Anda di halaman 1dari 23

MATERI POKOK

1 Dasar hukum kesehatan anak

2 Kondisi status gizi buruk, angka kematian bayi dan balita

3 Penyebab gizi buruk, kematian bayi dan balita

4 Dampak gizi buruk

5 Peran MTBS dan Tata Laksana Gizi Buruk dalam menurunkan gizi buruk, angka kematian bayi
dan balita

6 Strategi, Standar Operasional Prosedur (SOP), Alur MTBS dan Tata Laksana Gizi Buruk pada
Balita

7 Pelaksanaan kegiatan terintegrasi MTBS dan Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita

Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1


1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009

1
Tentang Kesehatan
3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak.
4) PP No 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
Dasar hukum 5) PP No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI eksklusif
kesehatan anak 6) Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan
Reproduksi.
7) Perpres No 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting
8) Perpres No 18 Tahun 2019 tentang RPJMN 2020-2024
9) Permenkes No 39 Tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan
Produk Bayi lainnya
10) Permenkes No 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan
Anak
11) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional. 2
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
49.6% kematian bayi terjadi pada 28 hari pertama kehidupan

ANGKA KEMATIAN BAYI ANGKA KEMATIAN BALITA


35 45
32
40

2
30 40

24 35 32
25
30
20 25
16 25
15 20

Kondisi status gizi 10 15


10
5

buruk, angka 0
SDKI 2012 SDKI 2017 Target 2024
5
0
SDKI 2012 SDKI 2017 Target SDGs 2030

kematian bayi dan


balita Penyebab Kematian Bayi Penyebab Kematian Balita

Sumber: SRS Indonesia 2018-Balitbangkes 3


 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
2 12.0%

10.0%
10.2%
WASTING
35.0%

30.0%
30.8%
STUNTING

27.7%

Kondisi status gizi


24.4%
8.0% 7.4% 25.0%
7.1% 7.0%
20.0%

buruk, angka 6.0%

4.0%
15.0% 14.0%

kematian bayi dan 2.0%


10.0%

5.0%

balita 0.0%
Riskesdas 2018 SSGBI 2019 SSGI 2021 Target 2024 0.0%
Riskesdas 2018 SSGBI 2019 SSGI 2021 Target 2024

1.032.960
Pekerja formal dirumahkan Diprediksi jumlah
(tanpa gaji atau setengah gaji) Persentase pemenuhan kalori dan protein anak wasting akan
Saat pandemi

berdasarkan pendapatan disbanding AKG

Saat pandemi
375.165 meningkat sebanyak

100.69
106.66

109.61
120.41

119.28
141.11
15% (7juta anak)
80.22
79.22

93.07
95.76
Pekerja formal di PHK
Kalori
316.000 diseluruh dunia pada
a a a t a
Pekerja informal yang tr am e du etig pa lim Protein
setahun pertama
k k em ke
pekerjaannya terdampak pe til til ke til
n til
ui
n
ui
n
n til
u in pandemi COVID-19
(Kemenaker, 2020) ui K K ui k (SUSENAS, 2020)
K K

4
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Masalah Wasting di Indonesia

2
Kondisi status gizi
buruk, angka
kematian bayi dan
balita

Global Nutrition Report (2020)


• Secara global, wasting 6,9% dan
stunting sebesar 21,3%.
• Progress penurunan masalah gizi
masih terlalu lambat
5
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Masalah gizi adalah suatu
kondisi dimana terjadi
kekurangan, kelebihan atau
ketidakseimbangan asupan

3
kalori dan/ atau zat gizi
seseorang.

Kekurangan gizi adalah


Penyebab gizi suatu kondisi yang dapat
terjadi secara akut dan kronis
buruk, kematian disebabkan oleh asupan zat
bayi dan balita gizi yang tidak memadai,
gangguan penyerapan dan/
atau metabolisme zat gizi
akibat penyakit.

kelebihan zat gizi adalah suatu


kondisi yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan asupan energi Kerangka hubungan antara faktor penyebab kekurangan
(energy intake) dengan energi gizi pada ibu dan anak berdasarkan modifikasi kerangka
yang digunakan (energy penyebab masalah gizi Unicef 1990
expenditure) dalam waktu lama.
6
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Berdasarkan klasifikasi WHO, kurang gizi akut

3 dibagi menjadi:

1) Balita gizi kurang adalah balita dengan indeks BB/PB atau


Penyebab gizi BB/TB di antara -3 SD sampai kurang dari -2 SD, atau dengan
buruk, kematian pengukuran LiLA berada di antara 11,5 cm sampai kurang dari
bayi dan balita 12,5 cm (Usia 6-59 bulan).
2) Balita gizi buruk adalah balita dengan indeks BB/PB (atau
BB/TB) kurang dari -3 SD atau dengan pengukuran LiLA < 11,5
cm (usia 6 - 59 bulan) atau edema bilateral yang bersifat pitting
(tidak kembali setelah ditekan).

7
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
balita yaitu:
Standar pelayanan bayi sakit di
Pemanfaatan buku KIA sebagai 2
1 Puskesmas yaitu manajemen terpadu
sarana edukasi orang tua belum

3
balita sakit (MTBS) dilaksanakan dengan
memadai.
tingkat kepatuhan yang rendah 54,6%.
Pengisian Buku KIA Nasihat Kunjungan ulang 25.5
Penilaian status gizi 30.7
Penilaian Masalah/keluhan Lain 34.9
Pemeriksaan balita sakit 21.7 Penilaian Pemberian Vit. A 42.6
Penyebab gizi Pemantauan perkem-
Penilaian Pemberian makan
Penilaian tanda anemia
43.2
46.1
buruk, kematian bangan 45.6 Penilaian Status Imunisasi
Total skor pengisian form MTBS
53.6
54.6

bayi dan balita Pemantauan per-


tumbuhan
57.2
Penilaian Status HIV
Penilaian Demam
57.4
63.0
Penilaian Tanda bahaya umum 64.4
Isian Identitas anak 73.5
Riwayat imunisasi 69.7 Penilaian Batuk/sukar bernapas 75.7
Penilaian Diare 76.7
Penilaian Masalah telinga 76.8
3 Pelayanan Kunjungan Neonatal
44
43.5
4 Pelayanan Intensif di Rumah Sakit
RS Rujukan RS Non Rujukan
43 76.40

Riskesda s 2013
Riskesda s 2018
63.2
42

41
39.50

40
23.60
39.3

39

38
PICU NICU

37
Kunjungan neonatal lengkap
8
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Kendala dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan
balita yaitu:

3 a. Banyak ibu/keluarga yang belum memanfaatkan digital


informasi dan modifikasi layanan kesehatan, khususnya di masa
pandemi COVID-19.
Penyebab gizi b. Pelayanan kesehatan balita terganggu dikarenakan overload
buruk, kematian beban petugas kesehatan di masa pandemi COVID-19 serta
bayi dan balita belum terintegrasinya implementasi pelayanan Kesehatan

c. Masih terbatasnya puskesmas yang melaksanakan inovasi


dalam peningkatan pelayanan kesehatan balita dan anak
prasekolah

9
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Dampak Kekurangan Gizi pada Balita
meningkatkan angka
kesakitan, kematian
dan disabilitas

4
Dampak Gizi Buruk

Gambaran interaksi gizi pada janin/bayi


dipengaruhi oleh status gizi ibu
Sumber: Uauy R, Kain J. Nutrition, child growth and chronic disease prevention. Annals of Medicine 2008; 40: 11-20 10
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Sebagian besar kasus kematian yang terjadi di Indonesia merupakan kasus yang
dapat dicegah ataupun dicegah sebagian

​Peringkat ​Bayi ​Anak-anak ​Remaja

5 1 Neonatal disorder Neonatal disorder Kecelakaan transportasi


75% ibu
membawa
anaknya ke
2 Congenital birth defects Congenital birth defects Kanker fasilitas
Peran MTBS dan pelayanan
kesehatan
Tata Laksana Gizi
Sexually transmitted
3 infections exc. HIV
Diarrheal Tuberkulosis

Buruk dalam 4
Lower respiratory Lower respiratory Cedera yang tidak
overlapping
infections infections disengaja
menurunkan gizi gejala
buruk, angka
Cedera yang tidak
5 Diarrheal
disengaja
Tifus dan paratifoid

kematian bayi dan 6


Cedera yang tidak
Demam berdarah
Sirosis dan penyakit hati diagnosis
disengaja
balita
kronis lainnya
tunggal tidak
Sexually transmitted Self-harm and inter- tepat
7 Tetanus
infections exc. HIV personal violence

​% dari total
96,8% 76,4% 63,9%
kematian

11
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
• MTBS dikembangkan sejak tahun 1997 di Indonesia
• MTBS bukan Program Kesehatan tapi Standard Pelayanan dan
5 Tatalaksana Balita Sakit di FKTP
• MTBS intervensi Efektif dan Cost Efektif
• Dapat menurunkan Angka Kematian bila dilakukan secara Benar dan
Peran MTBS dan luas
Tata Laksana Gizi • MTBS merupakan pendekatan pelayanan balita sakit yang
komprehensif dan terintegrasi terhadap penyebab utama kematian
Buruk dalam yang banyak dijumpai yakni pneumonia, diare, campak dan malaria
menurunkan gizi atau kombinasi penyakit tersebut, serta juga sering dilatarbelakangi
buruk, angka oleh gizi kurang atau gizi buruk
kematian bayi dan Ada korelasi negatif antara
balita persentase puskesmas
melaksanakan MTBS dengan
kematian bayi; dimana semakin
besar persentase puskesmas
melaksanakan MTBS, maka angka
kematian bayi semakin rendah

Sumber: SDKI 2012 & Rifaskes 2011


12
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
TUJUAN MTBS
1. Menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan yang terkait

5
dengan penyebab utama penyakit pada balita melalui peningkatan
kualitas pelayanan di unit rawat jalan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama

Peran MTBS dan 2. Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan


kesehatan balita.
Tata Laksana Gizi
Buruk dalam PENERAPAN MTBS MELIPUTI 3 KOMPONEN:
menurunkan gizi
1. Peningkatan keterampilan petugas kesehatan dalam
buruk, angka tatalaksana kasus.
kematian bayi dan 2. Peningkatan dukungan sistem kesehatan agar penanganan
balita penyakit pada balita lebih efektif.
3. Peningkatan praktik keluarga & masyarakat dalam
perawatan di rumah dan pola pencarian pertolongan.

 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1


Tingkat Kematian dan kesakitan Anak dengan Gizi Buruk lebih tinggi dibanding Gizi Baik

5 • Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Balita Gizi Buruk pada


Balita yang mengintegrasikan pelayanan rawat inap dan rawat
Peran MTBS dan jalan serta pemberdayaan masyarakat (2019).
Tata Laksana Gizi
• Upaya Integrated Management of Acute Malnutrition (IMAM)
Buruk dalam atau Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi (PGBT) telah
menurunkan gizi dianjurkan oleh WHO, UNICEF, WFP dan UNSSCN. Upaya ini
buruk, angka menekankan pentingnya peran serta aktif keluarga/ masyarakat
kematian bayi dan dan lintas sektor terkait dalam penanggulangan gizi buruk pada
balita.
balita
• Update dan Revisi pada pedoman dan buku bagan MTBS tahun
2020 dan 2021

14
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Mengapa Balita Sakit dan Gizi Buruk masih belum semua mendapatkan tatalaksana yang sesuai?

1. Terbatasnya akses layanan kesehatan;


5 2. Belum banyak fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan
balita sakit secara integratif sehingga kasus gizi buruk tidak
Peran MTBS dan terdeteksi;
Tata Laksana Gizi 3. Ketidakmampuan pemberi layanan dalam tata laksana sesuai
Buruk dalam standar;
menurunkan gizi 4. Pelaporan yang tidak lengkap;
buruk, angka 5. Rendahnya kesadaran keluarga untuk membawa balita sakit dan
kematian bayi dan gizi buruk ke tempat pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, perlu
balita dilakukan penanganan secara cepat dan tepat untuk mencegah
kematian dan komplikasi lebih lanjut serta memperbaiki tumbuh
kembang anak di masa mendatang.

15
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
• Bayi Muda usia 0-2 bulan
• Balita usia >2 bulan s/d 59 bulan
KELUHAN SAKIT

5 FKTP/PUSKESMAS peningkatan kapasitas


bagi fasilitator dan Tim
tenaga kesehatan
MTBS
(dokter, bidan/perawat
Peran MTBS dan Obat – Konseling – Kunjungan
Hijau dan ahli gizi)
Tata Laksana Gizi ulang Kuning

Buruk dalam Dirujuk Merah

menurunkan gizi
buruk, angka Hampir seluruh Puskesmas telah menjalankan MTBS, namun belum seluruh
balita terlayani dengan tata laksana MTBS
kematian bayi dan 93.8

balita
68.8 65.6
40.6

HASIL STUDI EVALUASI PELAKSANAAN MTBS TAHUN 2020 16


 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Perlu strategi operasional untuk mengatasi permasalahan
balita sakit dan gizi buruk
Meningkatkan Meningkatkan

6
Pemberdayaan kualitas dan cakupan kualitas dan akses
keluarga dan deteksi dini di pelayanan kesehatan
masyarakat tingkat masyarakat dan gizi MTBS dan
termasuk pelibatan sebagai upaya Pencegahan dan Tata
lintas sektor dan pencegahan kesakitan Laksana Gizi Buruk
Strategi, Standar dunia usaha dan gizi buruk

Operasional
Prosedur (SOP),
Alur MTBS dan Tata
Laksana Gizi Buruk Penguatan sistem
Meningkatkan Meningkatkan
dukungan dan peran
kerjasama dengan
pada Balita kewaspadaan dini lintas program, lintas serta Pemerintah
melalui surveilans sektor, mitra Daerah dalam
kesehatan dan gizi pembangunan dan dukungan kebijakan
masyarakat dan pembiayaan

17
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TERDAPAT 5 KELOMPOK SPO

6 1. SPO Deteksi Dini dan Rujukan Balita Gizi Buruk atau yang Berisiko
Gizi Buruk
Strategi, Standar 2. SPO Penetapan dan Klasifikasi Balita Gizi Buruk di Fasilitas
Operasional Pelayanan Kesehatan
Prosedur (SOP), 3. SPO Tata Laksana Balita Gizi Buruk di Layanan Rawat Jalan
Alur MTBS dan Tata
Laksana Gizi Buruk 4. SPO Tata Laksana Gizi Buruk pada Balita Usia 6-59 Bulan di Layanan
Rawat Inap
pada Balita
5. SPO Tata Laksana Gizi Buruk Pasca Rawat Inap pada Bayi Usia < 6
Bulan Dan Balita Usia ≥ 6 Bulan dengan Berat Badan < 4 Kg di
Layanan Rawat Jalan

18
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Untuk penanganan masalah gizi dibentuk tim asuhan gizi
(Dokter, Bidan/Perawat, Nutrisionis. Farmasi)

7
Pelaksanaan
kegiatan
Mengenali tanda Pendekatan MTBS Tatalaksana Tatalaksana
terintegrasi MTBS bahaya dan gejala Hijau Konseling komplikasi kasus
dan Tata Laksana dini Kuning
Merah - Rujuk
Kunjungan Ulang

Gizi Buruk pada


Balita Deteksi dini Diagnosis dini Intervensi Intervensi lanjut

RUMAH , PAUD,
POSYANDU, PUSKESMAS RUMAH SAKIT
BKB,TK,RA,TPA
19

 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1


Peran dan Tugas Tim Terintegrasi MTBS dan Gizi Buruk
1) Dokter
a) Melakukan konfirmasi pelayanan kesehatan atas rujukan dengan
algoritma MTBS

7 b) Anamnesis, pemeriksaan fisik (diagnosis berdasarkan klinis,


antropometri dan laboratorium).
c) Menentukan tindakan dan perawatan.
d) Menentukan terapi obat dan terapi diit.
Pelaksanaan e) Memberikan konseling penyakit.
f) Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap perkembangan medis
kegiatan dan status gizi pasien.
terintegrasi MTBS g) Bertanggung jawab pada penderita secara keseluruhan.
h) Melakukan supervisi pelaksanaan MTBS dan Gibur
dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada 2) Perawat/ Bidan
Balita a) Melakukan pelayanan kesehatan dengan menggunakan algoritma MTBS
b) Melakukan tindakan dan perawatan (infus, NGT) atas instruksi dokter
c) Membantu distribusi makanan
d) Membantu pemantauan dan evaluasi pemberian makan kepada
penderita
e) Bertanggung jawab pada asuhan keperawatan penderita

 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1 20


Peran dan Tugas Tim Terintegrasi MTBS dan Gizi Buruk
3) Nutrisionis/ Dietisien
a) Berkolaborasi dalam pelayanan kesehatan menggunakan algoritme MTBS
termasuk :

7 • Melakukan pengkajian gizi


• Membuat diagnosis gizi
• Membuat intervensi gizi, contohnya membuat formula WHO dan
menyusun menu makanan serta memberikan edukasi dan konseling
Pelaksanaan gizi
b) Memantau dan mengevaluasi intervensi yang diberikan termasuk
kegiatan pemberian makan kepada pasien
terintegrasi MTBS c) Bertanggung jawab pada asuhan gizi pasien
dan Tata Laksana 4) Tenaga Farmasi
Gizi Buruk pada d) Menyediakan obat-obatan dalam tindakan/pengobatan MTBS dan cairan
Balita parenteral
e) Memberikan obat-obatan dan cairan parenteral berdasarkan resep
dokter.
f) Menyediakan cairan Resomal (oralit dan mineral mix).
g) Mengawasi interaksi obat dan makanan.
h) Membantu memantau dan evaluasi pemberian obat kepada pasien
21
 Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1
Setelah mempelajari mata pelatihan dasar tentang Kebijakan Pelayanan Kesehatan Dan Gizi
Balita dalam Rangka Peningkatan Kelangsungan Hidup Balita, dapat disimpulkan bahwa:

 Masalah kesakitan dan pertumbuhan serta perkembangan balita perlu menjadi perhatian,
sebagaimana RPJMN telah menargetkan penurunan Angka Kematian Balita menjadi
16/1000 KH, prevalensi balita stunting menjadi 14% dan prevalensi balita wasting 7%
pada tahun 2024.
 MTBS bertujuan untuk mengurangi kematian, kesakitan dan kecacatan pada balita. Modul
pelatihan MTBS-Gizi Buruk adalah modul MTBS yang diperkaya dengan muatan gizi
mengingat kasus gizi buruk masih banyak ditemui di masyarakat, yang dapat berkontribusi
pada angka kematian balita.
 Strategi dalam mengatasi permasalahan balita sakit dan gizi buruk, melalui pemberdayaan
masyarakat, untuk meningkatkan kualitas dan cakupan deteksi dini masalah kesehatan dan
gizi, peningkatan kapasitas tenaga kesehatan pelayanan anak dan tim asuhan gizi,
penguatan surveilans kesehatan dan gizi, koordinasi lintas program dan lintas sektor serta
meningkatkan dukungan dan peran serta Pemerintah Daerah.

22
Pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit dan Gizi Buruk – MPD 1

Anda mungkin juga menyukai