01 Matriks Ok-1
01 Matriks Ok-1
JTI - UNIMAL
Kontrak Perkuliahan
Absen minimal 75%
Toleransi keterlambatan 20 menit
Tidak ada susulan untuk quis, midtes, dan ujian
(kecuali keluarga inti musibah dan sakit dengan bukti
surat dokter)
Tugas dikumpul tepat waktu
Selama perkuliahan HP silent
Materi
Matriks
Sistem persamaan linear
Invers matriks
Determinan
Vektor di R2 dan R3
Ruang vektor
Basis dan dimensi
Ruang kolom dan baris
Nilai dan vektor eigen
Transformasi linier
Pengertian
Matriks adalah susunan bilangan atau fungsi yang
diletakkan atas baris dan kolom serta diapit oleh
dua kurung siku.
Bilangan atau fungsi tersebut disebut entri atau
elemen matriks.
Lambang matriks dilambangkan dengan huruf
besar, sedangkan entri (elemen) dilambangkan
dengan huruf kecil.
matriks mempunyai ukuran yang disebut Ordo
yang menyatakan banyak baris x banyak kolom
Lambang matriks
Secara umum sebuah matriks dapat ditulis:
A aij
dengan i=1, 2, ..., n dan j=1, 2, ..., m.
Indek pertama (i) menyatakan baris ke-i dan indeks kedua
(j) menyatakan kolom ke-j.
Contoh matriks
2 2 0, 23451 4 0
A
3
7 1032 80 13
x2 1 2 ln x
B
sin x e3x 1
Contoh:
2 a 3 dan 2 3c
Jika A= B= c 3 b
1 4b
dan A=B,
maka
a = -1, b = 1, dan c = 1.
Jenis matriks (1/7)
1. Matriks Bujursangkar banyak baris = banyak kolom
a11 a12 a13
A a 21 a 22 a 23 Diagonal Utama
a31 a 32 a33
2. Matriks Segitiga Atas,
matriks bujursangkar yang semua entri di bawah diagonal
utama bernilai nol
a11 a12 a1n 0 2 1 8
0 0 6
a 22 a 2 n 0 3
0 0 4 9
0 0 a nn 0 0 0 1
Jenis matriks (2/7)
3. Matriks Segitiga Bawah,
Matriks bujursangkar yang semua entri di atas diagonal utama
bernilai nol a11 0 0 0 0 0 0
a a 0 0 4 0 0
21 22
3 2 6 0
4. Matriks Diagonal, a
n1 a n2 a nn 0 7 5
9 1
Matriks bujursangkar yang semua entri di luar diagonal utama
bernilai nol a11 0 0 5 9 0 0 0
0 a 0 0 4 0 0
22
0 0 6 0
0 0 0 0
0 0 a nn
Jenis matriks (3/7)
5. Matriks satuan,
matriks diagonal yang entri pada diagonal utama
bernilai satu, lambang: In, n menyatakan ordo matriks satuan
1 0 0 0
1 0 0 0
I2= 1 0 1 0 0
0 1 I3= 0 1 0 I 4=
0 0 1 0
0 0 1
6. Matriks skalar, 0 0 0 1
7. Matriks Nol,
matriks yang semua entrinya nol dengan lambang: O jika ordo
dipentingkan ditulis O35 untuk menyatakan matriks nol dengan ordo
3x5 0 0 0
0 0 0
O23= 0 0 0 O53=
0 0 0 0 0 0
0 0 0
0 0 0
Jenis matriks (5/7)
8. Matriks Invers,
matriks bujursangkar A disebut mempunyai invers,
jika terdapat matriks B, sehingga memenuhi BA=AB=I,
lambang: invers matriks B biasanya dinyatakan oleh A-1
Untuk matriks berordo 2x2, telah diberikan rumus
pencariannya, yaitu:
a c , maka A-1 = 1 d c
A= ad bc b a
b d
2 3 1 4 3 4 3
A= , maka A =
-1
3 2 =
3 4 2. 4 3 .3 3 2
Jenis matriks (6/7)
Untuk mencari invers matriks bujursangkar dengan ordo
lebih dari 2, akan dibicarakan pada bagian berikutnya.
Metode yang digunakan ada dua, yaitu: menggunakan
matriks elementer (eliminasi Gauss-Jordan) dan
menggunakan determinan bersama dengan matriks
adjoin.
Namun dasar untuk menghitungnya tetap harus
memperhatikan eliminasi Gauss dan definisi determinan.
Contoh
Apakah matriks di bawah ini termasuk: matriks
segitiga atas, segitiga bawah, diagonal, ataukah
skalar?
0 0 0 0
0 0 0
0
0 0 0 0
0 0 0 0
Jawab
Termasuk matriks segitiga atas
Termasuk matriks segitiga bawah
Termasuk matriks diagonal
Bukan matriks skalar, karena entry pada diagonal
utama nol semua, walaupun sama semua
Jenis matriks (7/7)
9. Matriks Simetri, yaitu
matriks bujursangkar yang memenuhi sifat A = AT
3 1 2
1 5 4
2 4 0
0 a b 0 1 0
1 0 c a 0
AT = = =2-A
0 2 0 b c 0
A+B= 1 2 2 5 + 3 1 2 2 4 = 1 2 3 1 2 2 ( 2) 5 4
7 4 3 10 3 1 7 73
4 3 1 10 ( 7)
5
5
A+B= 3 0 1
10 5 3 3
5
B+C=tidak terdefinisi, karena ordo C ≠ ordo B
back
Perkalian dengan Skalar
A=[aij] dan k skalar, maka:
kA=[kaij] {semua entri dikalikan dengan k}
2 3 5
7 3 4
AT =
back
Perkalian dua matriks
A =[aij], i=1, 2, ..., n dan j=1, 2, ..., m
B=[bjk], k=1, 2, ..., p {banyak kolom A=banyak baris B}
C=AB m
ai vektor baris ke-i dari matriks A
bk
vektor kolom ke-k dari matriks B
entri matriks C adalah: cik =
ai bk
Contoh Perkalian matriks (1/ 2)
0 3 2
3 1 4
A B 1 4 1 dan C= AB
2 1 5
2 6 7
2
c23 2 1 5 1
= 4 – 1 – 35 = -32
7
0
c21 2 1 5 1 = 0 – 1 + 10 = 9
2
2
c13 3 1 4 1
= -6 + 1 + 28 = 23
7
Contoh Perkalian matriks (2/2)
3
c21= 3 1 4 4 = -9 + 4 – 24 = -29
6
0 3 2
3 1 4 7 29 23
C A.B 1 4 1
2 1
5 2 6 7 9 32 32
back
Trase matriks
A=[aij], i=1, 2, ..., n dan j=1, 2, ..., n
{harus matriks bujur sangkar}
Trase(A)=a11 + a22 + …+ ann
{penjumlahan dari seluruh entri pada diagonal utama}
2 0 3
3 2 5
A = ,
4 1 1
trase(A)= 2 – 2 + 1 = 1
Sifat-sifat Operasi matriks (1/4)
Terhadap operasi penjumlahan dan perkalian dengan
skalar
A+B=B+A {sifat komutatif}
(A+B)+C=A+(B+C) {sifat asosiatif}
A+O=O+A=A {sifat matriks nol, identitas penjumlahan}
A+(-A)= -A+A=O {sifat negatif matriks}
k(A+B)=kA+kB {sifat distributif terhadap skalar k}
(k+l)A=kA+lA {sifat distributif terhadap skalar k dan l}
(kl)A=k(lA) {sifat asosiatif terhadap perkalian skalar}
1A=A {sifat perkalian dengan skalar 1 (satu)}
Sifat-sifat Operasi matriks (2/4)
• ABBA {tidak berlaku komutatif perkalian}
• (AB)C=A(BC) {sifat asosiatif}
• AI=IA=A {sifat matriks satuan, identitas perkalian}
• AO=OA=O {sifat matriks nol}
• (A+B)T = AT + BT {sifat transpos matriks terhadap penjumlahan}
• Jika AB=O, tidak dijamin berlaku: A=O atau B=O atau BA=O
• (kA)B=k(AB)=A(kB)
Contoh ABBA
1 2 4 1 0 5
AB
0 3 2 2 6 6
4 1 1 2 4 11
BA
2 2 0 3 2 2
Sehingga: ABBA
Contoh AB=0
1 0 0 0
A B
2 0 3 4
1 0 0 0 0 0
AB = , berarti AB=O
2 0 3 4 0 0
Tetapi
0 0 1 0 = 0 0
BA 2 0 , berarti BAO
3 4 5 0
Sifat-sifat Operasi matriks (3/4)
trase(A+B) = trase(A) + trase(B)
trase(AT) = trase(A)
trase(kA) = k trase(A)
trase(Inxn) = n
Sifat-sifat Operasi matriks (4/4)
• (A+B)C=AC+BC
• C(A+B)=CA+CB
• (AB)T = BTAT {urutan operasi dibalik}
• (kA)T=kAT
• An = AA … A, jika n 0, dan I, jika n=0
Sebanyak n
• ArAs=Ar+s, jika r dan s bilangan asli
d1 k 0 0
k
0 d2 0
Dk
k
0 0 d n
Contoh Tambahan (1/3)
2 1 4 1
Jika A = , dan B = 7 2
1 3
T
6 0 6 8 4 7 2 1 1 25
(A + B) =
T
= 0 B A =
T T
1 3 =
8 1 1 1 2 4 5
AT + BT =
2 1 4 7 6 8
1 3 + 1 2 = 0 1
T
1
(AB)T =
4 1 25
25 5 = 4 5
2 1 4 7 9 12
A B =
T T
1 2 = 1 13
1 3
Contoh Tambahan
T
(2/3)
2 1 2 7
2 2 1 4 1
7 2
(½B) =
T
1 1 A= , dan B = 7 2
2 1 2 1 3
4 7 2 7 2
½ BT = ½ = 1
1
1 2 2
4 2
–2 A = 2 6
2 0 2 1 4 2
–2IA = 0 2 1 3 = 2 6
Contoh Tambahan (3/3)
2 1 4 1
2 1 2 1 3 5 A= , dan B = 7 2
A = AA=
2
= 5 8 1 3
1 3 1 3
3 5 2 1 1 18
A3 = A 2A = 1 3 = 18 19
5 8
trase(A) = 2 + 3 = 5
trase(B) = 4 + (-2) = 2
6 0 ) = 6 + 1 = 7
trase(A+B) = trase(
8 1
Tantangan 1
12 0 0 2 1
1 2 4 3 5
1
Jika A B 0 2 C D 1 3 4
3 0 3 0 1
1 3 1 2 0 1
2 0
E
0 3
Hitunglah:
BA, AB
E2, E3, E100,
A2 + 2A + I,(A+I)2,
(BC - D)T, CTBT– DT,
3C(BA), C(3B)A, (CB)(3A),
trase(A + E)
Tantangan 2
Tentukan persamaan-persamaan dalam variabel-
variabel x, y, z, dan w, yang terbentuk, sehingga
berlaku persamaan matriks di bawah ini:
x 2x
2 1 1 7 y 45 46
yz =-
6 8 0 3
3 87
x w w 2 y x
z z
Tantangan 3
Tentukan syarat agar berlaku: (A + B)2=A2 + 2AB + B2, jika A
dan B berordo 2x2
Tentukan syarat agar berlaku: A2 – B2 = (A - B)(A + B), jika A
dan B berordo 2x2
Tentukan persamaan-persamaan dalam variabel-variabel x,
y, dan z, sehingga persamaan memenuhi persamaan
matriks berikut:
x y 3x y = 1 1
x z x y 2z 9 17
Tantangan 4
Tunjukkan bahwa Sistem Persamaan Linier :
2 x 3 y 1
x 4 y 2
dapat dinyatakan sebagai persamaan AX=B [petunjuk:
tentukan matriks A, X dan B]
Jika matriks A, X, dan B hasil dari soal di atas tentukan
invers A atau A-1 dan tentukan solusi persamaan AX=B,
dengan mengingat sifat I = AA-1 .
Tunjukkan bahwa, jika A matriks skew-simetri, maka
trace(A)=0
Tantangan 5
Buktikan jika D matriks diagonal, maka Dk adalah
matriks diagonal yang entri-entrinya adalah entri pada
diagonal utama D dipangkatkan k.
Tunjukkan bahwa jika A matriks bujursangkar, maka
matriks S = ½ (A + AT) adalah matriks simetri.
Tunjukkan bahwa jika A matriks bujursangkar, maka
matriks R = ½ (A - AT) adalah matriks skew-simetri.
Dari kedua matriks pada dua soal di atas, tunjukkan
berlaku hubungan A = S + R.
Jika A matriks bujursangkar 2x2, tunjukkan bahwa AAT
berbentuk matriks simetri.