Anda di halaman 1dari 59

DETEKSI DINI IBU DENGAN

KELAINAN, KOMPLIKASI,
PENYAKIT YANG LAZIM
TERJADI DALAM KEHAMILAN,
PERSALINAN DAN MASA NIFAS

OLEH:
Ananda Desy Rahmadhany
P3.73.24.2.19.003
Prinsip Deteksi Dini Ibu
Deteksi dini ibu dengan
dengan Kelainan,
kelainan, komplikasi,
Komplikasi, Penyakit
penyakit yang lazim terjadi
yang Lazim Terjadi dalam
pada ibu masa PERSALINAN
Kehamilan

Deteksi Dini Ibu dengan Deteksi dini ibu dengan


Kelainan, Komplikasi, kelainan, komplikasi,
Penyakit yang Lazim Terjadi penyakit yang lazim terjadi
dalam KEHAMILAN pada ibu masa NIFAS
Prinsip Deteksi Dini Ibu dengan Kelainan,
Komplikasi, Penyakit yang Lazim Terjadi dalam
Kehamilan

a. Pemeriksaan Kehamilan Dini


(Early ANC Detection)
b. Kontak Dini Kehamilan
Trimester I
c. Pelayanan ANC Berdasarkan
Kebutuhan Individu
d. Skrining Untuk Deteksi Dini
Pemeriksaan Kehamilan Dini (Early ANC
Detection)
 Sangat penting bagi semua wanita untuk
segera memeriksakan dirinya ke tenaga
kesehatan profesional ketika diduga hamil,
yaitu jika ia merasa terlambat haid selama
satu atau dua periode
 Jika seorang wanita pertama kali
memeriksakan dirinya saat usia
kehamilannya sudah lanjut, akan sangat
sulit untuk menentukan usia kehamilan
secara akurat dengan pemeriksaan klinis
Kontak Dini Kehamilan Trimester I

 Memberikan asuhan kebidanan pada trimester I


dilakukan berdasarkan bukti bahwa trimester I
merupakan masa penting pertumbuhan embrio/
fetus. Pada waktu ini fetus mengalami :
 Pembentukkan beberapa organ dalam otak janin pada
minggu ke-4 kehamilan
 Organogenesis (perkembangan organ-organ janin
secara lengkap) pada minggu ke-8 kehamilan
 Diet ibu yang jelek berhubungan dengan malformasi
jantung dalam proses pertumbuhan embrio
Pelayanan ANC Berdasarkan Kebutuhan
Individu

 Skinner dan Roche (1995) mendeskripsikan bahwa


dasar asuhan yang berpusat pada wanita harus
dapat :
 Mengidentifikasi apa yang diharapkan wanita secara
tepat
 Memungkinkan wanita untuk memiliki kepercayaan diri
dalam membuat keputusan setelah diberikan informasi
yang relevan
 Melibatkan wanita dalam perawatannya
Pelayanan ANC Berdasarkan
Kebutuhan Individu
 Asuhan yang berorientasi pada wanita harus
dapat memenuhi hak-hak klien seperti:
 Setiap perempuan/ ibu penerima asuhan
mempunyai hak mendapatkan keterangan
mengenai asuhannya
 Setiap perempuan/ ibu mempunyai hak
mendiskusikan keprihatinannya dalam
lingkungan dimana ia merasa percaya
diri
 Setiap perempuan/ ibu harus mengetahui sebelumnya jenis
prosedur dilakukannya
 Prosedur harus dilaksanakan di dalam suatu lingkungan
(misalnya kamar bersalin) sebagai upaya hak ibu untuk
mendapatkan privasi dihormati
 Setiap perempuan/ ibu harus dibuat senyaman mungkin
ketika menerima pelayanan
 Setiap perempuan/ ibu mempunyai hak untuk mengutarakan
pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang
diterimanya
Skrining Untuk Deteksi Dini
 Deteksi dini merupakan upaya untuk menemukan
suatu komplikasi.
 Skrining merupakan alat untuk melakukan deteksi
dini. Skrining untuk menemukan keadaan yang
abnormal merupakan peran bidan yang penting
 Diagnostik tes dilakukan untuk memberikan
jawaban pasti
Melaksanakan Deteksi Dini Ibu dengan Kelainan,
Komplikasi, Penyakit yang Lazim Terjadi dalam
Kehamilan

a. Trimester I
 Assessment Risiko
 Penampilan umum/ Keadaan umum
 Berat badan
 Tinggi fundus
 Denyut jantung janin
 Promosi Kesehatan
 Intervensi Medis dan Psikososial
B.Trimester II
 Assessment Risiko
 Penampilan umum
 Tekanan Darah
 Berat badan
 Pertumbuhan fundus
 DJJ
 Skrining Triple marker Glukosa
urineHemoglobin/ hematokritUSG untuk
scan anatomi
 Promosi Kesehatan
 Intervensi Medis dan Psikososial
C. Trimester III
 Assessment Risiko
 Tekanan Darah
 Berat Badan
 Tinggi Fundus
 Letak/ presentasi janin
 DJJ
 Pemeriksaan serviks
 Skrining antibodi pada ibu dengan Rh negative,
Rapid Plasmin Reagin, Gonorhea/ Clamydia,
Trachomatis, HIV, Beta strep kultur
 Promosi Kesehatan
 Intervensi Medis dan Psikososial
Kelainan dan komplikasi dan penyulit
kehamilan pada trimester I

 Hiperemesis gravidarum
 Perdarahan
 Abortus
 Kehamilan Ektopik Terganggu
 Mola Hidatidosa,
 Anemia
Kelainan–Kelainan dan Komplikasi dan Penyulit
Kehamilan pada Trimester II dan III

 Letak janin
 Hipertensi
 Ketuban Pecah Dini
 Gerak anak yang kurang
 Kehamilan lewat waktu
 Kehamilan ganda
 Demam tinggi
 adanya tanda- tanda inpartu sebelum
waktunya.
 Sakit kepala hebat
Deteksi Dini Penyulit Persalinan

Alat untuk mendeteksi komplikasi


yang terjadi pada persalinan :

 Partograf
 Kardiotokografi
Tujuan penggunaan partograf :

 Mencatat hasil observasi dan kemajuan


persalinan dengan memeriksa pembukaan
serviks berdasarkan pemeriksaan dalam.
 Mencatat kondisi ibu dan janin.
 Mencatat asuhan yang diberikan selama
persalinan dan kelahiran.
 Mendeteksi apakah proses persalinan
berjalan secara normal. Dengan demikian
juga dapat secara dini mengidentifikasi
adanya penyulit.

 Menggunakan informasi yang ada untuk


membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepat waktu.
Sasaran Penggunaan Partograf
 Partograf harus digunakan :
 Untuk semua ibu dalam fase aktif kala I

persalinan sebagai elemen penting asuhan


persalinan
 Selama persalinan dan kelahiran di semua

tempat (rumah, puskesmas, BPS, RS, dll)


 Secara rutin oleh semua penolong

persalinan yang memberikan asuhan


kepada ibu selama persalinan dan
kelahiran (SpOG, bidan, dokter umum,
residen, mahasiswa kedokteran,
mahasiswa keperawatan)
Deteksi dini Masa Persalinan
Kala I:

1. Riwayat bedah sesar Segera rujuk ibu ke


fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan bedah sesar
2. Perdarahan pervaginam selain dari lendir
bercampur darah (show)  Jangan melakukan
pemeriksaan dalam,miring kiri, infus, RUJUK
3. Kurang dari 37 minggu (persalinan kurang
bulan)  Segera rujuk ibu ke fasilitas yg
memiliki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru
lahir.

4. Tanda-tanda atau gejala-gejala infeksi 


temperatur tubuh > 38oC, menggigil, nyeri
abdomen, cairan ketuban yang berbau 
Baringkan ibu miring ke kiri, Pasang infus
Lanjutan…
5. Ketuban pecah disertai dengan keluarnya
mekonium kental, atau sedikit mekonium
disertai tanda-tanda gawat janin, Ketuban
telah pecah (lebih dari 24 jam) atau Ketuban
pecah pada kehamilan kurang bulan (usia
kehamilan kurang dari 37 minggu) 
Baringkan ibu miring ke kiri, Dengarkan DJJ,
RUJUK
6. TD lebih dari 160/110 dan/atau terdapat
protein dalam urin (pre-eklampsia berat) 
Baringkan ibu miring kiri, Pasang infus, Jika
mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20%
IV selama 20 menit, Segera rujuk ibu,
Suntikan 10 g MgSO4 50% (5 g IM pada
bokong kiri dan kanan)
7. Tinggi fundus 40 cm atau lebih (makrosomia,
polihidramnion, kehamilan ganda)  Segera rujuk
ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk
melakukan bedah sesar, Dampingi ibu ke tempat
rujukan
8. DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180
kali/menit pada dua kali penilaian dengan jarak 5
menit (gawat janin)  Baringkan ibu miring ke
kiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur,
Pasang infus, Segera rujuk, Dampingi.
9. Primipara dalam persalinan fase aktif dengan
palpasi kepala janin masih 5/5  Baringkan ibu
miring ke kiri, Segera rujuk, Dampingi ibu ke
tempat rujukan
10. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang,
letak lintang dll)  Baringkan ibu miring ke kiri,
Segera rujuk, Dampingi ibu ke tempat rujukan

11. Persentasi ganda (majemuk)  Baringkan ibu


dengan posisi lutut menempel ke dada atau
miring ke kiri, Segera rujuk, Dampingi ibu ke
tempat rujukan
Lanjutan…
12. Tali pusat menumbung (jika tali pusat
masih berdenyut)  Gunakan sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi, letakkan 1
tangan di vagina dan jauhkan kepala janin
dari tali pusat janin, Segera rujuk,
Dampingi ibu ke tempat rujukan

13. Tanda & gejala syok:nadi cepat, tekanan


darahnya rendah, pucat, berkeringat
dingin, cemas, produksi urin
sedikitmiring kiri, posisi trendelenburg,
pasang infus, rujuk
14. Tanda dan gejala perslinan dg fase laten yang
memanjang  pembukaan serviks < dr 4 cm stlh
8 jam, kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10
menit)rujuk

15. Tanda dan gejala belum inpartu  < 2 kontraksi


dalam 10 menit, berlangsung < 20 detik, tidak
ada perubahan serviks dalam waktu 1 - 2
jammakan, minum, jalan-jalan, pulang jika
kontraksi berhenti

16. Tanda & gejala partus lama  Φ melebihi garis


waspada, Φ < 1 cm / jam, kontraksi < 2X dlm 10
menitrujuk
Kala II

1. Syok  Nadi cpt, TD , Pucat pasi, B”kringat,


dingin, Nafas cepat, Cemas, Produksi urin sedikit
 miring kiri, posisi trendelenburg, pasang infus,
rujuk
2. Dehidrasi  nadi >100x/mnt, menggigil, ketuban
berbau
3. Infeksi  Urin pekat, Prdksi urin sdkt (< 30
ml/jam)
4. PER  TD diastolik 90-110 mmHg, Proteinuria
hingga 2+.
5. PEB  TD diastolik 110 mmHg atau >, TD
diastolik 90 mmHg atau > dngn kejang, Nyeri
kepala, Gangguan penglihatan, Kejang setiap saat.
6. Inersia uteri  < 3 kontraksi dlm wkt 10
menit, masing-masing kontraksi
berlangsung < 40 dtk

7. Gawat janin DJJ < 120 atau > 160


X/mnt, mulai waspada adanya gawat janin,
DJJ < 100 atau >180 x/mnt

8. Kepala bayi tidak turun  Anjurkan ibu


untuk meneran sambil jongkok, jika bayi
tidak lahir dalam 1 jam (primi) 2 jam
(multi) lakukan rujukan.
Lanjutan…
9. Distosia bahu  Kepala bayi tdk melakukan
putaran paksi luar, Bahu bayi tdk lahir 
Lakukan episiotomi, Lakukan manuver
McRobert’s, Jika bahu belum lahir lakukan
manuver Wood dan/atau Wood Screw Crew
atau lakukan manuver Shwartz
10. Cairan ketuban bercampur mekonium 
Nilai DJJ, Jika DJJ normal, minta ibu
kembali meneran, Jika DJJ tidak normal,
tangani sebagai gawat janin
11. Tali pusat menumbung  Nilai DJJ

12. Lilitan tali pusat  jika longgar lepaskan tali


pusat, jika melilit erat klem talli pusat lalu
gunting.

13. Kehamilan kembar tak terdeteksi  nilai


DJJ, jika bayi ke 2 presentasi kepala
lahirkan secara normal, jika tidak terpenuhi
baringkan miring kiri.
Kala III dan IV

1. Retensio plasenta  Plasenta tidak lahir dalam waktu


30 menit setelah kelahiran bayi
2. Avulsi tali pusat  tali pusat putus, plasenta tidak
lahir
3. Atonia uteri  uterus tidak berkontraksi
4. Robekan jalan lahir  akibat dari perineum yg kaku
5. Syok  nadi cepat, lemah TD menurun, telapak tangan
dingin, wajah pucat.
6. Dehidrasi
7. Infeksi
8. PER, PEB
9. Kandung kemih penuh
Penyulit Persalinan
1. Distosia
2. Atonia uteri
3. Retensio plasenta
4. Robekan jalan lahir
5. Perdarahan Kala IV ( primer )
6. Emboli air ketuban
7. Inversio Uteri
8. Syok Obstetrik
Deteksi dini Masa Nifas
 Kunjungan ke I  6-8 jam setelah
persalinan
 Kunjungan ke II  6 hari setelah
persalinan
 Kunjungan ke III  2 minggu setelah
persalinan
 Kunjungan ke IV  6 minggu setelah
persalinan
6-8 jam setelah persalinan

 Mencegah perdarahan masa nifas karena


atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan: rujuk bila perdarahan
berlanjut
 Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia
 Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.
6 hari setelah persalinan
 Memastikan involusi uterus berjalan
normal: uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal
• memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
• memastikan ibu menyusui denga baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
• memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan
merawat bayi sehari-hari
2 minggu setelah persalinan

 memastikan involusi uterus berjalan normal:


uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau
 menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapatkan cukup
makanan, cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
 Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
6 minggu setelah persalinan

 Menanyakan pada ibu tentang penyulit-


penyulit yang ia atau bayi alami
 Memberikan konseling untuk KB secara dini
 Hubungan seksual
Komplikasi Nifas

1. Hemoragi Postpartum
2. Rasa sakit waktu berkemih
3. Eklamsia Postpartum
1. Nekrosis pars anterior hipofisis postpartum
(syok setelah perdarahan)
tanda gejala : amenorea, gejala2 insufisiensi
pada alt2 lain yg fxnya dipengaruhi oleh
hormon2 pars anterior hipofisis (glandula
tireodea, glandula suprarenalis)
2. Peritonitis
Tanda gejala: nyeri perut bag bwh,
menggigil, peningkatan nadi, peningkatan
suhu, nyeri saat BAK, Distensi abdomen dan
nyeri abdomen, pucat
3. Endometritis, tanda gejala : peningkatan denyut
nadi, peningkatan suhu, menggigil, perpanjangan
rasa nyeri setelah melahirkan, sub involusi uterus,
distensi uterus, distensi abdominal, peningkatan
jumlah lochea, uterus sedikit membesar, lembek
dan nyeri saat diraba. Dx Endometritis terkadang
membingungkan, karena terdapat kesamaan
dengan infeksi kandung kemih.

4. Bendungan Payudara, Tanda gejala : nyeri pada


payudara, payudara bengkak dan tegang,
1. Mastitis (infeksi payudara coz bakteri
Staphylococcus Aureus) yg msk dlm putting
susu ibu,
Sumber bakteri: hidung, tenggorokan bayi,
tangan ibu, biasany terjadi pd minggu pertama
PP
Tanda gejala: peningkatan suhu dan nadi, nyeri
pd daerah payudara, kemerahan dan nyeri
raba pd payudara, gejala seperti flu (nyeri otot,
batuk, sakit kepala),
2. Thrombhoplebitis
 Pelvio thromboplebitis (mengenai vena2 dinding
uterus dan ligamentum latum), tanda gejala : nyeri
perut bag bwh/smping,
Penderita nampak sakit berat dgn gambrn sbb:
 menggigil berulang kali dgn interval hanya
beberapa jam kdg2 3 hari
 suhu tubuh naik turun secara tajam
 cenderung terbentuk pus, yg menjalar keman2,
terutama paru2
 penyakit dpt b’langsung selama 1-3 jam
 Gambrn darah : terdpt leukositosis
 Komplikasi : pd paru (infark, abses, pnemonia), pd
ginjal (nyeri mendadak diikuti protein uria dan
hematuria),
 Thromboplebitis femoral (mengenai vena2 pd
tungkai, mis vena femoralis), sering terjadi pd hr ke 6-
20 yg ditandai dgn peningkatan suhu dan nyeri
tungkai,
tanda gejala :
 Suhu tubuh meningkat
 Pada kaki sedikit fleksi, rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dgn kaki lainnya
 Seluruh bagian dari salah satu vena pd kaki terasa
tegang & keras pd paha bag atas,
 Nyeri hebat pd lipatan paha dan daerah paha
 Kaki bengkak, tegang, putih, nyeri dan dingin,
 Oedema
 Nyeri pada betis yg terjadi secara spontan atau
dengan memijat betis
1. Sub involusi uterus
Merupakan terganggunya proses kembalinya
uterus ke kondisi sblm hamil, penyebab : sisa
plasenta, endometritis, mioma uteri.
Tanda gejala : kadng2 tjd prdarahan, bimanual ->
uterus lebih besar dan lembek dr pd seharusnya
karena lamanya masa nifas.
2. Perdarahan Postpartum Sekunder (24 jam-6
minggu PP), penyebab : sub involusi uterus,
kelainan kongenital uterus, involusi uterus,
mioma uteri,
Tanda Bahaya Kala IV
tanda bahaya :
• Demam. - infeksi,
• Perdarahan aktif.  retensio plac, atonia uteri
• Bekuan darah banyak.
• Bau busuk dari vagina  infeksi
• Pusing.  eklamsi
• Lemas luar biasa  HPP, anemia,
• Kesulitan dalam menyusui  gangg.
Psikologis
• Deteksi dini komplikasi masa nifas
• Anemia
1. Risiko ini terjadi bila ibu mengalami
perdarahan yang banyak, apalagi bila sudah
sejak masa kehamilan kekurangan darah
terjadi. Di masa nifas, anemia bisa
menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tak cukup memberikan oksigen
ke rahim.
• Eklampsia dan preeklampsia
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28,
ibu harus mewaspadai munculnya gejala
preeklampsia. Jika keadaannya bertambah
berat bisa terjadi eklampsia, dimana
kesadaran hilang dan tekanan darah
meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh
darah otak bisa pecah, terjadi oedema pada
paru-paru yang memicu batuk berdarah.
Semuanya ini bisa menyebabkan kematian.
• Perdarahan postpartum
1. Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu
melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang
kemungkinannya sangat tinggi
2. terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan
bertambah naik

Involusi TFU Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi Pusat 1000 gram
Uri Lahir 2 Jari b/ pusat 750 gram
1 minggu ½ pusat sympisis 500 gr
2 minggu Tidak teraba 350 gram
6 minggu Tambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
• Depresi masa nifas

1. Terjadi terutama di minggu-minggu pertama


setelah melahirkan, di mana kadar hormon
masih tinggi.
2. Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin
menangis tanpa sebab yang jelas.
3. Tingkatannya bermacam-macam, mulai dari
neurosis atau gelisah saja yang disertai
kelainan tingkah laku, sampai psikosis
seperti penderita sakit jiwa dan kadang-
kadang sampai tak sadar, seperti meracau,
mengamuk, dan skizofrenia. Situasi depresi
ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi
dengan situasi nyatanya.
• Infeksi masa nifas
1. Pada saat nifas, adanya darah yang keluar
merupakan proses pembersihan rahim dari
sel-sel sisa jaringan, darah, lekosit, dan
lainnya.

2. Gejala infeksi nifas tergantung pada bagian


tubuh yang diserang. Pada minggu-minggu
pertama, gejala yang terjadi akibat perluasan
infeksi biasanya belum terlihat. Setelah
infeksi berkembang lebih lanjut, barulah
gejala berikut mulai terlihat.
3. Bila infeksi terjadi pada daerah antara
lubang vagina dan anus, bagian luar alat
kelamin, vagina atau mulut rahim , biasanya
timbul gejala, yakni:
- Rasa nyeri dan panas pada tempat yang
terinfeksi.
- Kadang-kadang, rasa perih muncul ketika
buang air kecil.
- Sering juga disertai demam.
4. Bila terjadi infeksi pada selaput lendir rahim ,
gejalanya bisa dikenali dari cairan yang
keluar setelah melahirkan. Cairan ini
seringkali tertahan oleh darah, sisa-sisa
plasenta atau selaput ketuban. Padahal, ini
mengakibatkan gejala berikut:
- Suhu tubuh meningkat.
- Rahim membesar disertai rasa nyeri.
5. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh
darah balik ke berbagai organ tubuh , seperti
paru-paru, ginjal, otak, atau jantung, akan
mengakibatkan terjadinya abses-abses di
tempat tersebut.
6. Bila infeksi menyebar melalui pembuluh
getah bening dalam rahim , dapat langsung
menuju selaput perut atau kadang melalui
permukaan selaput lendir rahim menuju
saluran telur serta indung telur. Nah, gejala
yang akan muncul berupa:
- Rasa sakit.
- Denyut nadi meningkat
- Suhu tubuh meningkat disertai menggigil.
7. Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala
demam tinggi dan nifasnya berbau busuk.
Selain itu rahim bisa menjadi lembek dan tak
berkontraksi sehingga bisa terjadi
perdarahan. Meski infeksi ini jarang berakibat
fatal, tapi bila terjadi komplikasi bisa
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai