Anda di halaman 1dari 69

Primigravidagravid 35-36 Minggu Preterm,

Prematur Kontraksi, KPD 13 Jam,oligohidramnion+


Janin Tunggal Hidup Intrauterin, Presentasi Kepala
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD)  salah satu kasus obstetri yang
menjadi penyebab terbesar persalinan prematur
Terjadi pada 10% persalinan
Sering terjadi pada pasien
ekonomi rendah,
ibu perokok
usia muda
ibu dengan infeksi B streptokokus dan bacterial vaginosis
01
• Indonesia (2002-2003) angka kematian ibu
sebanyak 307 per 10.000 kelahiran hidup
atau setiap jamnya terdapat 2 orang ibu
hamil meninggal karena berbagai sebab.

02
• Salah satu penyebab langsung
kematian ibu adalah karena infeksi
sebesar 20-25% dalam 100.000
kelahiran hidup dan KPD merupakan
penyebab paling sering menimbulkan
infeksi pada saat mendekati persalinan

03 • 65%  komplikasi dari ketuban pecah


dini
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien Identitas Suami

Nama : Ny. HN
Nama : Tn. A
Usia : 29 tahun
Umur : 29 tahun
Pendidikan : Sarjana
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Agama : Islam
Suku : Melayu
Suku : Melayu
Status : Menikah
Status : Menikah
Alamat : Pangkalan kerinci
Alamat : Pangkalan Kerinci
No RM : 01054432
ANAMNESIS

Pasien datang ke VK IGD RSUD AA Pekanbaru


pada tanggal 06 Desember 2020 pukul 15.15 WIB
dirujuk dari RS Syafira
dengan G1 gravid 34-35 minggu preterm, KPD 13 jam,
janin tunggal hidup intrauterin, presentasi kepala
Anamnesis

Keluhan utama
Keluar air-air yang banyak tak tertahankan dari jalan lahir
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkankeluar air-air dari jalan lahir sejak 13 jam SMRS, keluar
air-air yang tidak dapat ditahan, berwarna jernih, tidak berbau, dan membasahi
1 helai celana dalam pasien. Keluhan Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari juga
dirasakan hilang timbul oleh pasien sejak 1 hari SMRS.Keluhan keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahir (-), keluar darah dari jalan lahir (-).

Keluhan tersebut menyebabkan pasien memeriksakan diri ke RS Syafira


namun karena ruangan penuh pasien dirujuk ke RSUD Arifin Achmad untuk
penanganan lebih lanjut.
ANAMNESIS
Pasien saat ini mengaku hamil 8,5 bulan dengan HPHT 29 Maret 2020,
taksiran persalinann 05 Januari 2021, usia kehamilan 35-36 minggu. Selama
kehamilan ini pasien mengaku hanya 1x memeriksakan kehamilannya ke dokter
kandungan pada saat usia kehamilan 5 bulan, dilakukan USG oleh dokter
kandungan dan di katakan janin dalam keadaan baik. Pasien juga mengatakan
rutin minum vitamin selama hamil. Riwayat mual muntah saat hamil muda (+),
demam (-), keluhan keputihan (+) berbau amis, sedikit gatal, berwarna putih, gigi
berlubang (-), nyeri BAK (-), diurut-urut (-), trauma (-).
ANAMNESIS
Riwayat hamil muda
Mual (+), muntah (+), perdarahan (-)

Riwayat hamil tua


Demam (-),gigi berlubang (-), nyeri BAK (-), diurut-urut (-), trauma (-),
keputihan (+) berbau amis, sedikit gatal, berwarna putih

Riwayat prenatal care


Kontrol kehamilan ke dokter kandungan, sebanyak 1 kali, dilakukan USG dan
dikatakan janin dalam keadaan baik
ANAMNESIS
Riwayat minum obat
Konsumsi vitamin dari dokter kandungan

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit jantung (-),riwayat penyakit paru (-), riwayat penyakit
ginjal(-), riwayat penyakit hepar (-),diabetes melitus (-), riwayat alergi (-),
hipertensi(-)

Riwayat penyakit keluarga


Hipertensi (-), diabetes melitus (-), TBC (-), riwayat penyakit menular seksual
(-), cacat bawaan (-), gangguan kejiwaan (-), keganasan (-)
ANAMNESIS

Riwayat haid
Menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama haid 5-6 hari, ganti
pembalut 2-3 kali tiap hari, nyeri haid (-), HPHT 29 Maret 2020

Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali, tahun 2016 usia 25 tahun

Riwayat persalinan
G1: Hamil saat ini
ANAMNESIS
Riwayat pemakaian kontrasepsi
Tidak pernah
 
Riwayat sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai guru dengan pendidikan terakhir sarjana dan suami
pasien bekerja sebagai wiraswasta dengan pendidikan terakhir sarjana
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Vital sign
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,70 C

Gizi : 20,33 (normoweight)


TB : 157 cm
BBSH : 50 kg
BBH : 60 kg
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik


Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Jantung : S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop(-)
Paru : Simetris, tidak ada bagian yang tertinggal, vesikuler (+/+),
ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Status obstetrikus
Genitalia : Status obstetrikus
Ekstremitas: Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae
• Inspeksi : Papila mammae menonjol, corpus mammae simetris,
tanda-tanda radang (-), retraksi (-),areola mammae hiperpigmentasi,
tidak ada retraksi dan tidak ada menyerupai kulit jeruk.
• Palpasi : Corpus mammae nyeri (-), benjolan (-), areola mammae
tidak mengeluarkan ASI, teraba kenyal.
PEMERIKSAAN FISIK

Status Obstetri
Abdomen
• Inspeksi : tampak membuncit sesuai usia kehamilan preterm, striae gravidarum (+).
• Palpasi
– Leopold I : TFU 4 jari di bawah processus xyphoideus.
Teraba massa bulat, lunak, tidak melenting, kesan bokong.
– Leopold II : Teraba tahanan memanjang di bagian kiri dan bagian terkecil
janin disebelah kanan, kesan punggung kiri.
– Leopold III : Teraba massa bulat, keras, melenting, kesan kepala.
– Leopold IV : Konvergen, 5/5.
TFU 28 cm, TBJ klinis 2325 gram, kontraksi (-), DJJ: 142 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK

Genitalia Eksterna
• Inspeksi : Vulva tampak rembesan cairan jernih keluar
dari introitus vagina, uretra tampak tenang

Genitalia Interna
• Inspekulo : Portio livide, arah posterior, OUE tertutup, fluksus(+)
cairan jernih di forniks posterior, lakmus test (+), valsava
test (+),fluor albus (+), fluksus darah (-)

• VT Bimanual : Tidak dilakukan


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium (07/11/2020) USG 06Desember 2020


VK IGD RSUD AA Janin tunggal hidup intra uterin,
presentasi kepala
Darah lengkap :
Hb : 11,13 g/dL FM (+), FHR (+)
Leu : 6.820 /UL Biometri
Trombosit : 204.000 /uL
BPD : 8,82 cm (35w5d)
Hematokrit : 34,7 %
Neutrofil : 86,8 % (H) AC : 30,88 cm (34w6d)
HC : 31,62 cm (35w4d)
PT INR : FL : 6,93 cm (35w4d)
PT : 13,2 s
INR : 0,92 EFW 2482 gr
PTT : 33,0 s Plasenta implantasidicorpus anterior,
maturasi grade II
Kimia Klinik:
Cairan ketuban kurang dengan MVP
CRP kuantitatif : 3,1 mg/L
HBsAg Kualitatif : Non Reaktif 0,95 cm
HIV Kualitatif : Non Reaktif
Kesan :Janin tunggal hidup intrauterin,
presentasi kepala, UK 35 minggu 4 hari
sesuai biometri, oligohidramnion
DIAGNOSA KERJA
Primigravida gravid 35-36 minggu preterm,prematur kontraksi,
KPD 13 jam,oligohidramnion+ janin tunggal hidup intrauterin,
presentasi kepala
TATALAKSANA

1. Awasi hemodinamik ibu dan janin


Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, his, denyut jantung janin
Observasi tanda infeksi intrauterin dan gawat janin
2. Konservatif, jika ada tanda-tanda fetal distress lakukan terminasi
perabdominal
 
IVFD RL 20 tpm
Inj. Cefotaxim 2x1 gr
Nifedipine 3 x 10 mg
Pronalges Supp 3 x 100 mg
Dexametason 2 x 6 mg (2hari)
Rencana Konsul Fetomaternal, senin 07 Desember 2020
Rencana swab vagina dan urinalisa, senin 07 Desember 2020
FOLLOW UP

07 Desember 2020, pukul 06.00 WIB 8 Desember 2020, pukul 06.00 WIB
CTG CTG
Baseline : 130 dpm Baseline : 112 dpm
Variabilitas : 15 dpm Variabilitas : 10 dpm
Akselerasi : (+) Akselerasi : ada
Deselerasi : tidak ada Deselerasi : tidak ada
Kontraksi : tidak ada Kontraksi : ada
Gerak janin : >2 kali dalam 10 menit Gerak janin : <2x dalam menit
Kesan : CTG kategori 1 Kesan : CTG kategori 2
 
•Pasien direncanakan terminasi
perabdominam, SC CITO
•Edukasi keluarga, inform consent,
konsul anestesi, anak dan paru
FOLLOW UP KONSERVATIF
Tgl/Jam Perjalanan Penyakit Terapi
07 Desember 2020 S:keluar air-air dari jalan lahir (+)  Observasi KU, TTV, DJJ,
O: kontraksin
Keadaan umum : baik  Inj. Cefotaxim 2 x 1gr
kesadaran : compos mentis  Ketoprofen 3 x 100mg
TD : 112/73 mmHg  Inj. Dexametason 2 x 6 mg (2hari)
HR : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C
DJJ:148 x/menit
A: Primigravida gravid 35-36 minggu preterm, prematur kontraksi, KPD 13
jam,oligohidramnion + janin tunggal hidup intrauterin, presentasikepala

08Desember 2020 S : keluar air-air dari jalan lahir (+) Rencana SC cito a/i fetal distress
O:
Keadaan umum : baik
kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C
DJJ: 110x/menit
A: Primigravida gravid 35-36 minggu preterm, prematur kontraksi, KPD 13
jam,oligohidramnion + janin tunggal hidup intrauterin, presentasikepala
Laporan Operasi
Laporan SCTPP (08/12/2020)
Pukul 07.10 – 08.25 WIB
1. Pasien posisi terlentang di atas meja operasi dalam anestesi spinal
2. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya. Dilakukan dengan
larutan betadin 10% didaerah abdomen diperluas ke genitalia eksterna dan 1/3 proksimal femur
bagian depan dan bawah
3. Derah operasi diperkecil dengan membberikan duk steril. Duk pertama dipasang mulai setinggi
pubis sampai menutupi kepala. Dua buah duk dipsang di kiri dan kanan linea mediana
4. Dilakukan insisi pronen-steil selebar 10 cm, dibuka lapis demmi lapis
5. Saat peritoneum dibuka tampak uterus gravid
6. Insisi semilunar SBU disayat, ditembus dan dilebarkan dengan cara tumpul
7. Dengan mengeluarkan kepala, lahir bayi perempuan berat badan lahir 2400 gram, panjang
badan 48 cm, apgar score 8/9, ballard score 36-38
8. Dengan tarikan ringan pada tali pusat, plasenta dilahirkan lengkap, berat 350 gram.
9. Uterus dikeluarkan dari rongga abomen, kavum uteri dibersihkan
10. Dilakukan penjahitan miometrium 2 lapis dengan jelujur, benag chromic No
11. Dipastikan kontraksi uterus baik
12. Dipasang IUD TL, dipastikan tidak ada perdarahan aktif.
13. Abdomen ditutup lapis demi lapis
14. Perdarahan intra operasi 200cc. Urin 250 cc jernih.
15. Tindakan selesai
Foto Operasi ( 08/12/2020)
Data Bayi : Data Tali Pusat:
Tali pusat layu
BB: 1500gram Loop (-)
PB: 36cm Coil (-)
Apgar score 0/0 Insersi velamentosa
Komponen neuromuscular (-)
Ballard Score tidak dapat Arteri 2, Vena 1
dihitung  
Anus (+)
Lilitan tali pusat (-)
Data Plasenta:
Maserasi gr I
Selaput dan
kotiledon lengkap
Kalsifikasi (-)
Hematom
retroplasenta (-)
 
Diagnosis Post Operasi
P1A0H1 post SCTPP a/i fetal distress KPD 1 hari + oligohidramnion

Instruksi Post Op :
1. Awasi Hemodinamik Stabil
• Observasi KU, TV, TFU, kontraksi, perdarahan
• IVFD RL 500 cc /8 jam-24 jam post sc + oksitosin 1 ampul
2. Cegah infeksi
• Cefotaxim 2 x 1 gr
3. Cegah nyeri
• ketorolac 3 x 1 amp
4. Cegah anemia
• Hemafort 1x 360 mg
5. Mobilisasi
6. Balance cairan
7. Cek DPL post op
8. DC 3 x 24 jam
9. GV hari ke-3
10. Rencana rawat teratai 1
Pengawasan 2 jam post op DPL 6 jam post op

Pengawasan 2 jam post op:


Jam TD HR RR T TFU Kontraksi Perdarahan Urin
08.30 110/60 85 20 36,6 2 jari bawah pusat Baik Minimal 300
08.45 110/57 85 20 36,7 2 jari bawah pusat Baik Minimal 315
09.00 116/53 86 22 36,6 2 jari bawah pusat Baik Minimal 330
09.30 115/52 86 22 36,6 2 jari bawah pusat Baik Minimal 340
10.00 112/49 89 20 36,6 2 jari bawah pusat Baik Minimal 350
10.30 115/60 89 20 36,6 2 jari bawah pusat Baik Minimal 360

DPL6 jam post op:


• Hb :10,4gr/dL
• Ht : 34,7 %
• Leukosit : 10.320/uL
• Trombosit : 190.000/uL
Follow up Post operasi
09 Desember 2020
Subjektif Objektif Assesment Plan
•Infus RL 500 mL + Oksitosin 20 iu 20 tpm
Nyeri bekas operasi (+) Keadaan umum : baik P2A0H2 post SCTPP a/i fetal distress+ KPD 1 hari
•Cegah infeksi : inj. Cefotaxim 2 x 500 gr
kesadaran : compos mentis (POD 1) •Cegah nyeri : asam mafenamat 3 x
500mg
TD : 112/73 mmHg
•Hemafort 1 x1
HR : 84 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C

B : ASI (-)
U : TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi baik
B : BAK (-) terpasang kateter
B : BAB (-), BU (-)
L: lukia rubra (+)
E: luka bekas operasi di tutupi verban
M: mobilisasi bertahap
Follow up Post operasi
10 Desember 2020

Subjektif Objektif Assesment Plan


Cegah infeksi : Cefadroxil tab 2 x 500 mg
Nyeri bekas operasi (+) Keadaan umum : baik P2A0H2 post SCTPP a/i fetal distress+ KPD 1 hari
Cegah nyeri : Asam mefenamat tab 3 x 500 mg
kesadaran : compos mentis (POD 2) Cegah anemia : Hemafort 1 x1
TD : 110/80 mmHg
HR : 92 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C

B : ASI (-)
U : TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi baik
B : BAK (+) terpasang kateter 800cc, jernih
B : BAB (-), BU (+)
L: lukia rubra (+)
E: luka bekas operasi di tutupi verban
M: mobilisasi bertahap
Follow up Post operasi
11 Desember 2020

Subjektif Objektif Assesment Plan


Nyeri bekas operasi (+) Keadaan umum : baik P2A0H2 post SCTPP a/i fetal distress+ KPD 1 hari •Cegah infeksi :
kesadaran : compos mentis (POD 3) Cefadroxil tab 2 x 500 mg
TD : 120/80 mmHg •Cegah nyeri :
HR : 88 x/menit Paracetamol tab 3 x 500 mg
RR : 20 x/menit •Cegah anemia :
S : 36,50C Hemafort 1 x1
  •Aff DC
B : ASI (-) •Rencana pulang
U : TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi baik
B : BAK (+) terpasang kateter 1000cc, jernih
B : BAB (+), BU (+)
L: lukia rubra (+)
E: luka bekas operasi di tutupi verban
M: mobilisasi bertahap
Prognosis
dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi
• KPD atau Premature Rupture of Membrane (PROM)  keadaan
pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan
• pecahnya ketuban secara spontan pada saat belum inpartu, bila
diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda-tanda awal persalinan
ETIOLOGI
• Sebagian kasus tidak di ketahui
• Infeksi
• Sosial ekonomi yang rendah  rendahnya perawatan antenatal
care
• Fisiologi selaput ketuban yang abnormal
• Serviks yang inkompetensi
• Trauma
• Hubungan seksual
• Pemeriksaan dalam
PATOGENESIS
• Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum
ketuban pecah dini  Penyakit-penyakit seperti pielonefritis,
sistitis, sevisitis, vaginitis
• Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
• Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis)
• Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi
• Multifara
• malposisi
• servik inkompeten
• dan lain-lain
Tanda dan Gejala
• keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
• berbau amis (tidak seperti bau amoniak)
• Bila terjadi infeksi
• Demam
• bercak vagina yang banyak
• nyeri perut
• denyut jantung janin bertambah cepat
DIAGNOSIS
• Penilaian awal
• konfirmasi diagnosis
• konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin
• penilaian kesejahteraan maternal dan fetal
Diagnosis
• Anamnesis
• waktu dan kuantitas cairan yang keluar
• Usia gestasi dan tafsiran persalinan
• Riwayat KPD sebelumnya
• Faktor resiko

• Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Spekulum :
Menilai adanya servisitis, prolaps tali pusat, atau prolaps bagian terbawah
janin (pada presentasi bukan kepala) dilatasi dan pendataran
serviks,mendapatkan sampel dan mendiagnosis KPD aterm secara visual.
Diagnosis
• Jika cairan amnion jelas terlihat mengalir dari serviks  tidak
perlukan pemeriksaan lainnya untuk mengkonfirmasi diagnosis
• Jika diagnosis tidak dapat dikonfirmasi  lakukan tes pH dari
forniks posteriorvagina
• USG
• Menilai indeks cairan amnion
KOMPLIKASI
IBU BAYI
• endomiometritis • Infeksi intrauterin
• Korioamnionitis • Sindrom distres pernafasan
• Septikemia
• Oligohidromnion
• Kompresi tali pusat
KEHAMILAN & PERSALINAN
• Partus prematurus
• Hipoplasia pulmonary
• Prolaps tali pusat • Malpresentasi janin
• Partus lama
• Dry labor
PENATALAKSANAAN
Menurut POGI tahun 2006

Ketuban pecah dini pada kehamilan > 35 minggu


• Prinsipnya lahirkan janin
• Beri antibiotika profilaksis

Ketuban pecah dini pada kehamilan 32 – 35 minggu


• Terapi antibiotik
• Pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV
• Tokolisis: β mimetic, Ca channel blocker
• Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban sangat sedikit
amnio infusi
• Ekspektatif bila paru telah matang
Ketuban pecah dini pada kehamilan < 32 minggu
• Terapi antibiotik
• Pematangan paru beta/dexa metasone 12 mg IV bila kehamilan >
28 minggu
• Tokolisis: β mimetic, Ca channel blocker
• Jika terdapat kompresi tali pusat atau plasenta akibat air ketuban
sangat sedikit amnio infusi
• Sedapat mungkin dipertahankan sampai 33 – 35 minggu, jika tidak
ada infeksi
Prognosis
Prognosis ditentukan 
Prognosis untuk janin tergantung :
• cara penatalaksanaan
• Maturitas janin : bayi yang beratnya di • komplikasi-komplikasi dari
bawah 2500 gram mempunyai prognosis kehamilan
yang lebih jelek dibandinng bayi lebih
besar

• Presentasi : presentasi bokong


menunjukkan prognosis yang jelek

• Infeksi intra uterin meningkat mortalitas


janin
Semakin lama kehamilan berlangsung
dengan ketuban pecah, maka tinggi insiden
infeksi
PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang tersebut, pada laporan kasus ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai ketuban pecah dini terkait alur penegakan
diagnosis, komplikasi, berikut tatalaksana. Permasalahan yang terdapat
dalam laporan kasus ini adalah :

Bagaimanakah langkah-langkah untuk menegakkan


diagnosis kasus ini ?

Apakah faktor risiko yang dimiliki pasien ini?

Apakah penatalaksanaan pada


kasus ini sudah tepat?
01.
Bagaimanakah langkah-langkah
untuk menegakkan diagnosis
kasus ini ?
Diagnosis pada pasien ini :

Primigravida gravid 35-36 minggu


preterm,prematur kontraksi,
KPD 13 jam,oligohidramnion+ janin
tunggal hidup intrauterin, presentasi
kepala
Bagaimana langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis
pada kasus ini?

ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK PENUNJANG
Dari anamnesis didapatkan pasien Pada pemeriksaan fisik obstetric
mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir yang didapatkan vagina pooling berupa Pada pemeriksaan
tidak tertahankan sejak 13 jam SMRS. Keluar cairan ketuban yang menumpuk di penunjang yaitu
air-air dari jalan lahir yang tidak tertahankan forniks posterior dibuktikan dengan
berwarna jernih, tidak berbau, serta membasahi USG didapatkan
pemeriksaan lakmus dan valsava .
satu pakaian dalam pasien. Pasien memiliki MVP 0,95 cm.
riwayat keputihan yang gatal dan berbau tidak
pernah diobati serta memiliki riwayat gigi
berlubang.
● Ketuban pecah dini atau spontaneusearly prematur rupture of
membran adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan pada usia kehamilan aterm dan preterm, dan ditunggu
satu jam belum dimulainya tanda persalinan atau ketuban pecah
sebelum waktunya.
● Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang. Tanda dan gejala
yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina
PREMATURE KONTRAKSI
TANDA-TANDA HIS INPARTU
yaitu his yang adekuat yang berulang secara teratur
dengan frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit durasi
≥ 30 detik, fundal dominan yang menyebabkan dilatasi
serviks dibuktikan dengan pemeriksaan dalam.

Pada pemeriksaan kontraksi di fundus uteri,


didapatkan terjadinya kontraksi sebanyak 1 kali
dalam 10 menit durasi 15 detik, sehingga his
pada pasien ini  his yang tidak adekuat 
kontraksi premature.
Oligohidramnion
Pada pemeriksaan penunjang yaitu USG didapatkan
air ketuban yang kurang dengan Maximal Vertical
Pocket (MVP) P 0,95 cm. Jika MVP < 2 cm
dikategorikan sebagai oligohidramnion. Pada pasien
dapat disimpulkan mengalami oligohidramnion.
02.
Apakah faktor risiko
yang terdapat pada
pasien?
INFEKSI
• Faktor risiko terjadinya ketuban pecah dini pada pasien ini adalah
infeksi dengan ditemukan tanda-tanda adanya keputihan, gatal dan
berbau amis dan tidak diobati dan pada pemeriksaan inspekulo
ditemukan adanya fluor albus.
• Begitu juga dengan sosial ekonomi yang rendah. Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebab terbanyak. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang
berhubungan dengan rendahnya kualitas perawatan antenatal,
penyakit menular seksual.
INFEKSI
• Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler amnion,
korion dan apoptosis membran janin.
• Membran janin dan desidua  stimulus seperti infeksi 
peregangan selaput ketuban  memproduksi mediator seperti
prostaglandin, sitokinin dan protein hormon  merangsang aktivitas
“matrix degrading enzyme”.
INFEKSI
Telah disebutkan diatas bahwa pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstraseluler
amnion, korion dan apoptosis membran janin. Membran janin dan desidua
bereaksi pada stimulus seperti infeksi sehingga jika ibu memiliki infeksi akan
meningkatkan risiko ketuban pecah dini. Infeksi intrauterine mungkin terjadi
karena transfer transplasental dari infeksi sistemik maternal, infeksi
retrogradeke kavum peritoneum dari tuba falopi, infeksi ascending oleh bakteri
dari vagina dan serviks.
03.
Apakah
penatalaksanaan pada
kasus ini sudah tepat?
Pada pasien ini dilakukan
• Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, tanda-tanda infeksi
intrauterine, gerakan janin, denyut jantung janin, dan kontraksi.
• Pasien harus bedrest dan dilakukan penanganan untuk infeksi
yaitu antibiotik dengan pemberian Cefotaxim 2x1 gr intravena dan
pematangan paru dengan pemberian dexamethasone 2x6 mg.
PEMATANGAN PARU

• Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru dengan


bethametasone 12 mg/ 24 jam secara IM atau
deksametasone 2 x 6 mg/ 12 jam untuk 4 kali pemberian.
• Berdasarkan RCOG 2004, penggunaan bethametasone
lebih disarankan. Pemberian kortikosteroid yang singkat pada
ketuban pecah karena jika pemberian jangka panjang akan
meningkatkan angka infeksi.
• Pemberian terapi konservatif pada pasien ini dilakukan untuk
menunda persalinan sehingga dapat memberikan waktu untuk
pematangan paru janin.
TOKOLITIK

• Pemberian tokolitik digunakan untuk menunda proses


persalinan setidaknya sampai dengan 48 jam.
• Obat-obat golongan Beta-adrenergic reseptor agonis,
calcium-channel blockers dan prostaglandin inhibitors
direkomendasikan sebagai tokolitik dengan penggunaan
jangka pendek sampai 48 jam.
TOKOLITIK

• Calcium channel blockers sebagai tokolitik dengan


menghambat masuknya ion K ke dalam membrane sel
sehingga tidak terjadi pompa Na-K sehingga kontraksi tidak
terjadi lagi.
• Obat yang digunakan adalah nifedipine karna termasuk
calcium-channel blockerskerja cepat. Pada pasien ini
diberikan nifepine 3x10 mg sebagai tokolitik.
ANTIBIOTIK

• Profilaksis diberikan berupa injeksi cefotaxim intravena.


• Pemberian antibiotik sprektum luas  untuk mencegah dan
sebagai terapi infeksi baik yang akan terjadi ataupun yang
sudah terjadi sebelumnya.
• Terapi konservatif digunakan untuk memperpanjang usia
kehamilan dan menurunkan morbiditas serta mortalitas ibu
dan janin.
TERMINASI

• Pada pasien ini dilakukan tatalaksana koservatif namun


pada hari kedua, denyut jantung janin berada dibawah 120
yang menandakan terjadinya fetal distress  terminasi
perabdominal.
• Tatalaksana terminasi kehamilan pada pasien ini sudah
tepat. Setelah dilakukan persalinan perabdominam pasien
dan bayi dirawat gabung di Teratai 1.
SIMPULAN DAN
SARAN
SIMPULAN
• Diagnosis pada kasus ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
• Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, kemungkinan faktor resiko pada pasien ini adalah
riwayat keputihan yang gatal, berbau amis dan tidak diobati.
• Penatalaksanaan pada pasien ini dilakukan induk terminasi
perabdominal karena terjadi Fetal Distress.
SARAN
• Penegakan diagnosis pada pasien seharusnya dilakukan antenatal
care di rumah sakit untuk menghindari komplikasi.
• Faktor risiko pada pasien ini dengan keputihan sebaiknya
diberitahu lebih awal risiko yang mungkin terjadi dan diobati.
THANK YOU
Insert the SubTitle of Your Presentation

Anda mungkin juga menyukai