Anda di halaman 1dari 46

KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH MEDAN

Yuni Andri Ekawati, S.E., M.M.


BAB XI
Kepemimpinan Autentik

Topik Pembahasan
1. Defenisi Kepemimpinan Autentik
2. Pendekatan untuk Kepemimpinan Autentik
3. Komponen/Dimensi/Tolak Ukur Kepemimpinan Autentik
4. Karakteristik Kepemimpinan Autentik
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Autentik
6. Bagaimana Teori Kepemimpinan Autentik Berfungsi?
7. Kekuatan/Kelebihan Kepemimpinan Autentik.
8. Kelemahan/Kekurangan Kepemimpinan Autentik
9. Tokoh-Tokoh Kepemimpinan Autentik
1. Defenisi Kepemimpinan Autentik

• Setiap orang menginginkan hal-hal yang otentik terlibat dalam dirinya


seperti jam tangan brand Rolex otentik (asli karena itu adalah Rolex!),
lukisan otentik langsung dibuat oleh pelukis terkenal Picasso,
minuman asli otentik dari sumbernya asli di Perancis, tanda tangan
otentik dari Ir. Soekarno pemimpin negara pertama di Indonesia dan
lain-lain.
• Ilustrasi tersebut mudah dipahami, dengan kata lain otentik berkaitan
dengan keaslian, bukan imitasi, bukan bajakan.
• Otentik mengandung nilai dan berharga. Namun, diri atau pribadi juga
dapat menjadi otentik dan begitu pula kepemimpinan seseorang.
• Kata otentik atau authentic berasal dari bahasa Yunani yang dalam
filosofi Yunani berarti menjadi dirimu yang sesungguhnya (to thine own
self be true).
• Menjadi diri yang sesungguhnya adalah kunci komponen dari otentik.
Selain menjadi diri yang sebenarnya, otentik juga adalah ketika individu
terbuka terhadap orang lain, berlaku jujur dan melakukan hal yang benar.
• Menjadi diri yang sesungguhnya di depan keluarga, teman-teman
terdekat mungkin hal yang seseorang dapat lakukan tanpa harus dibuat-
buat, namun ketika dalam pekerjaan seseorang perlu menyesuaikan
antara diri sesungguhnya dan bertindak sebagaimana seharusnya peran
yang dilakukannya di organisasi. Terutama dalam kepemimpinan, sebagai
seorang pemimpin ia perlu bertindak seperti seorang “pemimpin”.
• Hal ini jelas sangat bertolak belakang dengan tindakan-tindakan atau
akting palsu yang bertujuan untuk menyenangkan sekelompok orang,
atau untuk mendapat keuntungan dari akting tersebut.
• Sederhananya, sosok yang disebut autentik adalah mereka yang mampu
untuk berlaku jujur di mana pun mereka berada dan bagaimana pun
kondisi atau situasi yang sedang mereka hadapi.
• Gaya kepemimpinan autentik menjadi salah satu gaya kepemimpinan
yang unik dan sangat menarik untuk dibahas.
• Pemimpin autentik bertahan dengan keasliannya dan tidak memiliki
pemikiran untuk mencoba sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan
maupun prinsipnya.
• Sesuai dengan namanya, gaya kepemimpinan autentik adalah sebuah
gaya kepemimpinan yang muncul secara alami dalam diri seorang
pemimpin.
• Kepemimpinan otentik merupakan gaya kepemimpinan yang berfokus pada
penyelarasan karakter seseorang dengan nilai yang ada di dalam kelompok atau
organisasi agar berjalan secara efektif. Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini
harus mampu jujur pada dirinya sendiri dan pengikutnya terkait nilai apa yang
hendak dibawa agar dapat bekerja sama secara maksimal.
• Kepemimpinan otentik dimulai dengan keaslian. Asli artinya tidak dibuat-buat yang
berasal dari ketulusan hati dan ekspresi diri yang otentik. Kernis (2003)
menjelaskan, berperilaku otentik berarti bertindak sesuai dengan nilai-nilai
seseorang, preferensi, dan kebutuhan sebagai lawan dari bertindak hanya untuk
menyenangkan orang lain atau untuk mencapai hadiah atau menghindari
hukuman melalui “akting” palsu.
• Pemimpin otentik sebagai pemimpin yang sangat menyadari bagaimana mereka
berpikir dan berperilaku dan dianggap oleh orang lain sebagai sadar pada diri
sendiri dan pada perspektif nilai-nilai orang lain, memiliki kekuatan moral,
menyadari konteks dan percaya diri, penuh harapan, optimis, tangguh, dan
karakter moral yang tinggi.
• Jadi secara garis besar, Authentic Leadership adalah tipe
kepemimpinan yang mengharuskan pemimpin bertindak otentik.
Artinya, kepemimpinan yang dimilikinya sejalan antara perilaku
dengan keyakinannya dan konsisten dalam menunjukkan pikiran,
sikap, dan tindakan.
• Seorang pemimpin otentik harus memiliki nilai-nilai, prinsip, moral
yang ia milliki sebagai dirinya sendiri, bukan imitasi atau meniru orang
lain. Mereka akan mendemonstrasikan nilai-nilai, prinsip, moral dan
etika ke dalam perilaku kepemimpinannya
2. Pendekatan untuk Kepemimpinan Autentik

• Rumusan tentang kepemimpinan autentik bisa dibedakan menjadi


dua cara yaitu :
1. Pendekatan praktis; yang tumbuh dari contoh kehidupan nyata
dan pelatihan serta buku pengembangan.
Terbagi 2 pendekatan yaitu :
a. Pendekatan kepemimpinan autentik dari Robert Terty.
b. Pendekatan kepemimpinan autentik dari Bill George.
2. Pendekatan Teoritis; yang didasarkan pada temuan penelitian ilmu
sosial.
1.Pendekatan Praktis
1.1.Pendekatan kepemimpinan autentik dari Robert Terty.
Pendekatan terry untuk kepemimpinan autentik itu berorientasi pada
praktik. Hal itu memanfaatkan rumusan atau panduan untuk “bagaimana
melakukan” kepemimpinan.
Pada intinya, pendekatan terry itu berpusat pada tindakan: hal itu focus
pada tindakan pemimpin,tim kepemimpinan, atau organisas idalam
situasi tertentu.
Prinsip moral yang mendasari pendekatan ini adalah pemimpin
seharusnya berusaha untuk melakukan apa yang benar.Kerangka kerja
dari pendekatan ini berfungsi sebagai panduan untuk tindakan ini
1.2.Pendekatan kepemimpinan autentik dari Bill George.
Walaupun roda tindakan yang Autentik dari Terry fokuc pada bidang
masalah, pendekatan kepemimpinan autentik dari George ( 2003;
George & Sims, 2007 ) focus pada karakteristik kepemimpinan yang
autentik. George menggambarkan individu bisa mengembangkan
karakteristik ini bila mereka ingin menjadi pemimpin yang autentik

2.Pendekatan Teoritis
Walaupun masih dalam tahap awal perkembangan, teori kepemimpinan
autentik muncul dalam literatur ilmu sosial. Di dalam bagian ini, kami
mengidentifikasi komponen dasar dari kepemimpinan autentik dan
mendeskripsikan bagaimana komponen ini saling terkait.
• Walaupun minat orang-orang dalam “autenrisitas “ mungkin sudah ada sejak
lama, penelitian tentang kepemimpinan autentik masih sangat baru, dengan
artikel muncul pertama kali pada tahun 2003.
• Katalisator utama untuk penelitian ini adalah konfrensi tentang kepemimpinan
di Universitas of Nebraska. Konferensi ini disponsori oleh Gallup Leadership
Institute, dan focus pada karakter kepemimpinan autentik dan
perkembangannya.
• Dari pertemuan ini, dua kelompok publikasi pun muncul: (1) topik khusus dari
Leadership Quarterly di edisi musim panas 2005,dan (2) Monographs in
Leadersihp and Managemen yang bertajuk, “Authentic Leadersip Theory and
Process; Origins, Effects, and Development “juga di terbitkan pada tahun 2005.
• Sebelum pertemuan itu, Luthans dan Avolio (2003) menerbitkan suatu artikel
tentang perkembangan kepemimpinan autentik dan pengetahuan organisasi
yang positif. Artikel itu juga membantu untuk memicu penelitian di bidang ini.
3. Komponen/Dimensi/Tolak Ukur Kepemimpinan
Autentik

• Kepemimpinan otentik memiliki empat komponen, yaitu: (1)


Kewaspadaan/Kesadaran Diri; (2) Perspektif Moral yang Terinternalisasi;
(3) Pengelolaan/Pemrosesan Berimbang; dan (4) Transparansi
Hubungan/Relasi
1. Self-Awareness (Kesadaran Diri)
• Cara seseorang memandang dan memahami dirinya sendiri dari waktu ke
waktu, serta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Hal ini mencakup
wawasan mengenai dirinya berdasarkan sudut pandang orang lain (Kernis,
dalam Winbaktur & Sutono, 2019). Misalnya, seorang pemimpin
menyadari bahwa ucapan dan tindakan tertentu dapat memberikan
dampak bagi orang lain.
• Self-awareness atau kesadaran diri menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan
dari pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan autentik, dan bahkan poin ini
yang menjadi kunci utamanya.
• Tanpa adanya kesadaran diri yang baik, maka sangat diragukan bila seseorang
mengaku sebagai pemimpin yang autentik.
• Karena bagaimana mungkin ia bertindak natural jika ia tidak mengenal bagaimana
dirinya sendiri? Tentu tidak bisa bukan?
• Sejauh mana pemimpin menyadari kekuatan-kekuatan, keterbatasan-keterbatasan
yang dimilikinya dan bagaimana pemimpin mempengaruhi orang lain.
• Lewat refleksi, pemimpin otentik dapat mencapai derajat yang jelas seputar nilai-
nilai inti yang mereka anut, identitas, emosi, dan motivasi atau tujuannya. Dengan
mengenali diri sendiri, pemimpin otentik memiliki pemahaman yang kuat seputar
kediriannya sehingga menjadi pedoman mereka baik dalam setiap proses
pengambilan keputusan maupun dalam perilaku kesehariannya
2. Internalized Moral Perspective (Perspektif Moral yang
Terinternalisasi)
• Merupakan gambaran bawahan terhadap atasan mengenai internalisasi
dan regulasi diri, artinya adalah apabila atasan membuat suatu
keputusan maka keputusan tersebut sesuai dengan regulasi diri atau
tidak bertentangan dengan nilai moral yang dianutnya. Misalnya,
pemimpin yang ketika mengambil keputusan berdasarkan standar nilai
moral/etika yang telah ditetapkan (Ryan & Deci, dalam Winbaktur &
Sutono, 2019). Contoh, seorang pemimpin mengambil keputusan
berdasarkan nilai-nilai hidup yang diyakininya.
• Sejauh mana pemimpin membuat standar yang tinggi untuk
pelaksanaan moral dan etika?. Pemimpin otentik memiliki etika, hal
benar apakah yang harus dilakukan dan perduli akan etika dan keadilan.
• Seorang pemimpin yang digolongkan autentik pasti telah menetapkan dan
memiliki standar yang tinggi akan moral maupun etikanya.
• Hal ini sesuai dengan karakter si pemimpin autentik yang begitu memegang
teguh nilai-nilai yang diyakininya dan juga menyadari nilai yang dianut oleh orang
lain.
• Perspektif moral yang terinternalisasi menggambarkan proses pengaturan diri
sendiri di mana pemimpin cenderung meresapkan nilai-nilai mereka kepada
maksud juga tindakan mereka.
• Pemimpin otentik akan melawan setiap tekanan eksternal yang berlawanan
dengan standar moral yang mereka pegang melalui proses regulasi internal di
dalam diri mereka, yang memastikan bahwa nilai-nilai mereka tetap selaras
dengan tindakan yang mereka ambil. Dengan meresapkan nilai ke dalam
tindakan serta bertindak menurut kesejatian diri sendiri, pemimpin otentik
menunjukkan konsistensi antara apa yang mereka katakan dengan apa yang
mereka lakukan.
3. Balanced Processing (Pemprosesan yang Seimbang)
• Menunjukkan seorang pemimpin yang secara objektif menganalisis semua
informasi dan data yang ada secara relevan sebelum mengambil
keputusan. Misal, seorang pemimpin ketika akan mengambil keputusan
melihat dari berbagai sudut pandang serta menganalisis berbagai
informasi terlebih dahulu (Gardner, Avolio, Luthans, dkk., 2005). Contoh,
seorang pemimpin akan memperhatikan dengan seksama sudut pandang
yang berbeda sebelum mengambil keputusan.
• Sejauh mana pemimpin meminta pendapat dan sudut pandang yang
cukup sebelum membuat keputusan penting?. Pemimpin otentik yang
efektif akan mempertimbangkan semua pilihan dan pandangan-
pandangan kontra sebelum melakukan serangkaian tindakan.
Perencanaan-perencanaan baik-baik dipikirkan dan didiskusikan dengan
terbuka.
• Setiap pemimpin yang profesional pastinya telah menyusun begitu banyak
rencana yang terukur dan tentunya sudah siap akan akibat dari perencanaan yang
dibuatnya, begitu pula halnya dengan pemimpin yang autentik.
• Namun yang menjadi pembeda adalah, rencana yang dibuat oleh pemimpin
autentik merupakan hasil diskusi dan penggabungan pendapat dari banyak orang.
• Yang berarti rencana tersebut muncul dari penyeleksian yang cukup ketat dan
diakui sebagai rencana yang terbaik oleh seluruh anggota organisasi.
• Pengelolaan berimbang juga kerap dirujuk sebagai pengelolaan yang tidak
memihak. Terhadap informasi negatif dan positif, pemimpin otentik mampu
mendengar, menafsir, dan memprosesnya dengan cara yang obyektif. Proses ini
mereka lakukan sebelum mengambil keputusan dan tindakan. Proses ini meliputi
pengevaluasian kata-kata dan tindakan mereka sendiri secara obyektif tanpa
mengabaikan atau menyimpangkan sesuatu yang ada, termasuk interpretasi
seputar gaya kepemimpinannya sendiri. Pengelolaan berimbang juga
berhubungan dengan karakter dan integritas seorang pemimpin.
4. Relational Transparency (Relasi yang Transparan)
• Persepsi pengikut terhadap perilaku pemimpin yang menampilkan
dirinya secara asli dalam berinteraksi dengan orang lain, bukan
pencitraan diri maupun perubahan bentuk diri. Misalnya, seorang
pemimpin menampilkan sifatnya secara orisinal dan tanpa dibuat-
buat dengan maksud pencitraan (Kernis, dalam Winbaktur & Sutono,
2019). Contoh, seorang pemimpin mengakui kesalahan yang telah
dilakukannya.
• Sejauh mana pemimpin mendorong keterbukaan terhadap orang lain
dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memunculkan
ide-ide, tantangan dan opini?. Pemimpin jujur dan tidak memiliki
agenda tersembunyi, terus terang ketika berhadapan dengan orang
lain.
• Keterbukaan atau transparansi juga menjadi salah satu tolak ukur
dalam menilai apakah pemimpin tersebut autentik atau tidak.
• Pemimpin yang digolongkan sebagai pemimpin yang autentik pastinya
selalu bersifat terbuka terhadap orang lain, dan juga mendorong
orang-orang di sekitarnya agar memiliki keterbukaan serta
meninggalkan hal-hal seperti “udang di balik batu”.
• Pemimpin otentik tidak cukup hanya memiliki kewaspadaan diri,
selaras antara tindakan dengan nilai, dan obyektif dalam menafsir,
tetapi seorang pemimpin otentik juga harus mampu
mengkomunikasikan informasi dengan cara terbuka dan jujur dengan
orang lain lewat pengungkapan diri sendiri yang cenderung bisa
dipercaya.
4. Karakteristik Kepemimpinan Autentik
• Seorang pemimpin otentik memiliki nilai-nilai, prinsip, moral yang ia milliki sebagai dirinya sendiri,
bukan imitasi atau meniru orang lain. Mereka akan mendemonstrasikan nilai-nilai, prinsip,moral dan
etika ke dalam perilaku kepemimpinannya. Menurut Kruse (2013) dari berbagai konsep teori,
karakteristik dari pemimpin yang otentik adalah:
1.Self-aware dan tulus. Pemimpin-pemimpin yang otentik adalah individu yang mengaktualisasikan dirinya dengan
memiliki self-awareness (kesadaran diri). Mereka mengetahui kekuatan dan kelemahan pada diri mereka sendiri dan
emosi mereka. mereka juga tidak berperilaku berbeda di berbagai kondisi, dengan kata lain mereka menjadi diri
mereka di hadapan para pengikutnya. Mereka juga tidak takut untuk terlihat lemah dengan mengakui kesalahan-
kesalahan yang pernah dilakukan dan kegagalan yang pernah mereka lalui.
2.Mission driven dan fokus pada hasil. Mereka mampu menempatkan misi-misi untuk mencapai tujuan orang banyak
atau organisasi di atas tujuan pribadi. Mereka melakukan pekerjaan mereka untuk mencapai hasil bukan untuk
kekuasaan, ego dan keinginan materi pribadi.
3.Memimpin dengan hati, tidak hanya dengan pikiran. Mereka tidak takut untuk menunjukkan emosi-emosi yang
mereka miliki, kerentanan mereka terhadap karyawan. Namun bukan berarti mereka “lembek”, akan tetapi dapat
mengkomunikasikan apa yang dirasakan dengan tata cara yang tepat beserta empati.
4. Fokus pada jangka panjang. Mereka fokus untuk hasil jangka panjang, bersedia untuk membimbing setiap orang dan
memelihara organisasi dengan sabar dan kerja keras karena mereka yakin dengan hasil yang akan bertahan untuk
jangka waktu yang lama.
• Menurut George ( 2003; George & Sims, 2007 ), pemimpin yang
autentik menunjukkan lima karakteristik utama, yaitu :
1. Mereka memahami kegunaan mereka
• Mereka adalah individu yang antusias dan memiliki minat mendalam
terhadap apa yang mereka lakukan dan benar-benar peduli dengan
pekerjaan mereka.
2. Mereka memiliki nilai yang kuat tentang hal yang benar untuk
dilakukan
• Mereka memiliki ide yang jelas tentang siapa diri mereka, ke mana
mereka akan melangkah, dan hal benar apa yang harus dilakukan.
• Ketika diuji dalam situasi yang sulit, pemimpin yang autentik tidak
melanggar nilai mereka, tetapi mereka menggunakan situasi tersebut
untuk memperkuat nilai mereka.
3. Mereka membangun hubungan yang dapat dipercaya
• Pemimpin yang autentik memiliki kemampuan untuk membuka dirinya dan
membuat hubungan dengan orang lain. Mereka bersedia untuk berbagi cerita
dengan orang lain dan mendengarkan cerita mereka.
4. Mereka menunjukkan disiplin diri dan bertindak berdasarkan nilai mereka
• Disiplin diri memberi pemimpin konsentrasi dan kekuatan tekat. Ketika
pemimpin menetapkan tujuan dan standar kehebatan, disiplin diri membantu
mereka mencapai tujuan ini dan membuat semua orang bertanggung jawab
5. Mereka antusias dengan misi mereka (yaitu bertindak dari hati mereka)
• Pemimpin yang mengidentifikasi dan mengembangkan simpati dan hati,
berarti mereka belajar untuk autentik. Pemimpin bisa mengembangkan
simpati dengan mengenal cerita kehidupan mereka, melakukan proyek
layanan komunitas, terlibt dengan kelompok etnis atau ras lain, atau
bepergian ke negara berkembang.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepemimpinan Autentik

• Ada faktor lain yang memengaruhi kepemimpinan autentik seperti kapasitas psikologi
yang positif, interpretasi moral, dan peristiwa hidup yang penting .
1. kapasitas psikologi yang positif
Ada 4 karakter psikologi positif utama yang memberi dampak pada kepemimpinan
autentik:
1) Keyakinan
Merujuk pada nilai diri: keyainan bahwa kita memiliki kemampuan untukmencapai tugas
tertentu secara sukses.
2) Harapan
Harapan adalah kondisi motivasi mereka.
3) Optimisme
Merujuk pada proses kognitif (aktivitas mental) untuk melihat situasi dari
sudut mereka.
4) Keuletan
Keuletan adalah kapasitas untuk pulih dari dan menyesuaikan diri denga
situasi yang tidak menyenangkan.

2. Interpretasi moral adalah kapasitas untuk membuat keputusan yang etis


tentang masalah benat atau salah dan bagus atau buruk.
3. Peristiwa yang terpenting dalam hidup, yaitu kejadian yang membentuk
kehidupan seseorang. Misalnya : menerima promosi yang tak terduga,
mendapat anak, atau membaca buku penting, atau bisa jadi merupakan
peristiwa negatif seperti : didiagnosis terkena kanker, mendapat evaluasi
tahunan yang negatif atau ditinggal mati oleh orang terkasih.
6. Bagaimana Teori Kepemimpinan Autentik
Berfungsi?

• Kepemimpinan autentik berfungsi ketika pemimpin dan pengikut


datang bersama untuk mendefenisikan kekhawatiran “nyata” mereka
dan menentukan apakah “hal yang benar” untuk dilakukan dengan
hal itu.
• Kepemimpinan autentik mencoba untuk menentukan apakah yang
benar-benar baik bagi pemimpin, pengikut dan organisasi
• Proses dari kepemimpinan autentik bekerja secara berbeda dengan
menggunakan pendekatan George (2003). Dengan fokus pada lima
karakteristik, pemimpin seharusnya berkembangan menjadi
pemimpin yang autentik.
• Secara lebih spesifik, George menyatakan bahwa pemimpin menjadi
lebih berfokus, berpusat pada nilai, interaktif, displin diri dan simpati.
• Inti dari kepemimpinan autentik adalah menjadi pemimpin yang
menunjukkan secara jelas lima karakter ini.
• Kepemimpinan autentik adalah proses komplek yang menekankan
pengembangan ciri yang membantu pemimpin untuk di anggap
sebagai dapat di andalkan dan dapat di percaya oleh pengikut
mereka. Pekerjaan pemimpin adalah untuk belajar mengembangkan
karakter ini danmenerapkan mereka demi kebaikan bersama ketika
dia melayani orang lain.
7. Kekuatan/Kelebihan Kepemimpinan Autentik

• Kepemimpinan autentik memiliki sejumlah kekuatan/kelebihan, antara lain :


1. Memenuhi kebutuhan yang diutarakan untuk kepemimpinan yang
dipercaya di masyarakat.
• Kepemimpinan autentik membantu untuk mengisi kekosongan dan
memberikan jawaban untuk orang-orang yang mencari kepemimpinan yang
bagus dan kuat dalam dunia yang tidak pasti.
2. Kepemimpinan autentik memberi panduan yang luas bagi individu yang
ingin menjadi pemimpin yang autentik.
• Untuk menjadi autentik, pemimpin perlu bekerja dengan pengikut untuk
menemukan apa yang terjadi di dalam situasi tertentu dan membicarakan hal
itu.
3. Serupa dengan kepemimpinan transformasional dan yang
melayani,kepemimpinan autentik memiliki dimensi moral yang jelas.
• Pemimpin yang autentik memahami nilai mereka sendiri, menempatkan
kebutuhan pengikut di atas kebutuhan mereka sendiri, dan bekerja bersama
pengikut untuk menyatukan kepentingan mereka dalam rangka
menciptakan kebaikan bersama yang lebih besar.
4. Kepemimpinan autentik menekankan bahwa nilai dan perilaku yang
autentik bisa dikembangkan dalam diri pemimpin dari waktu ke waktu.
• Pemimpin bisa belajar untuk mengembangkan kapasitas psikologis yang
positif seperti keyakinan, harapan, optimisme, dan keuletan serta bisa
menggunkan hal ini untuk menciptakan iklim organisasi yang positif.
5. Peningkatan keterlibatan relasional yang dihasilkannya.
• Pemimpin dengan gaya ini akan fokus pada tujuan dan perilaku serta
nilai-nilai batin seseorang. Pemimpin lebih mampu menjaga
kepercayaan dan kohesi(keserasian hubungan) di antara kelompok.
Fokusnya adalah memberdayakan karyawan dan membimbing
mereka melalui tugas dengan cara yang empatik dan jujur.
6. Fokus pada hubungan karyawan-pemimpin adalah pada
pengembangan dan mendengarkan ide dan pemikiran orang.
Hubungan terbuka, yang tidak berarti semuanya selalu kebahagiaan
dan kesepakatan, menciptakan lingkungan yang otentik, sehingga
orang-orang mengetahui tempat mereka dalam organisasi dan arah
kerja tim.
7. Konsistensi gaya kepemimpinan otentik yang dapat diberikan
untuk organisasi.
• Ini adalah nilai-nilai batin pemimpin, dikombinasikan dengan tujuan
operasional organisasi, yang merupakan inti dari cara kerja tim. Ini
berarti bawahan tahu apa yang diharapkan di saat-saat sulit dan
senang.

8. Cenderung menjamin standar etika dan moral yang tinggi.


• Gaya ini menekankan penggunaan moralitas sebagai pedoman
kepemimpinan, sehingga organisasi dapat memiliki pijakan etika yang
lebih kuat.
8. Kelemahan/Kekurangan
Kepemimpinan Autentik

• Kepemimpinan autentik memiliki sejumlah kelemahan/kekurangan, antara


lain :
1) Kepemimpinan autentik tetap ada dalam tahap pengembangan yang
penting. Dan ada sejumlah pertanyaan yang tetap perlu dibicarakan
dengan orang lain.
Konsep dan ide yang ditampilkan di pendekatan praktis (yaitu George, 2003;
Terry, 1993) tidak terbukti secara penuh.
Kepemimpinan moral dari kepemimpinan autentik tidak dijelaskan secara
penuh.
Peneliti telah mempertanyakan apakah kapasitas psikologis yang seharusnya
dimasukkan sebagai komponen kepemimpinan autentik.
2) Teori kepemimpinan otentik tidak memiliki teori yang koheren atau terpadu
• Penulis yang berbeda menambahkan cita rasa mereka sendiri pada apa artinya menjadi
pemimpin sejati. Oleh karena itu, analisis yang tepat tentang manfaat dan pengukuran
keaslian bisa jadi sulit
3) Komponen moral dapat menyebabkan tujuan yang bertentangan dalam suatu
organisasi
• Nilai pemimpin mungkin tidak selalu sejalan dengan apa yang benar untuk organisasi atau
pemegang sahamnya. Padahal, kebutuhan bawahan dan pemangku kepentingan lainnya
mungkin tidak selalu dapat dipenuhi. Oleh karena itu, seorang pemimpin mungkin
mendapati dirinya dalam situasi yang menuntut mereka mengorbankan nilai batin mereka
dengan memberikan bonus karyawan atau menumbuhkan potensi penjualan perusahaan.
4) Kepemimpinan otentik mungkin menghalangi kemampuan organisasi untuk membuat
keputusan cepat
• Pemimpin ingin mengumpulkan umpan balik dan mendengarkan pendapat lain sebelum
menggunakan penilaiannya, sehingga kecepatan pengambilan keputusan dapat terancam.
• Akhirnya, tidak dijelaskan bagimana kepemimpinan autentik memberi
hasil organisasi yang positif. Karena ini adalah bidang penelitian baru,
tidak diharapkan bahwa ada sejumlah data pada hasil, tetapi data ini
diperlukan untuk memvalidasi nilai dari teori itu. Walaupun
kepemimpinan autentik secara alamiah menarik secara
superfisial(dilihat dari permukaan), tetapi masih ada pertanyaan
tentang apakah pendekatan ini efektif, dalam konteks apa hal itu
effektif, dan apakah kepemimpinan autentik memberi hasil yang
produktif.
9. Tokoh-Tokoh Kepemimpinan Autentik

• Menjadi seorang pemimpin yang otentik tidaklah mudah, mereka sulit


ditemukan, mereka ada tetapi belum memiliki kesempatan, namun
bukan berarti tidak dapat dilakukan, karena kepemimpinan adalah
skills.
• Kepemimpinan otentik memerlukan kerja keras untuk terus
menyelami dirinya (self-awareness), keberanian untuk berpegang
teguh pada moral dan integritas di kala situasi dan godaan untuk
menjadikan diri menyimpang dari moralitas (moral), menjaga
keseimbangan emosi dan perduli pada kepentingan orang banyak.
• Beberapa contoh pemimpin sebagaimana makna otentik (menjadi diri yang
sesungguhnya) seperti Mahatma Gandhi, Oprah Winfrey, Steve Jobs, Nelson
Mandela, Howard Schultz di Starbucks, Daniel Vasella,dan sebagainya.
• Sedangkan tokoh pemimpin di Indonesia yang menggunakan model Authentic
leadership seperti Ir. Soekarno, Bob Sadino, Gus Dur, Ir. Joko Widodo, Basuki Tjahaya
Purnama (Ahok), dan masih banyak lagi.
• Contoh
Howard Schultz di Starbucks
Howard Schultz bisa dibilang memenuhi standar “authentic leaders lead with their
heart”. Sepanjang kariernya di Starbucks, perhatian utama Schultz adalah pada
kesejahteraan karyawannya. Hal tersebut mungkin dikarenakan pengalaman ayahnya
saat mendapat kecelakaan dan tidak memiliki asuransi kesehatan, untuk itu kemudian
Schultz memberikan fasilitas kesehatan dan kepemilikan saham kepada semua
karyawannya, termasuk karyawan paruh waktu (part-time). Bahkan Starbucks di AS
juga memberikan uang penggantian biaya bagi karyawan yang melanjutkan kuliah.
•Daniel Vasella
Pimpinan dan CEO perusahaan farmasi dunia Novartis. Masa kecil Vasella adalah masa sulit karena
penyakit TBC dan radang otak yang dideritanya. Ia tinggal di sanatorium, kesepian dan dihantui oleh
rasa takut oleh pemeriksaan rutin cairan sumsum tulang belakang.
Penyakit itu membuatnya tidak dapat bermain bebas. Tinggal di sanatorium membuatnya tidak
mempunyai teman dan kesepian. Belum lagi rasa takut akibat tusukan jarum suntik ke tulang
belakang dan perlakuan suster yang selalu menekan tubuhnya agak tidak berontak.
Namun Vasella tidak menjadi pribadi lemah, ia mengatasi kesulitannya lewat pertemanan dengan
sesama pasien, suster, dan dokter. Setiap kali cairan sumsum tulang belakangnya diperiksa, ia
meminta suster menggenggam tangannya dengan hangat. Ia merasa sakitnya berkurang banyak.
Kesulitan yang dihadapi Vasella tidak berhenti pada saat ia sembuh. Ketika berusia 10 tahun, saudara
perempuannya meninggal karena kanker. Tiga tahun kemudian ayahnya meninggal di meja operasi.
Akibatnya ibu Vasella harus mencari nafkah di kota lain, pulang tiga minggu sekali.
Pada usia 20 tahun, Vasella masuk ke sekolah kedokteran. Setelah lulus–dengan pujian–ia membuka
praktek. Reputasi cemerlang membawanya menjadi salah satu kandidat chief physician di universitas
Zurich. Namun ia ditolak karena dianggap masih terlalu muda.
Tidak larut dalam kekecewaan, Vasella kemudian berkarier di perusahaan farmasi Sandoz. Ketika
Sandoz merger dengan Ciba-Geigy – membentuk Novartis – pada tahun 1999, Vasella diangkat
menjadi CEO.
• Bob Sadino
Bob Sadino memiliki cara yang berbeda dalam mengawasi
karyawannya, yaitu dengan ikut bekerja seperti rekan kerja yang lain
tanpa membedakan karyawannya dari top sampai karyawan paling
rendah. Bahkan beliau sering mengajak istri dan anaknya untuk
“nongkrong” di tempat kerja. Ini menggambarkan ciri-ciri “authentic
leaders are self-aware and genuine”, sebab terlihat bahwa Bob Sadino
tampil apa adanya sebagai seorang pemimpin dan sekaligus manusia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai