Anda di halaman 1dari 18

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN

PENDIDIKAN

Oleh: Dr. Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum


PEMBAHASAN

Faktor yang melatar belakangi gerakan muhammadiyah di bidang pendidikan,

Cita-cita pendidikan Muhammadiyah,

Bentuk-bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah,

Pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah,

Filsafat Pendidikan
-

Faktor-faktor yang Melatarbelakangi lahirnya Pendidikan Muh:


1. Salah satu faktor munculnya gerakan pendidikan adalah kondisi rakyat
Indonesia yang mengalami kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
2. Kondisi bangsa Indonesia masih menjalankan tradisi yang bercampur TBC,
animism dan dinamisme dan sinkritis
3. Adanya Sindiran dari Kaum Intelegensi terhadap Umat Islam sebagai Umat
Yang “Kumuh” san Terbelakang
4. Interaksi KH. Ahmad Dahlan dengan Budi Oetomo tahun 1908-1909
5. Kondisi Pendidikan yang masih memakai gaya lama
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Pendidikan Muhammadiyah merupakan pendidikan Islam
modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan
antara iman dan kemajuan yang holistic. Dari rahim Pendidikan
islam yang untuk itu lahir generasi muslim terpelajar yang kuat
iman dan kepribadiannya, sekaligus mampu menghadapi dan
menjawab tantangan zaman. Inilah Pendidikan Muhammadiyah
yang berkemajuan.
VISI DAN MISI PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
Visi
Terbentuknya manusia pembelajar yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkemajuan dan
unggul dalam IPTEKS sebagai perwujudan tadjid dakwah amar ma’ruf nahi munkar

Misi
1. Mendidik manusia memiliki kesadaran ketuhanan (spiritual makrifat).
2. Membentuk manusia berkemajuan yang memiliki etos tadjid, berfikir cerdas,
alternatif dan berwawasan luas.
3. Mengembangkan potensi manusia berjiwa mandiri, beretos kerja keras, wira
usaha, kompetetif dan jujur.
4. Membina peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki kecakapan hidup dan
ketrampilan sosial, teknologi, informasi dan komunikasi.
5. Membimbing peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki jiwa, kemampuan
menciptakan dan mengapresiasi karya seni-budaya.
6. Membentuk kader persyarikatan, ummat dan bangsa yang ikhlas, peka, peduli
dan bertanggungjawab terhadap kemanusiaan dan lingkungan.
NILAI-NILAI DASAR PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH: MUKTAMAR KE-46 DI
YOGYAKARTA
1. Pertama, pendidikan Muhammadiyah diselenggarakan merujuk pada nilai-nilai yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi.
2. Kedua, ruhul ikhlas untuk mencari ridha Allah SWT, menjadi dasar dan inspirasi dalam ikhtiar mendirikan dan
menjalankan amal usaha di bidang pendidikan.
3. Ketiga, menerapakan prinsip kerjasama (musyarokah) dengan tetap mememlihara sikap kritis, baik pada masa
Hindia Belanda, Dai Nippon (Jepang), Orde Lama, Orde Baru hingga pasca Orde Baru.
4. Keempat, selalu memelihara dan menghidup-hidupkan prinsip pembaruan (tajdid), inovasi dalam menjalankan
amal usaha di bidang pendidikan.
5. Kelima, memiliki kultur untuk memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan (dhuafa dan mustadh’afin)
dengan melakukan proses-proses kreatif sesuai dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada
masyarakat Indonesia.
6. Keenam, memperhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan (tawasuth atau moderat) dalam mengelola
lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati
MODEL PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN
MUHAMMADIYAH

INTEG
RALIST
IK
(MENY
Cita-cita pendidikanATU)
yang digagas Beliau adalah
lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil
sebagai “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan
ilmu yang luas, kuat jasmani dan rohani
-

Model Pendidikan yang Bersifat Holistik, yaitu model pendidikan yang bisa membentuk
karakter peserta didik, sebagai disebutkan oleh Ahmad Jainuri:
• Menjadi dirinya sendiri (learning to be)
• Mendapatkan kebebasan secara
psikologis (freedom in psychological sense)
• Dapat mengambil keputusan (self
governane)
• Belajar mandiri (meta learning)
• Memperoleh kecakapan (social
ability)
• Mengembangkan karakter (development of character) dan
• Pengembangan emosional (emosional development)
MODEL PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN
MUHAMMADIYAH

Mengadopsi Pendidikan Modern Belanda

KH. Ahmad Dahlan mengambil beberapa komponen pendidikan yang dipakai


oleh lembaga pendidikan Belanda.

K.H. Ahmad Dahlan dapat menyerap dan menerapkan metode pendidikan


modern kepada pendidikan yang masih tradisional

Mengsintesiskan Pendidikan Tradisional dan Modern


PERBEDAAN PENDIDIKAN TRADISIONAL DAN
MODERN
SISTEM LAMA/ TRADISIONAL
1) System belajar mengajar Weton dan Sorogan.
2) Bahan pelajaran semata-mata agama, kitab-kitab karangan ulama
pembaharuan yang tidak dipergunakan.
3) Belum ada Rancangan Pembelajaran yang teratur dan integral.
4) Hubungan guru dan murid lebih bersifat otoriter dan kurang
demokratis.
PERBEDAAN PENDIDIKAN TRADISIONAL
DAN MODERN
SISTEM BARU (MODERN)
1. Sistem klasikal dengan cara-cara
Barat.
2. Bahan pelajaran tetap dan ditambah
dengan ilmu pengetahuan umum.
3. Kitab-kitab agama digunakan secara
luas, baik kitab klasik maupun
kontemporer.
4. Rencana Pembelajaran sudah diatur
sesuai kurikulum.
5. Suasana hubungan guru dan murid
lebih akrab bebas dan demokratis.
PENGARUH POSITIF PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

1. Membawa pembaruan dalam bentuk kelembagaan


pendidikan, yang semula system pondok pesantren menjadi
system sekolah.
2. Memasukkan pelajaran umum kepada sekolah-sekolah
agama atau madrasah.
3. Mengadakan perubahan dalam metode pengajaran, dari yang
semula menggunakan metode weton dan sorogan menjadi
lebih bervariasi.
4. Mengajarkan sikap hidup terbuka dan toleran dalam
pendidikan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan yang beragam dari
tingkat dasar hingga perguruan tinggi dan dari yang
berbentuk sekolah agama hingga yang berbentuk sekolah
umum.
6. Berhasil memperkenalkan manajemen pendidikan modern ke
dalam system pendidikan yang terencana.
PENGORGANISASIAN PENGELOLAAN LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Pimpinan Muhammadiyah Berhak Mengatur Penyelenggaraan Lembaga


Pendidikan, Sehingga Setiap Pengelola (Kepsek/Rektor) Harus Tunduk Pada
Aturan Organisasi
2. Model Pengelolaan Keuangan dilakukan dengan sistem Subsidi Silang,
Sehingga Sekolah/PTM yang Kaya (Dana Cukup) Membantu Sekolah Yang
Miskin (Kurang) dengan Diatur Oleh Pimpinan Muhammadiyah
3. Semua Aset yang dimiliki oleh lembaga Pendidikan adalah milik
Persyarikatan, sehingga apabila terjadi Perselisihan yang mengakibatkan
Penutupan Maka Semuanya kembali menjadi milik Muhammadiyah
4. Pengelola Amal Usaha, termasuk Lembaga Pendidikan Bertanggungjawab
Kepada Pimpinan Muhammadiyah
-

• Pendidikan Akhlak, yaitu sebagai usaha


menanamkan karakter manusia yang baik
berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah.
Nilai Dasar • Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha
Pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran indibividu
yang harus yang utuh, yang berkeseimbangan antara
dipertegas perkembangan mental dan jasmani,
menurut KH. keyakinan dan intelek, perasaan dan akal,
Dahlan: dunia dan akhirat.
• Pendidikan sosial, yaitu sebagai usaha
untuk menumbuhkan kesediaan dan
keinginan hidup bermasyarakat.
-

PEMIKIRAN Pertama, pendidikan agama tidak perlu diajarkan sebagai studi dalam kurikulum
DAN PRAKSIS sekolah, tetapi cukup diberikan di lembaga-Lembaga keagamaan seperti madrasah
PENDIDIKAN diniyah dan lain-lain.
YANG
TERINTEGRATIF

Kedua, pendidikan agama diajarkan di sekolah kedudukannya sebagai ilmu sosial


(social science) yang bersifat non-confessional. Pendidikan ini bertujuan untuk
mempelajari ajaran agama sebagai ilmu dan pengetahuan tentang masyarakat
(learning to know about religion), bukan untuk menanamkan keyakinan agar
manusia taat pada agamanya (learning to be religious persons).

Ketiga, pendidikan agama yang diajarkan di sekolah sebagai studi wajib yang
bersifat confessional. Sistem ini dilakukan untuk menanamkan dan memperteguh
keyakinan para peserta didiknya terhadap agama untuk memperkuat identitas
bangsa.
TANTANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

FILSAFAT PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH MENURUT AMIN ABDULLAH


MEMPERHATIKAN TIGA ASPEK PENTING:

Pertama, prinsip transendensi yang lebih mengarah pada Core values yang mengantarkan
kepada peserta didik untuk otonom, mandiri dan kritis serta memiliki integritas yang Tinggi.

Kedua, prinsip humanisasi, core values yang dibangun oleh para cendikiawan ini apakah
bisa tetap menjadi obor untuk mengatasi badai Global Capitalism yang dihadapi
Muhammadiyah ke depan.

Ketiga, prinsip keadilan. Muhammadiyah harus serius memperhatikan slamic-


studies di level kesarjanaan Scholarship, tidak berkutat pada masalah ulūm al-Dīn
dan al-Afkār al-Islāmi.
TANTANGAN PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH

Pertama,
problem filosofis

Kedua, problem
manajemen dan
kepemimpinan

Ketiga, problem
birokrasi

Anda mungkin juga menyukai