Anda di halaman 1dari 58

Asuhan

Keperawatan
Demam Thypoid

Start!
Kelompok 2 :
1. Natasya Putri Damayanti (2010711002)
2. Clarissa Giana Putri (2010711005)
3. Mega Fajar Brillianty (2010711011)
4. Silva Fauziah (2010711012)
5. Risma Hermawati (2010711014)
6. Nita Junita (2010711019)
7. Rahmatika Syifa Nabila (2010711023)
8. Mulia Inaya Amnur (2010711027)
9. Nurul Izza (2010711029)
Pengertian Demam Thypoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, dan C.
Penyakit ini menjadi penyakit penting pada negara miskin dan
berkembang yang memiliki populasi penduduk yang banyak serta
sanitasi dan pengelolaan makanan yang buruk. Penyakit ini juga
berbahaya bagi wisatawan-wisatawan yang mengunjungi daerah
yang endemik (Crump, 2010)
Epidemiologi Demam Thypoid

Demam tifoid kasusnya terdapat di berbagai daerah di dunia


seperti :
China (Dong et al., 2010)
Belanda (Van Wolfswinkel et al., 2009)
Inggris (Clark et al., 2010)
Asia Tenggara
Timur Tengah
Amerika Selatan
Etiologi Demam Thypoid
Penyakit demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya serotip Typhi (Salmonella typhi)
yang merupakan bakteri gram negatif.

Gejala yang hampir sama dengan penyakit demam tifoid juga dapat disebabkan
oleh Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B (Schotmulleri) dan
Salmonella paratyphi C (Hirschfeldii) meskipun beberapa peneliti menyebutkan
gejala tersebut dengan nama yang berbeda yaitu demam paratifoid (Zulfiqar A,
2006).
Patogenesis Demam Thypoid
Bakteri Salmonella typhi (S. typhi) dan Salmonella paratyphi menular dan
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang tercemar oleh bakteri
tersebut.

Sebagian bakteri kemudian akan dimusnahkan di dalam lambung, dan


sebagian lagi akan berhasil masuk ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak di usus. Apabila respons imunitas humoral mukosa (IgA)
usus kurang baik maka bakteri akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M)
dan selanjutnya ke lamina propria..
Lanjutan..

Di lamina propria bakteri akan berkembang biak dan


selanjutnya difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh
makrofag.
Bakteri selanjutnya hidup dan berkembang biak di dalam
makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak Peyeri (jaringan
limfoid) dan kemudian melalui saluran limfe mesentrika
masuk ke aliran darah sistemik yang menyebabkan bakterimia
I yang asimtomatik dan menyebar ke sel-sel retikuloendotelial
dari hati dan limpa. Fase ini disebut fase inkubasi yang
berlangsung selama 7-14 hari.
Lanjutan..

Selanjutnya dari jaringan tersebut kuman dilepas kembali


ke sirkulas sitemik (bakterimia II) melalui duktus torasikus
dan mencapai organ-organ tubuh terutama limpa, usus
halus dan kandung empedu (Kemenkes, 2006).
Di dalam organ hati, bakteri menginvasi kandung empedu,
berkembang biak, dan bersama cairan empedu
dieksresikan secara intermiten ke dalam lumen usus.
Sebagian bakteri dikeluarkan melalui feses dan sebagian
akan masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus
usus.
Lanjutan..

Proses yang sama terus berulang, oleh karena makrofag


telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
bakteri Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator
inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala
reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskular, gangguan
mental, dan koagulasi (Djoko W, 2009).
Gejala Demam Thypoid
● Demam hingga mencapai 39-40℃
● Sakit kepala
● Lemah dan lelah
● Gangguan pencernaan, seperti diare atau sembelit
● Sakit perut
● Hilang nafsu makan
● Mual dan muntah
Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid

Pemeriksaan penunjang meliputi


pemeriksaan hematologi, uji widal, uji
TUBEX, uji typhidot, uji IgM dipstick, dan
kultur darah. Pemeriksaan ini ditujukan
untuk membantu menegakkan diagnosis,
menetapkan prognosis, memantau
perjalanan penyakit dan hasil pengobatan.
a. Pemeriksaan Hematologi

Pada pemeriksaan darah akan ditemukan leukopenia, meskipun pada


beberapa kasus tidak jarang pula akan ditemukan kadar leukosit
normal atau leukositosis. Leukositosis dapat ditemukan walaupun
tanpa infeksi sekunder. Selain itu juga dapat ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia, serta laju endap darah yang meningkat.
Pada pemeriksaan dari hitung jenis leukosit dapat terjadi
aneosinofilia ataupun limfopenia. (Djoko W, 2009)
b. Kimia klinik

SGOT dan SGPT pada demam tifoid akan


ditemukan meningkat, tetapi biasanya akan
kembali menjadi normal setelah sembuh.
Namun, kenaikan SGOT dan SGPT tidak
diperlukan penanganan khusus. (Handoyo I,
1996).
c. Uji Widal
Pada uji Widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhi
dengan antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada
uji Widal adalah suspensi bakteri Salmonella yang telah dimatikan
dan diolah di laboratorium.

Tujuan dari uji Widal adalah untuk melihat apakah terdapat aglutinin
dalam serum penderita demam tifoid yaitu :
aglutinin O (dari tubuh kuman), aglutinin H (flagela kuman), dan
aglutinin Vi (simpai kuman).
Lanjutan..

Aglutinin O dan H merupakan penanda yang biasanya digunakan untuk


mendiagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi bakteri ini. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi hasil dari uji widal, yaitu pengobatan dengan antibiotik,
pemberian kortikosteroid, gangguan pembentukan antibodi, waktu
pengambilan darah, karakteristik daerah (endemik atau non endemik), dan
riwayat vaksinasi. Menurut hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Surya H
dkk. pada tahun 2006 didapatkan sensitivitas dari uji Widal adalah 53,1% dan
spesivisitasnya 65% (Surya et al., 2007).
d. Uji TUBEX
Uji TUBEX adalah uji semi kuantitatif kolometrik yang prosesnya cepat
(dalam beberapa menit) dan prosedurnya mudah untuk dikerjakan. Hasil
positif dari uji TUBEX akan didapatkan infeksi Salmonella serogrup D
dengan mendeteksi antibodi anti-S.typhi 09, namun pada infeksi oleh S.
paratyphi akan menunjukkan hasil yang negatif.

Pada penelitian yang dilaksanakan oleh Surya H dkk pada tahun 2006,
sensitivitas dari uji Tubex mencapai 100%, dan spesivisitasnya 90% (Surya
et al., 2007).
e. Uji Typhidot

Uji typhidot dapat menunjukkan adanya antibodi IgM dan


antibodi IgG yang terdapat pada protein membran luar dari
Salmonella typhi. Hasil positif dari uji ini dapat didapatkan
setelah 2-3 hari terjadinya infeksi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Gopalakhrisnan dkk (2002) didapatkan sensitivitas
uji ini sebesar 98% dan spesifisitasnya 76,6%.
f. Uji IgM Dipstick

Uji IgM Dipstick mendeteksi antibodi IgM spesifik


terhadap Salmonella typhi pada spesimen serum.
Pemeriksaan ini mudah dan cepat (dalam satu hari),
serta dilakukan tanpa peralatan khusus apapun. Tapi
hasil yang didapatkan hanya akurat apabila
pemeriksaan dilakukan setelah satu minggu
timbulnya gejala (Gasem dkk, 2002).
g. Kultur Darah
Kultur darah merupakan standar baku emas dalam pemeriksaan kasus
demam tifoid sampai saat ini. Kultur darah adalah uji laboratorium untuk
memeriksa bakteri dalam sampel darah pasien.
Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan uji ini menjadi tidak
akurat, yaitu pasien yang sudah mendapatkan terapi antibiotik sebelumnya,
volume darah yang kurang (< 5 cc) dan riwayat vaksinasi sebelumnya
(Djoko W , 2009
PENATALAKSAAN DEMAM
TYFOID
2. Diet & Terapi 3. Antibiotik
1. Istirahat
penunjang
Penderita demam 1. Kloramfenikol 5.Ampisilin
Bedrest atau
berbaring di tifoid disarankan
untuk 2. Kotrimoksazol 6. Amoksisilin
tempat tidur
bertujuan untuk mengonsumsi
bubur untuk 3. Sefalosporin 7. floroquionolon
mencegah
komplikasi dari menghindari
4. Azitromisin
demam tifoid. komplikasi
perdarahan cerna
atau perforasi usus
KOMPLIKASI
DEMAM
TYFOID
1. Komplikasi Intestinal

2. Komplikasi Ekstra-
Intestinal
1. Komplikasi Intestinal
a. Perforasi usus
Perforasi usus biasanya timbul di minggu ketiga gejala dengan keluhan nyeri perut hebat terutama di
kuadran kanan bawah yang menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Pada
pemeriksaan fisik akan ditemukan bising usus melemah (pada 50% penderita), nadi cepat, tekanan
darah turun, dan dapat terjadi syok. (Djoko W, 2009)
b. Perdarahan intestinal
Bila terdapat luka yang terbentuk pada lumen yang sampai mengenai pembuluh darah oleh karena
terinfeksinya plak Peyeri usus maka dapat mengakibatkan perdarahan intestinal yang dapat
menimbulkan syok. Penanganannyadengan memberikan transfusi atau perlu dipertimbangkan untuk
pembedahan (Djoko W, 2009).
2. Komplikasi Ekstra Intestinal
a. Komplikasi hematologi
Komplikasi hematologi dapat berupa trombositopenia sampai koagulasi intravaskular diseminata (KID).
b. Hepatitis tifosa
Pembengkakan hati pada kasus demam tifoid ditemukan pada 50% kasus. Biasanya terjadi karena pasien dengan
status malnutrisi dan sistem imun yang kurang
c. Pankreatitis tifosa
Pankreatitis tifosa dapat terjadi karena mediator pro inflamasi dari bakteri yang merupakan komplikasi yang paling
sering terjadi pada demam tifoid
d. Miokarditis
Miokarditis terjadi pada 1-5% penderita dan gejalanya biasanya sakit dada, gagal jantung kongestif, aritmia, atau
syok kardiogenik
e. Manifestasi tifoid toksik / neuropsikiatrik
Penderita demam tifoid juga terkadang mengalami penurunan kesadaran (apatis, somnolen, delirium, sopor, atau
koma) baik dengan atau tanpa disertai kelainan neurologis
TINJAUAN
KASUS
KASUS

Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat di RSU dengan keluhan lemas,


demam sudah 2 hari terutama saat menjelang sore. Hasil pengkajian
pasien mengeluh nyeri perut dengan skala 4, mual +, muntah -. Hasil
pengkajian fisik didapatkan: pasien tanpak lemah, gelisah, kulit teraba
panas kemerahan, kapilari refil <2 detik, TD 110/70, N: 100x/menit, RR
18x/menit, T: 39o. Hasil laboratorium: Hb: 14 g/gd, Leukosit: 15.000/ul,
Hematokrit 47%.
1. Identitas Pasien

Nama : Tn. A

Usia : 30 tahun
P
Jenis kelamin : Laki-laki
E
N Status : Menikah

G Agama : Islam
K Ruangan : Melati 4
A
J Pendidikan : D3

I Suku Bangsa : Indonesia


A Pekerjaan : Karyawan Swasta
N
Alamat : Cihuda, Gunung Putri

Diagnosa : Demam Tifoid

Sumber biaya : BPJS


2. Riwayat Keperawatan
P
A. Keluhan Utama
E
N Pasien mengatakan lemas,demam sudah 2 hari terutama menjelang sore
G B. Riwayat Kesehatan Sekarang
K
A Pasien mengatakan lemas,demam sudah 2 hari terutama saat menjelang sore.pasien

J mengeluh nyeri perut dengan skala 4,hanaya mual tetapi tidak muntah Hasil

I pengkajian fisik didapatkan: pasien tanpak lemah, gelisah, kulit teraba panas
A kemerahan, kapilari refil <2 detik, TD 110/70, N: 100x/menit, RR 18x/menit, T: 39o.
N Hasil laboratorium: Hb: 14 g/gd, Leukosit: 15.000/ul, Hematokrit 47%.
C. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan dahulu juga pernah demam tifoid sejak 2 tahun yang lalu
P
E D. Riwayat Kesehatan Keluarga

N Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak mempunyai penyakit yang sama


G dengan pasien dan tidak ada penyakit keturunan.
K
E. Riwayat Alergi
A
J Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat,makanan ataupun
I minuman
A
F. Riwayat Psikososial
N
Saat pengkajian pasien kurang komperatif
3. Pola Kebiasaan Sehari Hari

No Pola Kebiasaan Di rumah Di Rumah Sakit


1. Pola Nutrisi    
P
1

a. Makan Pasien mengatakan biasa makan 3 Pasien hanya makan 2 sampai 3kali
E
 

 
sampai 4 kali sehari dengan nafsu dalam sehari dengan menghabiskan ¾
 
N  

 
makan baik, dengan jenis makanan porsi karena pasien mual

G  
  nasi, lauk pauk sayur-sayuran dan
ikan
 

K
 

 
 
 
 
A
 

   

J
2.

   
Pasien biasa minum hanya 5 sampai 6
I  

b. Minum
Pasien biasa minum 7 sampai 8
gelas ±250ml dalam sehari dengan
gelas dalam satu hari, dengan
 

A  

  minum air mineral tanpa pantangan.


anjuran air mineral.

N
 

     
3

   
 

   
 
1. 2. Pola Eliminasi  Pasien biasa BAK kurang lebih 5x  Pasien biasa BAK ± 3-4 kali sehari
 
sehari dengan warna cair kuning dengan dibantu keluarga dan
BAK
sesekali jernih. konsistensi urine kuning pekat.
 

 
   
 

P  

 
Pasien biasa BAB 1 kali dalam Pasien BAB 2x dalam sehari kali
 

E  

  sehari dengan konsistensi feses dengan bantuan keluarga konsistensi


N
 

 
padat,berwarna coklat dan berbau sedikit cair, berwarna coklat
BAB
G khas. kekuningan dan bau menyengat.
 

 
K  

   

A   3.
 Personal Hygien
 Pasien biasa mandi dalam 2 hari Pasien mandi 1 kali seharu dengan

J  
A. Mandi sekali, pagi dan sore secara rutin bantuan keluarga pada pagi hari.
dengan cara mandiri tanpa bantuan
I
 

 
keluarga
 

A
 

 B. Mencuci Rambut Pasien belum melakukan cuci rambut


Pasien biasa mencuci rambut 1 kali
3

N  

    sehari secara rutin saat sore hari


saat di rumah sakit.

  secara mandiri, dengan shampoo


    pribadi.
 

 
 
 
 C. Oral hygiene Pasien biasa menggosok gigi  Pasien biasa menggosok gigi 2

  3 kali dalam sehari dengan kali dalam sehari dengan


menggunakan odol rutin bantuan perawat dan keluarga.
  setiap pagi,sore dan malam
 
sebelum tidur drngan cara
 
P mandiri tanpa bantuan  
 
E keluarga atau perawat.
 
N  4.
Pola Istirahat  
Pasien tidur selama ±5 jam
G  
a. Tidur malam Pasien tidur selama ±7-8 jam terkadang pasien suka

K    
dan tidak ada keluhan. terbangun

A   b. Tidur siang
Pasien tidur selama ±2 jam Pasien tidur 2 jam saat tidur
dan tidak ada keluhan
J    
siang

I  
 5. Pola Latihan dan
A Aktivitas
Pasien mengatakan masih Pasien berbaring lemah, hanya
  sehat bisa melakukan aktivitas bisa berbaring ditempat tidur
N   pekerjaan dengan baik dan saja.
semangat dalam melakukan
  pekerjaan
 
   
 
4. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : pasien tampak lemah


P
 Tingkat Kesadaran : composmetis (CM)
E
N  Tanda – Tanda Vital : TD 110/70 mmHg

G HR 100 x/mnt
K
RR 18 x/mnt
A
J T 39ºC
I  Data penunjang : Hb: 14 g/gd,
A Leukosit: 15.000/ul
N
Hematokrit 47%.
Diagnosa Keperawatan
Data Problem/Masalah Etiologi Diagnosis
DS: Hipertermia Dehidrasi, Hipertermia b.d
1. Pasien Proses penyakit dehidrasi, proses
mengatakan sudah penyakit yang ditandai
demam 2 hari dengan suhu 39oc, kulit
terutama saat pasien teraba panas
menjelang sore hari dan kemerahan, TD
2. Pasien menurun 100/70 mmHg
mengatakan lemas (hipotensi), demam
3. Pasien selama 2 hari,pasien
mengatakan pusing tampak lemas,pasien
terlihat mengigil.
DO:
1. Pasien tampak lemah dan
gelisah
2. Kulit pasien teraba panas dan
kemerahan
3. Pasien terlihat mengigil
4. Kapilari refill(crt) < 2 detik
5. TD = 100/70 mmHg (hipotensi)
6. N = 100x/menit
7. RR = 18x/menit
8. T =39oc
9. Hb = 14 g/gd
10. Leukosit: 15.000/ul
11. Hematokrit 47%
DS: Ketidakseimb Faktor Ketidakseimbangan nutrisi
1. Pasien mengatakan mengalami -angan Nutrisi biologi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mual , tetapi tidak mengalami Kurang Dari s factor biologis yang ditandai
muntah Kebutuhan dengan nyeri pada abdomen
2. Pasien mengatakan makan nya Tubuh skala 4, pasien mengalami mual
tidak habis tetapi tidak mengalami muntah,
3. Pasien mengatakan hanya bisa pasien tampak lemah dan
makan dikit-dikit gelisah
DO:
1. Pasien terlihat mual
2. Pasien terlihat makan nya
hanya sedikit yang perlu di
kaji :
• porsi makan pasien,ternyata
pasien hanya
menghabiskan makan ¾
porsi
• BB sebelum sakit dan saat
sakit :
• BB sebelum sakit : 65
• BB saat sakit :63
• Terjadi penurunan BB
sebanyak 2 Kg.

Ds: Nyeri Akut Agens cedera Nyeri akut b.d agens cedera
1. Pasien mengeluh nyeri biologis biologis yang ditandai dengan
perut nyeri abdomen sekala 4,
2. Pasien mengatakan sakit mengalami mual tdapi tidak
pada perut nya muntah, ekspresi wajah nyeri
3. Pasien mengatakan badan (lemah dan gelisah)
nya lemas
4. Pasien mengatakan saat
kaji nyeri yaitu :P= saat
bergerak atau sedang
aktivitas
Q =nyeri seperti diremas
R =pada bagian abdomen dan
ulu hati
S =skala nyeri 4
T =1 jam (nyeri muncul terus
menerus)

DO:
5. Pasien tampak meringis
kesakitan
6. Kaji skala nyari,skala nyeri
pasien yaitu 4
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan dan Rasional
Hipertermia b.d NOC: NIC:
dehidrasi, penyakit yang Setelah dilakukan tindakan
ditandai dengan suhu keperawatan selama 3x24 jam Perawatan Demam (3740):
39oc, kulit pasien teraba masalah hipertermia dapat 1. pantau suhu pasien dan tanda-
panas dan kemerahan, teratasi, dengan kriteria hasil: tanda vital (tekanan darah)
nyeri perut skala 4, TD Termogulasi (0800) 2. monitor warna kulit pasien
menurun 100/70 mmHg 1. Suhu tubuh dalam rentang (kemerahan) dan suhu
(hipotensi), demam normal (36.5ºc-37.5ºc) 3. berikan obat cairan IV (misalnya,
selama 2 hari. 2. HR dalam rentang normal (80- antipiretik, agen anti bakteri, dan
100x/menit) agen anti menggigil)
3. RR dalam rentang normal (16- 4. lembabkan bibir dan mukosa
20x/menit) hidung pasien dengan pelembab
4. TD dalamm rentang normal 5. dorong konsumsi cairan pasien
(120/80 mmHg)
5. Tidak merasakan sakit otot
Hidrasi (0602) Manajemen Lingkungan
1. Turgor kulit pasien elastis (6480):
2. Membrane mukosa pasien lembab 1. ciptakan lingkungan
3. Intake cairan pasien stabil (2000-2700 yang aman bagi
ml/24 jam) pasien
4. Output urin pasien stabil (1400-1500 2. sesuaikan suhu
ml/24 jam) lingkungan dengan
5. Kapilari reffil < 2 detik kebutuhan pasien
3. sediakan dan atur
makanan dan
Keparahan Infeksi (0703) makanan ringan
6. Tidak ada kemerahan pada kulit menarik
pasien 4. sediakan tempat
7. Tidak ada nyeri, skala nyeri 0 tidur dan
8. Pasien nafsu makan lingkungan yang
9. Pasien tidak mengigil bersih dan nyaman
Ketidakseimban NOC: NIC:
gan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kurang dari selama 3x24 jam ketidakseimbangan nutrisi Manajemen Gangguan Makan (1030):
kebutuhan teratasi dengan kriteria hasil : 1. dorong klien untuk
tubuh b.d factor mendiskusikan mendiskusikan
biologis , pasien Status Nutrisi (1004) makanan yang disukai bersama
mengalami 1. Asupan makanan pasien sesuai dengan ahli gizi
mual tetapi kebutuhan tubuh pasien 2. Tentukan pencapaian berat
tidak 2. Tidak terjadi hidrasi badan harian sesuai keinginan
mengalami 3. Asupan gizi pasien sesuai dengan 3. Observasi klien selama dan
muntah, pasien kebutuhan tubuh pasien setelah pemberian
tampak lemah 4. Asupan cairan pasien sesuai dengan makan/makanan ringan untuk
dan gelisah kebutuhan tubuh pasien meyakinkann bahwa
intake/asupan makanan yang
Tingkat Ketidaknyamanan (2109): cukup tercapai dan
5. Tidak ada nyeri, skala nyeri 0 dipertahankan
6. Pasien tidak cemas/gelisah 4. Timbang berat badan klien
7. Wajah pasien menjadi tenang secara rutin
8. Nafsu makan pasien dapat teratasi
9. Tidak ada mual
10. Pasien dapat beristirahat dengan tenang
Manajemen Nutrisi (1100):
1. Tentukan status pasien dan kemampuan
pasien untk memenuhi kebutuhan gizi
2. Berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap pilihan
(makanan) yang lebih sehat
3. Beri obat-obatan sebelum makan
(misalnya, penghilang rasa sakit,
antiemetic)
4. Anjurkan keluarga untuk membawa
makanan favourite pasien sementara
(pasien) berada dirumah sakit atau
fasilitas peawatan yang sesuai
Nyeri akut NOC : NIC:
b.d agens Setelah dilakukan pengkajian
cedera selama 1x24 jam masalah nyeri akut Manajemen Nyeri (1400):
biologis dapat teratasi 1. Lakukan pengkajian nyeri komperhensif
yang yang meliputi lokasi, karakteristik,
ditandai Tingkat Nyeri (2102): onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
dengan 1. Tidak ada nyeri, skala nyeri 0 atau berat nya nyeri dan factor pencetus
nyeri 2. Tidak ada ekspresi lemah dan 2. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien
abdomen gelisah pada pasien dilakuakan dengan pemantauan ketat
sekala 4, 3. Tidak ada mual 3. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
mengalami 4. Tekanan darah dalam rentang terhadap kualitas hidup pasien (misalnya,
mual tdapi normal 100/70 mmHg tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan,
tidak 5. Nafsu makan teratasi hubungan, performa kerja dan tanggung
muntah, jawab peran)
ekspresi Kontrol Nyeri (1605) : 4. Evaluasi bersama pasien dan tim
wajah nyeri 6. Tidak terjadi nyeri kesehatan lainnya, menganai efektifitas
(lemah dan 7. Tidak ada factor penyebab tindakan pengontrolan nyeri yang pernah
gelisah), dan 8. Menggunakan teknik digunakan sebelumnya
TD menurun pencegahan 5. Berikan individu penurun nyeri yang optimal
100/70 9. Mengenali apa yang terkait dengan peresepan analgesic
mmHg dengan gejala nyeri
Keparahan Mual dan Pemberian Analgesik (2210):
Muntah (2107): 1. Tentukan pilihan obat analgesic
1. Frekuensi mual (narkotik, non narkotik, atau NSAID),
teratasi berdasarkan tipe dan keparahan nyeri
2. Intennsitas mual 2. Pilih rute intravena daripada
teratasi intramuscular, untuk injeksi
pengobatan nyeri yang sering
3. Tentukan analgesic sebelumnya, rute
pemberian, dan dosis untuk mencapai
hasil pengurangan nyeri yang optimal
4. Dokumentasikan respon terhadap
analgesic dan adanya efek samping
Implementasi Asuhan Keperawatan
Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi

Jumat, 26 Maret Hipertermia b.d dehidrasi, 08.00 Perawatan Demam :


2021 penyakit yang ditandai dengan   1. memantau suhu pasien dan tanda-tanda vital (tekanan darah)
suhu 39oc, kulit pasien teraba   di dapatkan hasil : TD = 120/70mmHg
panas dan kemerahan, nyeri   HR = 90x/mnt
perut skala 4, TD menurun    RR = 18x/mnt
100/70 mmHg (hipotensi),   S= 38OC
demam selama 2 hari. 08.30 2. memonitor warna kulit pasien (kemerahan) ,warna kulit masih
  agak kemerahan
08.45 3. melembabkan bibir dan mukosa hidung pasien dengan
  pelembab
09.00 4. mendorong konsumsi cairan pasien
09.10 5. berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
  paracetamol 500 mg/8 jam
 
 
Manajemen Lingkungan :
09.12  1. menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
09.14 2. menyesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
09.15 3. menyediakan dan mengatur makanan dan makanan ringan
  menarik
09.17 4. menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman

Ketidakseimbangan nutrisi   Manajemen Gangguan Makan :


kurang dari kebutuhan tubuh 09.20 1. mendorong klien untuk mendiskusikan mendiskusikan
b.d factor biologis yang   makanan yang disukai bersama ahli gizi
ditandai dengan pasien 09.25 2. menentukan pencapaian berat badan harian sesuai
mengalami mual tetapi tidak   keinginan,pasien ingin BB nya bisa stabil kembali
mengalami muntah, pasien  09.30 3. mengobservasi klien selama dan setelah pemberian
tampak lemah dan gelisah   makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa
  intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan
dipertahankan,sampai saat ini pasien masih makan sedikit
  tapi sering
 
4. menimbang berat badan klien secara rutin,didapakan hasil BB
09.45
sebelum sakit 65 kg,dan BB sesudah sakit : 63 kg,mengalami
  penurunan 2 kg
   
Manajemen Nutrisi :
09.50 1. menentukan status pasien dan kemampuan pasien untk
  memenuhi kebutuhan gizi
09.52 2. memberikan pilihan makanan sambil menawarkan
  bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat
09.54 3. memberikan obat-obatan sebelum makan (misalnya,
  penghilang rasa sakit, antiemetic),berkolaborasi dengan
  dokter untuk pemberian obat mual
10.00 4. menganjurkan keluarga untuk membawa makanan
favourite pasien sementara (pasien) berada di rumah sakit
atau fasilitas perawatan yang sesuai
Nyeri akut b.d agens cedera Manajemen Nyeri :
biologis yang ditandai dengan 10.05 1. melakukan pengkajian nyeri komperhensif yang meliputi
nyeri abdomen sekala 4,   lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
mengalami mual tdapi tidak   atau berat nya nyeri dan factor pencetus,didapatkan hasil :
muntah, ekspresi wajah nyeri   P= saat bergerak atau sedang aktivitas
(lemah dan gelisah), dan TD   Q =nyeri seperti diremas
menurun 100/70 mmHg   R =pada bagian abdomen dan ulu hati
   S =skala nyeri 4
  T =1 jam (nyeri muncul terus menerus)
10.10  2. memastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan
  pemantauan ketat 
 
10.15 3. menentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap
  kualitas hidup pasien (misalnya, tidur, nafsu makan,
  pengertian, perasaan, hubungan, performa kerja dan tanggung
jawab peran),didapatkan hasil pasien nyeri pada saat
  beraktivitas kerja
10.20 4. mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lainnya,
  menganai efektifitas tindakan pengontrolan nyeri yang
  pernah digunakan sebelumnya
10.25 5. memberikan individu penurun nyeri yang optimal dengan
  peresepan analgesic
   
  Pemberian Analgesik :
10.30 1. menentukan pilihan obat analgesic (narkotik, non
  narkotik, atau NSAID), berdasarkan tipe dan keparahan
  nyeri,(berkolaborasi dengan dokter)
10.35 2. memilih rute intravena daripada intramuscular, untuk
  injeksi pengobatan nyeri yang sering
10.45 3. menentukan analgesic sebelumnya, rute pemberian, dan
  dosis untuk mencapai hasil pengurangan nyeri yang
optimal
10.55 4. mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan
adanya efek samping
Sabtu, 27 Maret Hipertermia b.d dehidrasi, Perawatan Demam :
2021 penyakit yang ditandai 08.00 1. memantau suhu pasien dan tanda-tanda vital (tekanan
dengan suhu 39oc, kulit   darah),didapatkan hasil :
pasien teraba panas dan   - TTV
kemerahan, nyeri perut TD = 120/70mmHg
skala 4, TD menurun HR = 90x/mnt
100/70 mmHg (hipotensi),   RR = 18x/mnt
demam selama 2 hari. 08.30  S= 37,6OC
  2. memonitor warna kulit pasien (kemerahan) dan suhu,kulit pasien
08.40 sudah tidak merah,
   3. memberikan obat cairan IV (misalnya, antipiretik, agen anti bakteri,
  dan agen anti menggigil),berkolaborasi dengan dokter untuk obat
08.50  paracetamol 500 mg/8jam
09.00 4. melembabkan bibir dan mukosa hidung pasien dengan pelembab
5. mendorong konsumsi cairan pasien
   
09.15 Manajemen Lingkungan :
09.25 1. menciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
09.35 2. menyesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
09.48 3. menyediakan dan mengatur makanan dan makanan ringan menarik
4. menyediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan nyaman
 
Ketidakseimbangan nutrisi    Manajemen Gangguan Makan :
kurang dari kebutuhan tubuh 09.50 1. mengobservasi klien selama dan setelah pemberian
b.d factor biologis yang    makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa
ditandai dengan nyeri pada   intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan
abdomen skala 4, pasien   dipertahankan
mengalami mual tetapi tidak 09.55 2. menimbang berat badan klien secara rutin,BB didapatkan
mengalami muntah, pasien   sudah stabil,karena pasien sudah mau makan
tampak lemah dan gelisah    
Manajemen Nutrisi :
  3. memberikan pilihan makanan sambil menawarkan
10.00 bimbingan terhadap pilihan (makanan) yang lebih sehat
  4. memberikan obat-obatan sebelum makan (misalnya,
penghilang rasa sakit, antiemetic),berkolaborasi dengan
10.10 dokter untuk pemberian obat
  5. menganjurkan keluarga untuk membawa makanan
  favourite pasien sementara (pasien) berada di rumah sakit
10.15 atau fasilitas perawatan yang sesuai
 
 
 
 
 
Nyeri akut b.d agens   Manajemen Nyeri :
cedera biologis yang 10.30 1. melakukan pengkajian ulang nyeri komperhensif yang meliputi lokasi,
ditandai dengan nyeri   karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau berat nya nyeri
abdomen sekala 4,   dan factor pencetus,didapatkan hasil :
mengalami mual tdapi   P= saat beraktivitas,sekarang nyeri masih sakit
tidak muntah, ekspresi   Q =nyeri seperti diremas,sekarang masih nyeri sedikit
wajah nyeri (lemah dan   R =pada bagian abdomen dan ulu hati
gelisah), dan TD menurun   S =skala nyeri 2
100/70 mmHg   T =tidak menentu
10.40 2. memastikan perawatan analgesic bagi pasien dilakukan dengan
  pemantauan ketat
10.50 3. memberikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan
  analgesic
   
   Pemberian Analgesik :
10.55 1. menentukan pilihan obat analgesic (narkotik, non narkotik, atau
   NSAID), berdasarkan tipe dan keparahan nyeri,berkolaborasi dengan
  dokter untuk pemberian obat
11.00 2. memilih rute intravena daripada intramuscular, untuk injeksi pengobatan
  nyeri yang sering
11.20 3. menentukan analgesic sebelumnya, rute pemberian, dan dosis untuk
   mencapai hasil pengurangan nyeri yang optimal
11.35 4. mendokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya efek samping
 
 
Evaluasi Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tanggal/jam Catatan Keperawatan Paraf

Hipertermia b.d 26 Maret 2021/ 13.30 S :


dehidrasi, proses wib Pasien mengatakan masih demam sedikit dan sudah tidak pusing
penyakit dan sudah tidak mengigil
O:
- TTV :
TD = 120/80mmhg
HR= 85x/mnt
RR = 18x/mnt
S = 37,8OC
- Turgor kulit pasien elastis
- Membrane mukosa pasien lembab
- Intake cairan pasien stabil 2200 ml/24 jam
- Output urin pasien stabil 1400 ml/24 jam
- Kapilari reffil < 2 detik

A:
- Masalah hipertermia teratasi sebagian

P:
- Intervensi dilanjutkan :
1. pantau suhu pasien
2. kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat
Ketidakseimbangan 26 Maret 2021/ 14.00 S :
nutrisi kurang dari wib - Pasien mengatakan sudah bisa makan sedikit tapi sering
kebutuhan tubuh b.d - Pasien mengatakan sudah tidak mual
factor biologis
O:
- TTV =
TD = 120/80mmhg
HR= 85x/mnt
RR = 18x/mnt
S= 37,8OC
- Turgor kulit elastis
- Pasien sudah bisa menghabiskan makan ½ porsi walaupun makan
nya sedikit tapi sering
- Pasien terlihat sudah tidak mual
- BB pasien sudah mulai naik 1 kg ,menjadi 64 kg

A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian

P:
- Intervensi dilanjutkan :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi pasien
2. Anjurkan klien untuk memberi makan dengan porsi sedikit tapi
sering
3. Pantau BB pasien sampai stabil

Nyeri akut b.d agens 26 Maret 2021/ 14.30 S :


cedera biologis wib - Pasien mengatakan nyeri perutnya sudah berkurang
- Pasien mengatakan sedikit sakit pada perut nya
- Pasien mengatakan badan nya sudah tidak lemas
O:
- TD = 120/80mmhg
- HR= 85x/mnt
- RR = 18x/mnt
- S= 37,8OC
- Pasien terlihat nyeri nya sudah berkurang,saat di kaji nyeri di
dapatkan hasil :
P= saat beraktivitas,sekarang nyeri masih sakit
Q= nyeri seperti diremas,sekarang masih nyeri sedikit
R =pada bagian abdomen
S =skala nyeri 2
T =tidak menentu
- Pasien terlihat tidak lemah
- Pasien terlihat tidak gelisah

A:
- Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P:
-Intervensi dilanjutkan
1. Monitor skala nyeri pasien
2. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat
Hipertermia b.d 27 Maret 2021/ S :
dehidrasi, proses 13.00 wib Pasien mengatakan sudah tidak demam, sudah tidak pusing dan sudah
penyakit tidak mengigil

O:
-TTV :
TD = 120/80mmhg
HR= 85x/mnt
RR = 18x/mnt
S= 36,8OC
- Turgor kulit pasien elastis
- Membrane mukosa pasien lembab
- Intake cairan pasien stabil 2200 ml/24 jam
- Output urin pasien stabil 1400 ml/24 jam
- Kapilari reffil < 2 detik
A:
- Masalah hipertermia teratasi
 
P:
- Intervensi dihentikan

Ketidakseimbangan 27 Maret 2021/ 13.50 S :


nutrisi kurang dari wib - Pasien mengatakan sudah bisa makan
kebutuhan tubuh b.d - Pasien mengatakan sudah tidak mual
factor biologis  
O:
- TTV =
TD = 120/80mmhg
HR= 85x/mnt
RR = 18x/mnt
S= 36,8OC
- Turgor kulit elastis
- Pasien sudah bisa menghabiskan makan 1 porsi dan tidak adanya
mual
- BB pasien sudah pada saat kemarin naik 1 kg ,dan skrng naik 1 kg
menjadi 65 kg
- BB pasien sudah stabil

A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi

P:
- Intervensi dihentikan
Nyeri akut b.d agens 27 Maret 2021/ 14.30  S :
cedera biologis wib - Pasien mengatakan sudah tidak lagi nyeri pada perutnya
- Pasien mengatakan sudah tidak sakit pada perut nya
- Pasien mengatakan badan nya sudah tidak lemas

O:
- TTV
TD = 120/80mmhg
HR= 85x/mnt
RR = 18x/mnt
S = 36,8OC
- Pasien sudah tidak mengalami nyeri,pada saat kaji skala nyeri,pasien
mengatakan skala nyeri=0
- Pasien terlihat tidak lemah
-Pasien terlihat tidak gelisah

A:
-Masalah nyeri akut teratasi

P:
-Intervensi dihentikan,pasien diperbolehkan untuk pulang
THANK
YOU!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for


attribution.

Anda mungkin juga menyukai