Anda di halaman 1dari 17

“Kesalahan Prosedur dan Koreksi Kesalahan,

Evaluasi Terhadap Sediaan Histologi Yang Telah


Jadi”

Dosen Pengampu: Naimatussyifa Daulay, M.Pd

Mata Kuliah: Mikroteknik


KELOMPOK 7 TBIO
1:

FARRAH DHIFA IBTIDAN ANILLAH


(010191006)
Syairi Para Nasution
(0310191017)

Asahy Syadza Sudarmaji


(0310192034)
KESALAHAN PROSEDUR DAN KOREKSI
KESALAHAN
1. Pemotongan atau Sectio dan
Fiksasi
•Proses pemotongan atau pengambilan jaringan ini dapat disebut diseksi yang diartikan sebagai
proses pengambilan jpringan atau bagian jaringan dari sumber alami baik berupa tumbuhan
ataupun hewan yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik.
•PadaKegiatan sectio/ diseks, , beberapa mahasswa mash mengalami kesulitan dalam
membedakan organ yang akan diambil sebagai sampel m sal sulit membedakan ginjal dengan
testis, don ovanum dengan intestinum crassum.
•Selain itu proses pembersihan organ dari darah dan lem ak ada yang belum sempuma sehingga
mengganggu proses berikutnya Pengambilan organ pulmoharusnya diinjeks dulu dengan larutan
fiksotf .
•pada proses fiksas ada beberapa kendala yang dijumpai diantaranya adalah beberapa praktikan
sulit mengambil organ yang ada di dolam flakon karena salah memotong ukuran dan salah
memikh model pinset.
2. Dehedrasi dan Dealkoholisasi
 Dehidrasi bertujuan untuk menarik air
keluar dari jaringan dan akan digantikan
 Proses dehidrasi merupakan
 Dealkoholisasi adalah dengan alkohol
serangkaian proses dengan cara
menarik sisa alkohol dengan
memasukan sampel ke dalam
menggunakan clearing
larutan dehidrasi secara berseri
agent seperti xilol atau
dari konsentrasi rendah sampai
toluol
konsentrasi tinggi dengan
mengurangi konsentrasi air
 Pada Kegiatan dehidrasi dan
dealkoholisasi lebih baik
dibanding kegiatan awal,
pengambilan dan  Kesalahan prosedur yang
penggantian larutan terjadi jika tidak memadai
dilakukan secara sempuma dengan waktu maka hasil
hanya terbentur masalah yang diperoleh tidak
waktu saja. sempurna
3. Infiltrasi dan embeding

INFILTRASI EMBEDING
•Ada empat kesalahan infiltrasi diantara nya Beberapa kesalahan yang dijumpai pada fase ini diantaranya
yaiyaitParafin yang digunakan praktikan jumlahnya adalah:
tidak sebanding dengan jumlah organ sehingga hasil •Paraffin yang digunakan ada yang tercampur bahan lain
kurang optimal (parafin sisa)
•Organ yang digunakan sebagai sampel terlalu keras •Peralatan yang digunakan tidak semua temmanfaatkan
sehingga parafin sulit menyusup secara optimal, sehingga sering dijumpai beberapa
•Kurangnya skill mahasiswa dalam mengoperasikan mahasiswa menggunakan alat yang salah
alat laboratorium (oven tidak — dikondisikan pada •Pembuatan balok tidak dilakukan dekat oven atau lampu
suhu yang stabil) Bunsen sehingga lebih cepat, beku susun jaringan tidak
•Kelengahan beberapa mahasiswa dalam melakukan sesuai dengan orientasi yang direncanakan.
langkah infiltrasi sehingga ada yart. terlewati ” •Jaringan tidak diberi label untuk menghindari terjadinya
kesalahan atau bertukar. . Untuk jenis-jenis jaringan yang
halus perlu dikerjakan di bawah lup.
•Dijumpai adanya gelembung udara pada beberapa balok
paraffin yang dibuat terutama dekat jaringan.
4. Affixing

Afoxing adalah proses pelekatan atou penempatan sayatan jaringan pada kaca objek dengan bantuan medio pelekat
tertentu. Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita poraffin yang sudah berisi sayatan joringan pada
kaca objek. Kemudian gelas benda yang beris pita todi diletakkan pada hot plate hingga air menguap. Pada Kegiatan
ini bonyak dijumpai kendala yang mengakibatkan kesalahan selevei dengan trimming diantaranya adalah:

 Terlalu banyak mengoleskan albumin meyer sehingga menjadikan pita parafin yang ditempel dan dipanaskan
menjadi gosong dan tidok berbentuk
 Air yang diteteskon di object glass terlalu bonyok sehingga pita parafin tersebar tidak beratuaran (tidak rapi)
 Keengganan mahasiswa untuk menunggu di mpmng alat hot plate untuk membetu Ikan letak pita dengan Son
de sehin gga pita keluar dari objek gloss dan menempel: hot plate
 Suhu hot plate yang sering tidak dikontrol mahosswa menyebobkan hot plate terlalu panas sehingga pita
parofin terlalu cepat meleleh dan kering
5. Staining dan Mounting
Mounting Staining

Mounting adalah proses penutupan object glass oleh cover glass Kegiatan deparafinasi adalah suatu tahap menjelang proses
dengan menggunakan kanada balsam. Preparat yang telah di pewarnaan (Staining) dengan menggunakan xilol untuk
clearing kemudian diberi satu tetes canada balsam, kemudian membersihkan paraffin dari jaringan dan kaca objek. Pengerjaan
diletakkan pada hot plate dan didiamkan selama 3 hari. Proses ini
deparafinasi aserial atau berkelanjutan dengan pengerjaan
memiliki tingkat kesulitan kedua di bawah proses triming dan
afixing. pewarnaan. pewarnaan. Tujuan dari tahap ini untuk
membersihkan jaringan dan kaca objek dari paraffin. Pewarnaan
Beberapa kesalahan proses yang dijumpai pada kegiatan penelitian
merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk mempertajam
adalah:
• Mahasiswa kurang trampil dalam melakukan proses mounting atau memperjelas berbagai elemen jaringan, terutama sel- selnya,
ditandai dengan: tidak dibersihkannya debris jaringan pada sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
object glass dengan menggunakan kertas isap, digunakannya Pelaksanaan tahap staining sudah baik dan hampir dilakukan oleh
xilol bekas untuk menambah kelembaban sehingga setelah semua mahasiswa, namun masih dijumpai kesalahan prosedur
diamati di bawah mikroskop interpretasi mahasiswa menjadi sebagai berikut:
terganggu Proses pengcoveran yang tidak teliti sehingga •Teknik deparafinisasi yang kurang optimal
menimbulkan gelembung udara di sekitar preparat awetan
•Langkah pewarnaan yang salah urutan sehingga hasil tidak
Penggunaan canada balsam yang terlalu berlebihan sehingga
sulit mengering. terbaca.
EVALUASI TERHADAP SEDIAAN
HISTOLOGI YANG SUDAH JADI
Evaluasi kualitas sediaan histologi dilakukan oleh seorang ahli patologi yang
independent dan tidak mengetahui sediaan merupakan kelompok parafin atau beeswax.
Evaluasi sediaan histologi meliputi kejelasan bentuk sel dan inti, pewarnaan sitoplasma
dan nukleus, kromatin, dan intensitas pewarnaan.

Kriteria Penilaian Sediaan Histologi


1.Warna biru pada inti sel tidak jelas, warna merah (eosin) pada sitoplasma dan
jarinagn ikat tidak jelas serta warna pada preparat tadak seragam. Sediaan tidak bisa
didiagnosis.
2. Warna biru pada inti sel kurang, warna merah (eosin) pada sitoplasma dan jarinagn
ikat kurang, serta keseragaman warna pada preparat kurang. Tetapi masih bisa
didiagnosis.
3.Warna biru terang pada inti sel, warna merah (eosin) pada sitoplasma dan jarinagn
ikat serta warna pada preparat seragam.
Evaluasi Sediaan Hapus Darah Tepi

Ukuran dan Pewarnaan


1. Evaluasi Eritrosit Eritrosit normal berbentuk bulat, tidak berinti.
Terhadap eritrosit dilakukan laporan tentang size (ukuran), Bagian tengah lebih tipis. Daripada bagian
shape (bentuk). Staining (warna) dan adanya benda tepinya (lebih pucat bagian). Eritrosil yang lebih
inklusi, parasit, eritrosit berinti. Contoh hasil evaluasi besar dan normal disebut makrosit Entrosit yang
hapusan darah tepl untuk eritrosit adalah sebagai berikut lebih kecil dari normal disebut mikrostik Bila
Narmosisk normokromik Ukuran, bentuk dan warna adalah bagian pucat lebih luas disebut hipokrom.
normal, Gambaran ini terdapat dalam keadaan normal. Biasanya disebabkan oleh penurunan kadar Hg.
Normokrom anisositosis. Kromasi masih normal, Bila bagian pucat lebih sempit disebut hiperkrom
sedangkan ukuran sudah menunjukkan perubahan. Anisositosis merupakan sediaan hapus darah
Sedangkan bentuk masih normal Keadaan ini ditemukan yang mempunyai ukuran eritrosit yang bervariasi.
pada anemia ringan. Sedang bentuknya hampir sama. Biasanya
Hipokrom anisopoikilostosis. Telah terjadi kelainan baik ditemukan pada anemia kronil yang berat.
pada wama, bentuk maupun ukuran Keadaan ini dapat
dijumpai pada keadaan anemia sedang sampai berat.
Bentuk
Eritrosit normal berbentuk bulat. Contoh kelainan bentuk entrosit yaitu:
 Ovabosit eritrosit yang berbentuk lorjong atau oval.
 Sperosit ertrosit berbentuk lebih bulat dan lebih tebal dari eritrost normal. Bentuk irisan
melintang bukan bikonkaf tapi bikonveks
 Segatost atau fragmentosit eritrosit berupa fragmen-fragmen keall yang merupakan pecahan
eritrosit
 Leptosit bentuk eritrosit sangat piph, entrosit mempunyai wama kemerahan dibagian
tengahnya.
 Sickle sel ertrost berbentuk bulan sabit
 Burr set eritrosit mempunyai toonjolan pendek dan tumpul satu atau lebih
 Akártosit eritrost yang mempunyai tonjolan-tonjolan panjang seperti jalu.
 Tear drop celt eritrost yang mempunyai bentuk seperti tetesan air mata.
 Crenation: eritrosit yang mempunyal tonjolan-tonjolan merata pada permukaan entrosit.
Biasanya disebabkan sampel yang lama atau fiksas yang tidak segera dilakukan“
 Pokiostoss=>bentuk eritrosit bermacam- macam
 Rouleaux 3-5 ertrosit membentuk barisan seperti uang logam, sehingga membentuk suatu
masa yang berat.
Benda Inklusi
 .Basophilic stipping inklusi titik-titik berwama biru
merupakan endapan RNA berupa granula-granula yang
menyebar diseluruh isi sel.
 Howell jolly benda ini merupakan inklusi tunggal biru padat
(satu tik)
 Cincin Cabot inklusi berbentuk cincin atau angka delapan
 Heinz bodies tidak terwarnai oleh pewarnaan Romanowsk
 Papean Heimer: granula siderotik berwarna gelap kecil bulat
 HD-H tidak terwamai oleh pewamaan Romanowski

Entrosit Berint
Bila dijumpai eritrosit-entrosit berint maka harus dihitung
jumlahnya per 100 leukosit. Dalam hal ini penting untuk mengoreksi
perhitungan jumlah lekosit, karena sel-sel ini tidak rusak oleh asam
cuka 2-3% (larutan pengencer pada perhitungan leukosin) dan dihitung
sebagai lekukosit
2.Evaluasi Leukosit

Terhadap leukosit dilaporkan kesan jumlah, hitung jenis sel dan kelainan morfologi sel. Tiap-tiap perhitungan leukosit
harus dikontrol pemeriksaan hapusan darahnya, penaksiran jumlah leukosit harus dilakukan pada daerah perhitungan
(counting area), yaitu bagian dari hapusan darah tempat eritrosit terletak berdampingan satu dengan lainnya tidak
bertumpukan. Bila didapatkan 20-30 leukosit per lapang pandang ini kira-kira sesuai dengan kira-kira 10000

Kelainan Modologi Sel


Dapat terjadi pada inti maupun sitoplasma
1) Kelainan pada sitoplasma
Granula loksk sitoplasma dan neutrofa terdapat granuta kasar kebiruan
Agranula polimorfnuklear granula sedikit/ sama sekali tidak ada granula pada sel PMN
Vakuolsasi terdapatnya lubang pada sitoplasma atau inti
Batang auer batang merah yang mungkin ditemukan pada sitoplasma monoblast atau myeloblast
Limfost plasma biru 6 Smudge cells leukosit rusak pada saat pembuatan sedaan apus
Badan doble

2) Kelainan Inti Sel


Hipersegmentasi banyak dijumpai neutrofil dengan segmen ins lebih dan 3
Anomali pelger-huet kebanyakan granulosit mempunyai satu inti
Piknosit sel dengan kromatin ins menggumpal akibat proses degenerasi.
3. Evaluasi Trombosit

Trombosit adalah pecahan sitoplasma megakariosit yang terdiri atas 2


bagian yaltu kramomer yang bergranula terletak ditengah serta
hialomer yang mengelilingi kromomer, tidak bergranula dan berwama
lebih muda Terhadap trombosit harus dinilai jumlah dan kelainan
morfologinya. Dalam keadaan normal denga perbesaran 10-40x
trombosit didaptkan 4-8 sel per 100 eritrosit Bila pada hapusan yang
baik sukar ditemukan trombosit maka menandakan bahwa jumlah
trombosit berkurang. Bila tiap lapang pandang dijumpai beberapa
trombosit terlihat banyak sekali,
.
maka mungkin jumlah trombosit
meningkat.
REFERENSI

Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik . Semarang : Jurusan Biologi FMIPA UNNES Gunarso, wisnu.
1989.  Bahan Pengajaran Mikroteknik.  Bogor: DEPDIKBUD Pertanian Bogor.
Lesson C, et al. 1990.  Mempersiapkan  Mempersiapkan Jaringan Dalam Buku Ajar Histologi .
Edisi V.Jakarta : EGC.
Surtoro, H. 1983. Metode Pewarnaan Histologi dan Histokimia. Bagian Anatomi dan Mikroteknik
Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta: Bhiratara Karya Aksara
Hasna Dewi , Fairuz Quzwain, dan Nadia Wulansari. 2021. Histology Slide Quality Comparative
Study; Impregnation And Embedding Using Beeswax And Paraffin. JMJ, Special Issues,
JAMHESIC. Hal: 291-298
Dewi, Umi. 2016. Profil Hands On Activity pada Mata Kuliah Mikroteknik di prodi Pendidikan
FRPUNS. Jawa Tengah: Joumaol Sciences Vol .13No1, 476-481.
Tulus Ariyodi, Hadi Suryono. 2077. Kualitas sediaan jaringan kulit metode microwave dan
Conventional histoprocessing pewamaan hemataxyiin eosin. Jumal Labora Medika Vol 1 No1 : 7-
11.
Thank you
for listening

Anda mungkin juga menyukai