Anda di halaman 1dari 34

Perencanaan & Evaluasi

Program Penyuluhan

M.K. PENYULUHAN PERTANIAN


Perencanaan Program Penyuluhan

1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan------ Rencana
Perencanaan : suatu proses kegiatan,
Rencana : hasil dari proses kegiatan perencanaan
tersebut.
Menurut Koontz & O’Donel (1971)

Perencanaan : suatu proses keg dmn orang2


membayangkan kemungkinan2 yg dpt tjd pd masa
mendatang, kemudian org memilih & memutuskan
kemungkinan yg dianggap plg baik utk mencapai
tujuan yg telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Denyer (1972)

Perencanaan : jembatan penghubung antara


keadaan sekarang yg sdg dialami dgn tujuan yg
ingin dicapai/dikehendaki di masa mendatang.
Tujuan di
Keadaan Perencanaan masa
di masa
(Planning) mendatang
sekarang

5 W + 1 H
Batasan Perencanaan Program
a. Perencanaan mrp upaya perumusan,
pengembangan dan pelaksanaan program
b. Perencanaan program mrp proses
berkelanjutan
PENTINGNYA PERENCANAAN
PROGRAM
Beberapa alasan yang melatar-belakangi pentingnya
perencanaan program:

1. Memberikan acuan dalam mempertimbangkan


tentang  apa  yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melaksanakannya, sehingga memudahkan
semua  pihak  untuk mengambil  keputusan yang
 sebaik-baiknya.
2. Tersedianya  acuan tertulis yang dapat  digunakan
 oleh masyarakat untuk mencegah  terjadinya
 salah   pengertian dan dapat dikaji ulang
 (dievalusi) setiap saat, sejak  sebelum,  selama dan
sesudah program dilaksanakan.
3. Sebagai  pedoman pengambilan keputusan
terhadap  adanya usul/saran penyempurnaan yang
"baru“, program perlunya revisi penyempurnaan
perencanaan program. Sehingga dapat dikaji
seberapa jauh usulan revisi tersebut dapat
diterima/ditolak agar tujuan yang diinginkan
tetap dapat tercapai, baik dalam arti:  jumlah,
mutu, dan waktu yang telah ditetapkan.
4. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dan harus
dicapai, sehingga dapat diukur dan dievaluasi,
seberapa jauh tujuan telah dicapai, diperlukan
pedoman yang jelas yang dapat diukur dan dapat
dievaluasi setiap saat saat,  oleh  siapapun juga,
sesuai dengan patokan yang telah ditetapkan.
5. Memberikan  pengertian  yang jelas terhadap
pemilihan tentang: kepentingannya dari masalah-
masalah insidental (yang dinilai akan menuntut
perlunya revisi program), dan pemantapan dari
perubahan-perubahan sementara  (jika memang
diperlukan revisi terhadap program).
6. Mencegah kesalahartian tentang tujuan  akhir,   dan
mengembangkan kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakan maupun yang tidak dirasakan.
7. Memberikan  kelangsungan  dalam diri personel,
 selama proses perubahan berlangsung. Artinya,
setiap  personel yang  terlibat dalam pelaksanaan
dan  evaluasi  program selalu  merasakan perlunya
kontinyuitas program  sampai tercapainya tujuan
yang diharapkan.
8. Membantu  pengembangan kepemimpinan, yaitu
dalam menggerakkan semua pihak yang terlibat
dan  menggunakan sumberdaya  yang  tersedia dan
 dapat  digunakan  untuk tercapainya tujuan yang
dikehendaki.
9. Menghindarkan pemborosan sumberdaya (tenaga,
biaya, dan waktu), dan merangsang efisiensi pada
umumnya.
10.Menjamin  kelayakan  kegiatan yang dilakukan  di
 dalam masya-rakat dan yang dilakasanakan sendiri
oleh masyarakat setempat.
Model Proses Penyusunan
Program Penyuluhan

MENURUT LEAGANS:
Model leagans berupa model instruksional yang memuat komponen-komponen
Situasi, Masalah, Tujuan, dan Cara untuk mencapai tujuan (S-M-T-C).

Secara rinci model proses penyusunan program penyuluhan menurut leagans


menggambarkan kegiatan penyuluhan, yaitu perumusan keadaan dan
masalahnya, pemecahan masalah dan tujuan, perencanaan pendidikan, evaluasi
dan rekomendasi.
Lima langkah proses perencanaan program
penyuluhan (Leagans)

1. Perumusan keadaan dan masalahnya.

lnformasi yang diperlukan berkaitan dengan sasaran


penyuluhan seperti minat, pendidikan, kebutuhan,
adat-istiadat, kebiasaan dan tradisinya.
Kemudian diperlukan pula fakta mengenai situasi fisik
seperti keadaan tanah, tipe usahatani, pemasaran,
skala usahatani, pola tanaih, kondisi rumah,
pelayanan masyarakat, dan saluran komunikasi.
2. Pemecahan masalah dan tujuan.

Untuk kepentingan psikologis sasaran penyuluhan itu


harus dilibatkan dalam penetapan tujuan dan sasaran
penyuluhan.
Sasaran dalam perencanaan penyuluhan paling tidak
harus mengkondisikan perubahan perilaku orang
sebagaimana keluaran sosial maupun ekonoini yang
diinginkan.
3. Perencanaan pendidikan.
Tahap mengajar yang meliputi:
 Materi yang perlu diajarkan.
 Cara yang harus dilakukan untuk mengajar.

4. Evaluasi.

Tahap mengevaluasi tindakan mengajar, secara akurat dan


jelas tujuan dipilih dan dikondisikan.
Perencanaan untuk evaluasi perlu dibangun menjadi
perencanaan kerja selama tahap-tahap sebelumnya.
Perbedaan dibuat antara prestasi yang hanya dicatat saja
dan perbandingan hasil dengan tujuan asli. Proses evaluasi
dapat dilakukan secara sederhana dan in¬formal atau
dapat pula secara formal dan kompleks.
5. Rekonsiderasi.

Tahap mempertimbangkan perencanaan penyuluhan setelah


evaluasi dilakukan, yang memuat upaya-upaya yang dilakukan
sebelumnya dan hasil-hasil yang menampakkan situasi baru.
Apabila situasi baru menunjukkan kebutuhan akan kegiatan
lebih lanjut, selanjutnya proses keseluruhan akan dimulai lagi
dengan tujuan baru maupun tujuan yang dimodifikasi, maka
proses tersebut akan bersambung. Situasi baru mungkin
berbeda, hal ini dapat disebabkan karena:
 Orang-orang telah berubah.
 Telah terjadi perubahan secara fisik, ekonomis dan sosial.
 Penyuluh disiapkan dengan lebih baik daripada sebelumnya dalam menyadari
adanya kebutuhan maupun minat yang baru dari kliennya.
Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan
Menurut Kelsey dan hearne (1962)

Tujuh tahapan, yaitu;


(1) analisis situasi
(2) organisasi perencanaan
(3) proses perencanaan program
(4) program yang telah direncanakan
(5) rencana kerja
(6) pelaksanaan rencana kerja
(7) evaluasi.
Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan
Menurut KOK (1962).

Sembilan tahapan, yaitu;


(1).survai
(2).analisis situasi
(3).identifikasi masalah,
(4).penetapan afirmatif pemecahan masalah,
(5).penentuan tujuan dan ruang lingkup permasalahan
(6).penyusunan rencana kerja
(7).pelaksanaan rencana kerja
(8).evaluasi
(9).rekonsiderasi.
Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan
Menurut Raudabaugh (1967):

Lima tahapan, yaitu


(1).Identifikasi masalah
(2).Penentuan tujuan
(3).Pengembangan rencana kerja
(4).Penetapan rencana kerja
(5).Penentuan kemajuan.
Model Proses Penyusunan Program Penyuluhan
Menurut Passon (1966):

1. Pengumpulan data
2. Analisis keadaan
3. Identifikasi masalah
4. Perumusan tujuan
5. Penyusunan rencana kegiatan
6. Pelaksanaan rencana kegiatan
7. Menentukan kemajuan kegiatan
8. Rekonsiderasi
Jenis Perencanaan, Suzetta (2007)
Model Perencanaan Rasional Komprehensif

Kelebihan dari model ini sebagai berikut:


Bersifat ”keahlian” karena seorang perencana dituntut
memahamai perencanaan baik dari sisi teknis & filosofi.
Umumnya bersifat perorangan, tidak menutup
kemungkinan bersifat kolektif/kelompok dengan asumsi
kepentingan individu menyesuaikan kepentingan
kelompok.
Karakter dasar perencanaan bersifat komprehensif
(menyeluruh), yakni mempertimbangkan aspek
ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga semua
masalah ingin coba diselesaikan.
Model Perencanaan Rasional Komprehensif

Kekurangan model ini adalah:


 Kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang tersedia, karena
berasumsi bahwa sumber daya dapat dicari dan diusahakan.
 Pembuat keputusan dipegang para ahli/perencana sedangkan
masyarakat hanya diberikan sedikit peran, biasanya hanya dalam
bentuk publik hearing yang sifatnya serimonial. Dalam hal ini
perencana menganggap paling tahu atas segala permasalahan
 Perencanaan bersifat reduksionisme, determenistik dan obyektif
sehingga bersifat sektoral.
Contoh model perencanaan rasional komprehensif
adalah dalam Penyusunan Dokumen Tata Ruang
Wilayah.
Model Perencanaan Induk
(Master Planning)

Perencanaan induk (master planning) biasanya


diterapkan pada perencanaan komplek bangunan
atau kota baru secara fisik.
Perencanaan induk umumnya dilakukan secara satu
disiplin, misal arsitektur, rasional Komprehensif
bersifat multi disiplin.
Keduanya, perencanaan induk dan perencanaan
komprehensif, mempunyai kesamaan dalam sifat
produk akhir rencana yang jelas, rinci, end-state,
tidak fleksibel—seakan masa depan sangat pasti.
Model Perencanaan Strategis (Strategic Planning)

 Perencanaan strategis umumnya dipakai dalam organisasi yang


bersifat publik, diaplikasikan di bidang usaha (bisnis) karena
diperlukan untuk merencanakan perusahaan secara efektif dalam
mengelola masa depan yang penuh dengan ketidakpastian
(Kaufman dan Jacobs, 1996).
 Kelebihan model ini adalah bersifat komprehensif karena
semua aspek dikaji tetapi hanya berkaitan dengan isu strategis,
hasil kajiannya bersifat menyeluruh, bukan hanya aspek fisik
serta memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
 Kelemahan perencanaan strategis terletak pada keterbatasan
pengetahuan sumber daya manusia organisasi yang tidak
merata sehingga tidak semua memahami visi dan misi organisasi.
 Contoh model perencanaan strategis adalah dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), serta Rencana Strategis
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
Model Perencanaan Incremental

Model perencanaan yang dilakukan didominasi oleh


proses lobi-lobi politik yang sempit, tidak
menggunakan pendekatan ilmiah (rasional) dalam
aktifitasnya.
Contoh dari perencanaan model inceremental adalah
dalam penentuan plafon belanja kota/daerah dengan
mengestimasi bahwa kenaikan anggaran belanja
berkisar 10 persen pada tahun perhitungan, hal ini
mendasarkan pada realisasi anggaran pada tahun
sebelumnya dengan menyesuaikan besarnya inflasi
dan jumlah penduduk.
Perencanaan Bottom up

Model musyawarah, mulai dari MUSRENBANGDES


(Musyawarah Rencana Pembangunan Desa),
MUSRENBANGCAM (Musyawarah Rencana
Pembangunan Kecamatan), MUSRENBANGKAB
(Musyawarah Rencana Pembangunan Kabupaten).
Perencanaan Partisipatif

Metode Participatory Rural Appraisal


(PRA)
 Metode ini menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat
dalam merencanakan pembangunan (penyelesaian masalah) mulai
dari pengenalan wilayah, pengidentifikasian masalah sampai
penentuan skala prioritas.
 Teknik PRA antara lain: (1) Secondary Data Review (SDR)- Tinjau
Data Sekuder; (2) Direct Observation-Observasi Langsung; (3)
Semi-Structured Interviewing (SSI)-Wawancara Semi Tersruktur;
(4) Focus Group Discussion (FGD)-Diskusi Kelompok Terfokus; (5)
Preference Ranking and Scoring; (6) Direct Matrix Ranking; (7)
Peringkat Kesejahteraan; (8) Pemetaan Sosial; (9) Transek
(Penelusuran); (10) Kalender Musim; (11) Alur Sejarah; (12) Analisa
Mata Pencaharian; (13) Diagram Venn; (14) Kecenderungan dan
Perubahan.
Metode Rapid Rural Appraisal (RRA)
Pengumpulan informasi dari pihak luar (outsider),
kemudian data dibawa pergi, dianalisa dan peneliti
tersebut membuat perencanaan tanpa menyertakan
masyarakat. RRA lebih bersifat “penggalian
informasi”, sedangkan PRA dilaksanakan bersama-
sama masyarakat, mulai dari pengumpulan
informasi, analisa, sampai perencanaan program.
Metode Kaji-Tindak Partisipatif
Esensinya menunjuk pada metodologi Participatory
Learning and Action atau belajar dari bertindak
secara partisipatif; belajar dan bertindak bersama, aksi
refleksi partisipatif.
Penggunaan istilah PLA dimaksudkan untuk
menekankan pengertian partisipatif pada proses belajar
bersama masyarakat untuk pengembangan. Kajian
partisipatif menjadi dasar bagi tindakan partisipatif. Jika
dari suatu tindakan terkaji masih ditemui hambatan dan
masalah, maka kajian partisipatif diulang kembali untuk
menemukan jalan keluar, demikian seterusnya.
PENGERTIAN EVALUASI

“Evaluasi” = “Penilaian”
yaitu suatu tindakan pengambilan keputusan untuk
menilai sesuatu objek, keadaan, peristiwa, atau
kegiatan tertentu yang sedang diamati (Hornby dan
Parnwell, 1972).
Pokok-pokok tentang evaluasi

Kegiatan pengamatan dan analisis terhadap


sesuatu keadaan, peristiwa, gejala alam atau
sesuatu objek.
Membandingkan segala sesuatu yang kita amati
dengan pengalaman atau pengetahuan yang telah
kita ketahui dan atau miliki.
Melakukan penilaian, atas segala sesuatu yang
diamati, berdasarkan hasil perbandingan atau
pengukuran yang kita lakukan.
Pendapat para ahli

 Frutchey (1973), kegiatan evaluasi selalu mencakup


kegiatan :
 observasi (pengamatan)
 membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan pedoman-
pedoman yang ada
 pengambilan keputusan atau penilaian atas objek yang diamati.
 Soumelis (1983), evaluasi diartikan sebagai:
 Proses pengambilan keputusan melalui kegiatan membanding-
bandingkan hasil pengamatan terhadap sesuatu objek.
 Seepersad dan Henderson (1984), evaluasi sebagai:
 Kegiatan sistematis yang dimaksudkan untuk melakukan pengukuran
dan penilaian terhadap sesuatu objek berdasarkan pedoman yang telah
ada.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai