BBDM nya.
(b) Debu yang mudah terbakar/meledak dengan
konsentrasi setara atau melebihi BBDM;

5% BBDM 15% BADM


10% BBDM

Seperti terlihat pada gambar di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan Batas
Bawah Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase terendah konsentrasi pencampuan uap bahan
dengan udara yang dapat terbakar atau meledak, sedangkan Batas Atas Dapat Meledak (BBDM)
adalah prosentase tertinggi konsentrasi pencampuran uap bahan dan udara yang dapat terbakar

atau meledak. Sebagai contoh adalah untuk Methana (CH4) memiliki BBDM = 5% dan BADM = 15%, artinya

4
bahwa Methana (CH ) dapat terbakar atau meledak pada konsentrasi antara

4
5%-15%, dengan demikian di bawah dan diatas konsentrasi tersebut Methana (CH ) tidak dapat terbakar

atau meledak. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah semakin luas rentang mudah terbakar suatu
bahan maka semakin berbahaya karena hampir dapat dipastikan bahwa bahan tersebut dapat
terbakar di setiap kondisi bahkan dengan hanya sedikit udara saja.
(c) Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi
23,5 % volume udara

Sebagaimana gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa


udara bersih yang kita gunakan untuk bernapas dan beraktifitas
mengandung hanya sekitar 20,9% oksigen, dan kandungan
tertinggi justru adalah gas Nitrogen (gas lemas) sekitar 78,0%.
Dengan demikian, memperhatikan dampak keselamatan dan
kesehatan terhadap manusia dan lingkungan untuk pekerjaan di
ruang terbatas konsentrasi oksigen yang diperkenankan adalah
tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Karena apabila
konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara akan
menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat dan sistem
koordinasi, yang kemudian dapat mengakibatkan koma dan
berujung pada kematian. Kondisi ini umum dikenal sebagai
aspiksia. Aspiksia dalam pekerjaan di ruang terbatas dapat terjadi
antara lain karena adanya pekerjaan yang turut menggunakan
oksigen seperti halnya reaksi pembakaran, proses fermentasi
karena adanya bakteri aerob serta reaksi pembentukan karat.
21
Namun demikian, pada konsentrasi di atas 23,5% volume udara
juga menimbulkan bahaya yang berbeda, dikarenakan udara yang
kaya oksigen dapat dengan mudah memicu terjadinya kebakaran
dan peledakan.

(d) Konsentrasi bahan beracun yang konsentrasinya berada


diatas Nilai Ambang Batas (NAB) yang termuat dalam Surat
Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1997; Nilai Ambang Batas
(NAB) yang banyak dipergunakan sebagai acuan dalam
penilaian gas berbahaya di ruang terbatas adalah NAB Rata-rata
dan NAB Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD)
(e) kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi
kesehatan atau dapat mengakibatkan kematian, seperti
temperatur yang ekstrem.
Sebagai acuan dapat digunakan standar temperatur sebagaimana
di bawah ini:
(2) adanya potensi substansi cair ataupun padat yang
memungkinkan petugas yang bekerja tenggelam atau terbenam
di dalamnya (substancial hazard). Dalam hal ini penting
dilakukan penilaian mengenai kandungan apa saja yang pernah
tersimpan dalam ruang terbatas.
Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah
dipastikan bahwa ruang terbatas telah kosong dari cairan
ataupun padatan substansial. Untuk kemudian dilakukan
kegiatan purging atau pencucian atau pembilasan /inerting, yaitu
dengan mengisi gas atau cairan inert seperti Nitrogen,
karbondioksida atau air untuk membuang kontaminan yang
mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang terbatas. Produk
hasil purging ini sebaiknya tidak langsung dibuang karena akan
dapat membahayakan pihak lain dan juga lingkungan. Dalam
kasus udara yang mengandung bahan mudah terbakar
disarankan untuk mempertimbangkan teknik purging dan
ventilasi apa yang digunakan sehingga tidak menimbulkan
sumber api yang akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.
Dalam melakukan purging, sangat penting diupayakan sesuai
prinsip bekerja di ruang terbatas, yaitu PURGING
DILAKUKAN TANPA MEMASUKI RUANG TERBATAS
dengan menggunakan alat bantu mekanis untuk mencapai
bagian tertentu.
(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau
bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu
masuk atau keluar dan mobilitas pekerjaan (configuration hazard);
dan
Kondisi dan bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan
perancah yang dapat mempersempit ruang gerak, permukaan
yang basah dan licin, dasar yang tidak jelas, area sempit dan
curam yang dapat mengakibatkan tenaga kerja terjebak dan jatuh ke
dalamnya dan hal ini diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan
yang kurang memadai.

(4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan


listrik, mekanik, pneumatic dan lainnya (energy hazard). Termasuk
dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi, kebisingan yang
mungkin timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh
karenanya, sangat penting dalam pekerjaan di ruang terbatas
untuk memastikan setiap peralatan kerja yang dapat berputar dan
bergerak telah dipasang penutup/guardingdengan baik,
memastikan peralatan kerja yang masuk ke ruang terbatas
telahexplotion proofedserta harus dipastikan telah ditanahkan
dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis.

Prinsip isolasi energi atau dikenal dengan Lock Off Tag Out
(LOTO) juga sangat penting untuk diperhatikan antara lain dengan
melakukan:
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang
mengalirkan bahan proses atau bahan jadi dengan pemasangan
sorokan buta (blind flange), sehingga mencegah masuknya cairan
atau gas ke dalam ruang terbatas dimana pekerjaan dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang
berpotensi bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk,
agitator, mixer atau sejenisnya harus dipastikan tidak
tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau
pendingin sebelum masuk ke dalamnya;
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding
ataupun atap ruang terbatas dengan memindahkan semua
bahan dari lokasi potensi kejatuhan atau memasang barikade
atau pengaman sementara.

Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat


menjadi tempat kerja yang sangat berbahaya bagi tenaga kerja
yang memiliki keterbatasan kesehatan baik fisik maupun psikis.
Oleh karenanya penting dipastikan bahwa setiap tenaga kerja
atau petugas utama tidak memiliki riwayat penyakit sebagai
berikut:
a. Sakit sawan atau epilepsi
b. Penyakit jantung atau gangguan jantung
c. Asma, bronchitis atau sesak napas
d. Gangguan pendengaran
e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi
f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
g. Gangguan atau sakit tulang belakang
h. Kecacatan penglihatan permanen
i. Penyakit lainnya

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang


terbatas adalah kemungkinan adanya gangguan dari
mikroorganisme, hewan pengerat, serangga maupun binatang
buas lainnya yang merupakan satwa alamiah di sekitar ruang
terbatas.
4. Pengendalian risiko di ruang terbatas

Setelah memahami potensi bahaya di ruang terbatas,


menjadi sangat penting bagi kita untuk menyusun
program pengendalian risiko di ruang terbatas. Program
pengendalian ditujukan untuk menilai apakah risiko suatu
pekerjaan di ruang terbatas telah ditekan ke kondisi
minimal atau dengan dengan istilah lain risiko dapat
diterima.
Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki
pengendalian sebagai berikut:
1. Reklasifikasi, yaitu dengan melakukan perubahan
klasifikasi dari sebelumnya sebagai Ruang Terbatas
Wajib dengan Ijin Masuk menjadi Ruang Terbatas Tidak
Wajib dengan Ijin Masuk. Hal ini hanya dapat dilakukan
dengan cara melakukan eliminasi terhadap setiap
potensi bahaya utama di ruang terbatas. Reklasifikasi
adalah hirarki tertinggi dalam pengendalian risiko ruang
terbatas, karena dengan reklasifikasi dengan sendirinya
kita telah memastikan bahwa ruang terbatas telah aman
untuk dimasuki. Namun menjadi penting dalam hal ini
adalah untuk memastikan bahwa REKLASIFIKASI HANYA
DAPAT DILAKUKAN ATAS DASAR SUATU PENILAIAN /
ASSESSMENTyang sesuai untuk kemudian selalu
dilakukan penilaian ulang secara
berkala jika diketahui terjadi perubahan pada ruang terbatas
tersebut yang memungkinkan munculnya sumber bahaya baru.
Sehingga ada kemungkinan suatu ruang terbatas yang
sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai Ruang Terbatas Tidak
Wajib dengan Ijin Masuk kemudian berdasarkan penilaian
berkala baik yang dilakukan oleh Ahli K3 ataupun Pengawas
Ketenagakerjaan direklasifikasikan kembali menjadi Ruang
Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk melalui penetapan pimpinan
perusahaan.
2. Ventilasi, yaitu dengan melakukan pemantauan terhadap
ketersediaan udara bersih
di ruang terbatas. Hal ini dilakukan apabila potensi bahaya tidak
dapat dieliminasi namun harus dapat dikendalikan melalui
pemasangan sistim ventilasi udara bertekanan secara terus
menerus untuk mensuplai kebutuhan udara bersih selama
periode pekerjaan di ruang terbatas berlangsung. Sistim ventilasi
ini tidak boleh dihentikan, meski petugas utama istirahat dan
harus selalu dipantau. Ventilasi dapat berasal dari tenaga alam
ataupun tenaga mesin, tetapi BUKAN OKSIGEN MURNI YANG
DISEMPROTKAN.
3. Sistim ijin masuk, yaitu dengan melaksanakan prosedur ijin
masuk ruang terbatas. Mulai dari tahapan permohonan ijin
sampai dengan penyelesaian pekerjaan dan juga
memungkinkan adanya pembatalan ijin. Yang penting diingat
bahwa SISTIM IJIN MASUK TIDAK DAPAT MEMASTIKAN BAHWA
PEKERJAAN DI RUANG TERBATAS PASTI
AMAN, TETAPI HANYA MEMASTIKAN BAHWA PROSEDUR UNTUK
KERJA AMAN TELAH DILAKUKAN.
5. Personil Ruang Terbatas

Sesuai bahasan sebelumnya, maka untuk melakukan


pekerjaan di ruang terbatas sangat erat hubungannya
dengan kompetensi personil atau petugas yang akan
bekerja. Umumnya pekerjaan di ruang terbatas
dilakukan oleh sekelompok orang, yang terdiri dari:
(1) Petugas Utama, yaitu orang yang akan masuk
melakukan pekerjaan di dalam ruang terbatas, dan
(2) Petugas madya, yaitu orang yang bertugas berjaga
dan memantau setiap akitifitas petugas utama dari
luar ruang terbatas.
(3)Supervisor / Kepala Regu yang bertugas sebagai
pengawas pekerjaan yang dilakukan
oleh petugas utama dan madya. Disamping itu pula
sebelum pekerjaan di ruang terbatas harus dilakukan
pengujian atas kondisi gas atosfer berbahaya oleh
seorang
(4)Teknisi Deteksi Gas yang bersertifikat,
(5)Petugas Penyelamat, yaitu orang yang akan bersiaga di
luar ruang terbatas untuk memberikan pertolongan
dalam keadaan darurat.
Formulir Ijin Memasuki
Ruang Terbatas
Tanggal dan waktu ijin Tanggal dan waktu ijin
dikeluarkan berakhir

Lokasi pekerjaa Super iso

Peralatan kerja yang


Jenis Pekerjaan
dipergunakan

1 2
Nama Petugas Utama
3 4

1 2
Nama Petugas Madya
3 4

1 Pengujian gas atmosfi 7 Apakah petugas /Teknisi Y Tidak

- Wakt - Utam

- Oksige % - Mady

- Gas mudah meledak % BRDM - Deteksi Ga

- Gas beracu PPM Telah lulus pelatihan yang dipersyaratka

Tanda tangan Teknisi


2 8 Peralatan N/A Ya Tidak
Deteksi Gas

Alat pengukur gas


3 Sumber isolasi yang ada N/A Ada Tidak
atmosfir (baca langsung)

Pelind g badan, tali


Keran/Valve pinggang
keselamatan,
kelengkapan
penyelamatan.
Pelindung kepala, mata,
Sorokan
tangan, kaki,
Buta/Blind Flange
pendengaran

Pelindung pernapasan
4 Ventilasi dilengkapi dengan
oksigen dan alat
bantu pernapasan

Mekani Alat komunikasi

Hanya Alami Peralatan listrik


5 Pengujian gas atmosfir setelah isolasi 9 Pengujian berkala gas atmosfir
dan ventilasi
Oksige % 19.5% O 2 % % % 19.5% 23.5%

- Gas mudah % BRDM 10% BRDM % % % < 10%


meledak
- Gas beracu PPM < 10 PPM CO Pp pp pp 35ppm

- Wakt HC Pp pp pp 1ppm*;
5ppm
HCN pp pp pp 4ppm
Tanda tangan
Teknisi Deteksi 10ppm*
2
H S ppm ppm ppm ;
Gas
15ppm
+
SO 2 pp pp Pp 2ppm*;
5ppm

NH 3 pp pp pp 35ppm

6 Prosedur komunikasi 10 Prosedur Penyelamatan darurat

11 Pengesaha

Setelah melakukan pemeriksaan dan pengujian di lokasi pekerjaan kemudian memahami


isi dari ijin ini dan telah adanya instruksi ataupun prosedur penyelamatan darurat
maka diberikan ijin untuk memulai pekerjaan di ruang terbatas.

dipersiapkan oleh
Nama Ttd
(Petugas RT)

disetujui oleh
Nama Ttd
(Manajer Unit/Area)

diawasi oleh
Nama TTd
(Ahli K3)
Formulir ijin masuk di atas tentunya dapat disesuaikan dengan
kondisi ruang terbatas dan potensi bahaya yang mungkin lebih
spesifik lagi di tiap-tiap tempat kerja, namun sekurang-kurangnya
haruslah memuat informasi wajib sebagai berikut:
a. Identitas jenis dan lokasi Ruang terbatas yang akan dimasuki
b. Pekerjaan / Kegiatan yang dilangsungkan di dalamnya
c. Tanggal dan durasi kegiatan yang akan dilakukan
d. Nama Petugas-petugas Utama yang bekerja dalam ruangan
e. Nama Petugas Madya
f. Nama dan tanda tangan ahli K3 /pengawas yang bertugas
g. Nama supervisor / manajer area yang mensahkan kegiatan
h. Potensi Bahaya dari ruang terbatas yang akan dimasuki
i. Langkah-langkah yang diambil untuk mengisolasi ruangan dan
untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya dari ruang
terbatas
j. Kondisi yang masih diperbolehkan untuk melakukan kegiatan
k. Hasil pengujian awal dan berkala gas atmosfer berbahaya
l. Nama dan tanda tangan Teknisi Deteksi Gas dan Waktu
pengujian dilaksanakan
m.Nama dan Nomor Kontak Tim penyelamat dan tim tanggap
darurat yang bertugas
n. Prosedur komunikasi yang digunakan oleh petugas utama dan
petugas madya, petugas penyelamat

Modul Petugas Ruang Terbatas 38


TEKNIK PENYELAMATAN
DAN P3K DI RUANG
TERBATAS
Pemilihan peralatan penyelamatan
sangat bergantung pada kondisi ruang
terbatas itu sendiri. Beberapa akses mungkin
mengijinkan mengalokasi peralatan
pengangkut untuk mengangkat
pekerja. Akses horizontal menjadikan
beberapa penolong harus memasuki ruang
terbatas tersebut dan mengangkat petugas
utama yang cedera keluar. Kesulitan dalam
melakukan hal tersebut tidak dapat dianggap
remeh. Aturan umum mengatakan harus ada
tiga orang tambahan untuk mengeluarkan
satu korban. Tambahan kesulitan juga dapat
terjadi pada saat memindahkan orang yang
tidak sadar yang menggunakan alat
pelindung diri lengkap melalui pintu yang
sangat kecil.
Beberapa alat penyelamatan yang sering
digunakan adalah:
1. Self Contined Breathing Apparatus
(SCBA)
2. tenda atau strecher
3. tripod dan winch
4. life lines dan lanyard serta connector
5. full body harness
6. dan lainnya sesuai kondisi
Dikarenakan tingginya risiko yang akan
diterima oleh penyelamat, maka tidak
sembarang orang dapat menjadi penyelamat.
Bahkan seorang petugas madya hanya dapat
menjadi anggota tim penyelamat yang bertugas
dari luar ruang terbatas (Non Entry Rescuer).
Namun demikian kemampuan untuk
memberikan tindakan pertolongan pertama
adalah suatu yang vital dimiliki oleh seorang
petugas madya, seperti teknik menilai korban,
respons, pengenalan anatomi dan sampai
melakukan tindakan resusitasi jantung paru
(RJP), mobilisasi
Beberapakorban
teknikluka
pertolongan
dan keracunan
dan sebagainya.
pertama yang penting dikuasai
adalah:
A. Penilaian Keadaan :
Menilai keadaan dapat
menggunakan tiga kriteria seperti
dibawah ini :
 Bagaimana kondisi saat itu
 Apakah kemungkinan –
kemungkinan yang akan terjadi
 Bagaimana mengatasinya
PENILAIAN DINI
Definisi : Suatu proses untuk mengenali
dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa korban
Langkah – langkah penilaian dini :

1. Kesan umum
Tentukan kasus trauma atau medis
Leher : Periksa bagian depan dan
belakang, pasang cervical collar
bila perlu
2. Periksa respon
Ada 4 tingkatan yang umum dipakai
untuk menentukan tingkat respon
seseorang yaitu “Alert” (sadar), Verbal,
Pain (nyeri), Unresponsive (tidak ada
respon).

A = Alert, korban sadar sepenuhnya


dan mengenali keberadaannya dan
lingkungannya
V = Verbal, korban bereaksi bila
dipanggil / dapat mengikuti
perintah sederhana
P = Painful = Nyeri, korban hanya
bereaksi pada rangsangan nyeri
U = Unresponsive, korban tidak
bereaksi pada rangsangan apapun,
tidak membuka mata, tidak
bereaksi terhadap suara maupun
terhadap rasa nyeri.
3. Pastikan jalan napas terbuka
dengan baik
4. Nilai pernapasannya
 Pernapasan diperiksa dengan
cara lihat, dengar dan rasakan.
Ada tidaknya napas ditentukan
dalam 5 –10 detik pertama.
5. Nilai sirkulasi dan hentikan
perdarahan berat
 Untuk memeriksa ada tidaknya
nadi pada penderita diperiksa
selama 5 – 10 detik
6. Hubungi bantuan, informasikan
status keadaan terakhir korban

“Penilaian dini harus diselesaikan dan


semua keadaan yang mengancam
nyawa
sudah harus ditanggulangi sebelum
melanjutkan dengan pemeriksaan
fisik”.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik
merupakan pemeriksaan
yang dilakukan untuk
membantu kita dalam
mengidentifikasi keadan –
keadaan yang mengancam
nyawa korban, meliputi
seluruh tubuh penderita.
Bertujuan untuk mengetahui
adanya tanda – tanda sakit
atau cidera pada korban
Pemeriksaan fisik dilakukan
secara sistematis dan
berurutan, dilakukan dari
ujung kepala sampai ujung
kaki namun dapat berubah
Prinsip Pemeriksaan Korban
Pemeriksaan korban merupakan ketrampilan
yang harus dilatih. Tindakan ini melibatkan
panca indera kita berupa :
- Penglihatan / Inspeksi
- Pendengaran / Auskultasi
- Perabaan / Palpasi

Pada cedera beberapa hal yang harus


dicari adalah :
> D : Perubahan bentuk
(Deformity)
> O : Luka terbuka (Open wounds)
> T : Nyeri tekan (Tenderness)
> S : Pembengkakan (Swelling)
Beberapa tanda mungkin sangat
nyata, sedang yang lainnya
mungkin tidak tampak, biasanya
pada cedera organ dalam dan
cenderung serius.

Pada saat melakukan pemeriksaan selalu


perhatikan korban. Perhatian menunjukan
bahwa kita peduli dan biasanya akan
memudahkan kita memperoleh data yang
diperlukan.
PEMERIKSAAN FISIK UJUNG
KEPALA – UJUNG KAKI

1. Kepala
 Kulit kepala dan tulang tengkorak
 Telinga dan hidung
 Anak mata / pupil
 Mulut
 Wajah dan tulang - tulangnya.

2. Leher
 Lakukan dari bagian depan ke belakang
 Periksa trakea
3. Dada
 Periksa tulang rusuk hingga ke bagian
belakang, tapi jangan sampai
mengangkat korban
 Periksa tulang sternum

4. Perut
 Periksa ketegangan dinding perut
 Luka yang ada
 Periksa kuadran perut bagian yang
nyeri terakhir
5. Punggung
 Bagian dada belakang - Tulang
belakang
 Periksa luka tembus, luka tusuk, luka
robek
 Bila ada akumulasi darah di panggul,
pertanda cedera perut

6. Panggul
 Terdiri dari ileum kanan dan kiri,
ischium dan tulang pubic
 Patah tulang panggul akan
mengakibatkan hilangnya darah
sebanyak 2 liter
 Pada daerah kemaluan : Priapismus
pada laki – laki
7. Alat gerak bawah
 Cek PMS

8. Alat gerak atas


 Cek PMS
MEMERIKSA TANDA VITAL
Parameter yang dikelompokan dalam tanda
vital adalah :
1. Denyut nadi
2. Pernapasan
3. Suhu tubuh
4. Takanan darah
5. Pupil

RIWAYAT KORBAN
 S igns and symptoms (Gejala dan tanda)
 A llergies (Alergi)
 M edications (Pengobatan)
 P ertinent Past History (Riwayat penyakit
sekarang)
 L ast oral intake (Makan dan minum
terakhir)
 E vent (Peristiwa)
PEMERIKSAAN BERKELANJUTAN (ON
GOING ASSESSMENT)
Pemeriksaan diteruskan secara berkala. Setiap 5 menit untuk
korban yang tidak stabil, dan setiap 15 menit untuk korban
yang stabil keadaannya.

Periksa kembali :
- kesadaran
- jalan nafas
- nafas, beri nafas buatan bila perlu
- nadi
- lakukan lagi pemeriksaan korban bila perlu
- perawatan yang telah anda berikan
- tenangkan korban

“Jangan tinggalkan korban sendiri


PELAPORAN
Data korban
Semua pemeriksaan dan tindakan yang telah diberikan :
- keluhan utama
- kesadaran
- status ABC
- riwayat korban
- perawatan yang diberikan

Pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas kepada


penolong selanjutnya.
B. Bantuan Hidup Dasar dan
Resusitasi Jantung Paru
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem
diantaranya yang utama adalah :
a. Sistem pernafasan
b. Sistem peredaran darah

Kedua sistem ini merupakan komponen


utama untuk mempertahankan hidup seseorang.
Terganggunya salah satu atau kedua fungsi ini
dapat mengakibatkan ancaman kehilangan
nyawa pada seseorang.
Dalam istilah kedokteran dikenal dua istilah
mati ;

 Mati klinis

Muncul bila korban mengalami henti nafas dan


henti jantung, sel – sel otak mulai rusak dalam
waktu 4 – 6 menit, tetapi korban masih dapat
ditolong dengan RESUSITASI JANTUNG
PARU

Penanganan yang baik masih memberikan


kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi
kembali

 Mati biologis

Mati biologis adalah kematian sel / jaringan


yang sifatnya menetap.

Kita sudah mengetahui bahwa otak merupakan


pusat pengatur kegiatan seluruh tubuh manusia
yang bila rusak tentu akan berakibat pada tubuh
lainnya.
Tanda – tanda pasti kematian :
1. Lebam mayat  Kaku mayat / rigor mortis
2. Pembusukan / dekomposisi
3. Tanda lainnya (cedera mematikan)

Salah satu cara yang paling dikenal


untuk mengatasi mati klinis adalah
dengan Resusitasi Jantung Paru atau
RJP. Tindakan ini telah mengalami
perubahan yang mendasar dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir
sampai cara yang kita kenal kini.
Prinsip dasar RJP dikenal
dengan singkatan A, B dan
C
A.Airway Control atau
penguasaan jalan napas
B.Breathing Support atau
pernapasan buatan /
bantuan napas
C.Circulatory Support atau
bantuan sirkulasi lebih
dikenal dengan pijatan
jantung luar
AIRWAY CONTROL Tindakan ini merupakan
prioritas pada semua penderita. Prosedurnya
sangat bervariasi mulai dari yang sederhana
sampai yang paling rumit dan penanganan
bedah. Tindakan-tindakan lain kecil peluangnya
untuk berhasil bila jalan napas seseorang masih
terganggu

Beberapa cara membuka jalan napas yang


dikenal adalah :

1. Tekan dahi angkat dagu ( Head Tilt Chin


Lift )
2. Manuver rahang bawah ( Jaw
Thrust Manouvre )

Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita


apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat
saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dll)
Pembersihannya dapat dilakukan dengan cara
sapuan jari Tetapi cara ini tidak boleh
dilakukan pada bayi dan anak kecil.
SUMBATAN JALAN NAFAS
Penyebab sumbatan jalan napas :
 Lidah : lidah jatuh ke belakang, umumnya
terjadi pada orang yang tidak sadar
 Epiglotis : muncul bila ada alergi, dan
kejang
 Benda asing : makanan, es, mainan, gigi,
muntahan dan cairan yang menutup bagian
atas saluran nafas
 Luka : disebabkan karena luka tusuk pada
leher, remuk pada wajah, menghirup udara
panas ( kebakaran ), menelan bahan kimia.
 Sakit : infeksi saluran nafas, asma dll.
BREATHING SUPPORT
(PERNAPASAN BUATAN)

Oksigen yang dikandung udara disekitar


kita kurang lebih 21 %. Sedangkan proses
bernapas manusia hanya memanfaatkan sekitar
5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan
masih mengandung sebanyak 16 % oksigen.
Udara ini dapat diberikan kepada korban yang
mengalami henti napas sampai ada sumber
oksigen yang lebih tinggi kandungannya.

Ada beberapa tehnik yang dikenal untuk


memberikan pernapasan buatan diantaranya :
1. Mulut ke masker
2. Mulut ke mulut
3. Mulut ke mulut dan hidung
4. Dengan peralatan dikenal Bag Valve Mask
(BVM)
Frekuensi pernapasan
 Dewasa : 10 – 12 x pernapasan / menit
masing-masing 1,5 – 2 detik
 Anak : 20. x pernapasan / menit masing-
masing 1 – 1,5 detik
 Bayi baru lahir : 40 x pernapasan / menit
masing-masing 1 – 1,5 detik

Bahaya bagi penolong


1. Penyebaran penyakit
2. Kontaminasi bahan kimia
3. Muntahan penderita
Pada beberapa keadaan kita mungkin akan
menemukan sumbatan setelah melakukan
pernapasan buatan yang ditandai dengan
beratnya upaya kita memberikan udara.
Dalam Modul Petugas Ruang Terbatas 93
situasi seperti ini maka kita harus kembali ke
tindakan A seperti telah dijelaskan diatas.
(membuka jalan napas)
Tanda pernapasan yang baik /
normal
 Dada dan perut bergerak naik
dan turun seirama dengan
pernapasan
 Udara terdengar dan terasa
saat keluar dari mulut /
hidung
 Penderita nampak nyaman
 Frekwensinya cukup

Tanda Pernafasan yang tidak


baik / tidak normal
× gerakan dada kurang baik
× ada suara napas tambahan
× Gerakan bantu napas
× Sianosis
× Frekwensi kurang /
berlebihan
× Perubahan status mental /
kesadaran.

Tidak bernapas
? Tidak ada gerakan dada /
perut
? Tidak terdengar aliran udara
dari mulut / hidung
CIRCULATORY
SUPPORT
Tindakan paling penting pada C ini adalah
Pijatan Jantung Luar

Ingat : menghentikan perdarahan besar


merupakan tindakan yang sangat penting dan
harus segera dilakukan bila seorang korban
ditemukan dalam keadaan perdarahan besar.

Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat


sebagian besar dari jantung terletak diantara
tulang dada dan tulang punggung, sehingga
penekanan dari luar dapat menyebabkan
terjadinya efek pompa pada jantung yang dinilai
cukup untuk mengatur peredaran darah minimal
pada keadaan mati klinis.
Posisi Penekanan :

Penekanan dilakukan pada garis tengah


tulang dada kurang lebih 2 jari dari
pertemuan tulang rusuk paling bawah
kiri dan kanan

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila


jantung berhenti berdenyut maka
pernapasan akan berhenti juga, namun
keadaan ini tidak berlaku sebaliknya.
Seseorang mungkin hanya mengalami
kegagalan pernapasan dengan jantung yang
masih berdenyut, walau kalau kelamaan
akan berakhir terjadinya henti jantung juga
karena kekurangan oksigen.
RESUSITASI
JANTUNG PARU
Resusitasi Jantung Paru harus dimulai sesegera
mungkin saat menemukan korban mengalami
Henti nafas dan henti jantung. Tindakan ini
merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B
dan C.

Pelaksanaannya terlihat pada skema dasar


resusitasi.
1. Pastikan korban tidak sadar
2. Panggil bantuan
3. Cek ABC
 Airway / jalan nafas : gunakan cara yang
tepat dalam membuka jalan nafas
 Breathing / nafas : LDR. Jika korban
tidak bernafas, berikan 2 nafas awal.
 Circulation : periksa nadi 5 – 10 detik.
Jika nadi tak teraba, lakukan RJP.
Pada orang dewasa rasio untuk RJP untuk satu
atau dua orang penolong adalah : 30 kompresi
dada : 2 ventilasi

Pada bayi dan anak hanya dikenal satu rasio


yaitu 5 : 1

Tempat kompresi untuk RJP dewasa :


1. Posisikan korban. Harus ditempat yang rata
dan keras, lengan korban disamping badan
korban.
2. Ekspos dada korban. Buka baju korban dan
berikan privasi.
3. Posisikan penolong. berlutut disisi kanan
atau kiri korban, lutut dibuka selebar bahu.
4. Tentukan titik xiphoid process. Cari dari
pertemuan dua tulang iga paling bawah
korban.
5. Tentukan titik kompresi. Letakan 2 jari
diatas pertemuan tulang iga paling bawah dan
letakan salah satu tumit tangan dan tangan yang
lain ditempatkan diatasnya (saling mengunci)
6. Posisikan bahu. Tegak lurus dengan telapak
tangan
7. Lakukan kompresi dada. Lengan lurus dan
dikunci. Ayunan dari pinggang melalui bahu.

Lepaskan tekanan setiap kali selesai


kompresi. Jangan angkat tangan dari titik
kompresi.

Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan


RJP dihentikan atau hanya diarahkan ke sistem yang
belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih
adalah pernapasan spontan.
CATATAN UNTUK
PELAKSANAAN RJP
RJP yang baik bukan berarti penderitanya akan
selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat dipantau
untuk menentukan keberhasilan tindakan
maupun pemulihan sistem pada korban.

Tanda – Tanda keberhasilan RJP :


• Saat melakukan pijatan jantung luar (PJL), suruh
seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut
maka berarti tekanan kita cukup baik.
• Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada
saat memberikan pernapasan buatan.
• Reaksi pupil mungkin kembali normal
• Warna kulit penderita akan berangsur-angsur baik
• Penderita mungkin akan menunjukan refleksi
menelan dan bergerak
• Denyut nadi akan kembali
Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi saat melakukan RJP :
1. Patah tulang dada dan tulang iga
2. Bocornya paru-paru (pneumothorax)
3. Perdarahan paru – paru
(haemothorax)
4. Luka dan memar pada paru - paru
5. Robekan pada hati

Anda mungkin juga menyukai