Kalimantan
Kerajaan Pontianak dan Banjarmasin
Point-Point 1 Letak Geografis
Materi
2 Latar Belakang Berdiri
01
3 Nama Raja-Raja
02
4 Kehidupan Sosial Ekonomi
5 3 Hasil Kebudayaan
“ “
Terletak di Kalimantan Barat, antara lain Tanjungpura dan Lawe.
“
Didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, putra ulama keturunan Arab
Handramaut dari Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14
Rajab 1185 H)
Ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai
Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah.
Tahun 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan
Pontianak.
Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami Pontianak
(kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang
“
sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota
Pontianak, Kalimantan Barat
Nama Raja-Raja
Syarif Abdurrahman
01 Alkadrie
memerintah dari tahun
04 Syarif Hamid Alkadrie
1771-1808 memerintah dari tahun
1855-1872.
Syarif Kasim Alkadrie
02 memerintah dari tahun
1808-1819.
05 Syarif Yusuf Alkadrie
memerintah dari tahun
1872-1895.
Syarif Osman Alkadrie
03 memerintah dari tahun
1819-1855. .
Ekonomi Sosial
• Perdagangan Masyarakat Pontianak dikelompokkan
Berkembang pesat karena letak secara sosial berdasarkan identitas Kehidupan
Pontianak yang berada di kesukuan, agama, dan ras.
persimpang-an 3 sungai. Sosial dan
Pontianak juga membuka pelabuhan.
Pengelompokan berdasarkan suku,
yaitu:
Ekonomi
1) Komunitas suku Dayak yang tinggal
Mempunyai hubungan dagang dengan di daerah pedalaman. Dikenal
VOC dan dengan pedagang dari tertutup, lebih mengutamakan
berbagai daerah. kesamaan dankesatuan sosio-
kultural.
Menerapkan pajak bagi pedagang dari 2) Komunitas Melayu, Bugis, dan Arab.
luar daerah. Dikenal sebagai penganut Islam
terbesar di daerah ini, lebih menekan-
Komoditas utamanya antara lain : kan aspek sosio-historis sebagai
- Garam, berlian, emas, lilin, rotan, kelas penguasa.
tengkawang, karet, tepung sagu, 3) Imigran Cina yang tinggal di daerah
gambi, pinang, sarang burung, pesisir, yang dikenal sebagai satu
kopra, lada, dan kelapa. kesatuan sosio-ekonomi.
Hasil Kebudayaan
Pada masa itu lanjutnya juga, dianggap masa keemasan Kesultanan Pontianak
pada 1895.
Masa Keruntuhan
Kesultanan Pontianak berakhir pada generasi kedelapan, tepatnya pada saat
Pemerintahan Sultan Hamid II.