Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PENGAMATAN MIKROSKOPIK DENGAN SISTEM ORTOSKOPIK TANPA


ANALISATOR/NIKOL [PLANE POLARIZED LIGHT]

4.1 PENDAHULUAN

Pengamatan mikroskop polarisasi tanpa analisator/nikol dalam praktek diartikan bahwa


analisator tidak dipergunakan (berarti analisator dikeluarkan dari jalannya cahaya di dalam tubus
mikroskop, lihat gambar 4.1), sedangkan polarisator tetap dipasang pada tempatnya dengan arah
getarnya sejajar dengan salah satu arah benang silang (untuk mengetahui arah getar polarisator
dapat menggunakan mineral biotit).
Light passes through the lower polarizer

west (left)

Unpolarized light Plane polarized light

east (right)

Pengamatan dengan cara ortoskop tanpa nikol (nikol sejajar)


ini dapat diamati beberapa sifat optik, yakni sebagai berikut :

 warna mineral,
 bentuk atau struktur kristal,
 relief,
 indeks bias dan
 pleokroisme.

PPL=plane polarized light


Insert the upper polarizer (analisator)
west (left)
north
(back)

south
(front)
east (right) Black!!

XPL=crossed nicols
(crossed polars)
4.2 WARNA

Warna mineral adalah pencerminan dari daya serap atau absorpsi panjang gelombang tertentu
dari cahaya atau sinar yang masuk khususnya untuk mineral yang transparant yang bersifat
anisotropik.

Warna mineral yang diamati dengan mata pada contoh (hand-specimen) berbeda dengan yang
diamati dengan menggunakan mikroskop (mineral yang berwarna hijau akan nampak berwarna
hijau pucat pada sayatan tipis).

Warna yang nampak dapat disebabkan baik karena serapan pilih (selective absorption) cahaya
oleh kristalnya sendiri, maupun karena serapan pilih atau penyebaran cahaya oleh kotoran
yang sangat halus yang tersebar pada kisi-kisi kristal. Serapan pilih yang sering terjadi pada
kristal/media disebabkan oleh elektron elektron  dari logam logam transisi, yaitu seperti Ti, Y,
Cr, Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn.

Warna : - Berwarna
- Tidak berwrana
Ketebalan preparat mineral = 0.03 mm
4.3 BENTUK

Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan melihat atau mengamati bidang batas/garis
batas dari mineral pada kondisi dua dimensi.
Bentuk dari masing-masing butir mineral pada batuan dikontrol oleh dua hal, yaitu
a. struktur atom dari mineral itu sendiri dan
b. proses terjadinya dengan semua pengaruh yang terjadi selama pembentukannya.

Faktor lain, adalah pertumbuhan mineral itu sendiri, apakah kristal tumbuh secara bebas di
dalam media cair/gas atau terhalang oleh butir-butir kristal/ mineral lain yang tumbuh
disekitarnya.

Penilaian terhadap bentuk bentuk kristal adalah (Gambar 4.2 ) :


C. Bila kristal tersebut dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri secara ke-seluruhan
disebut euhedral,
B. Bila kristal dibatasi oleh hanya sebagian bidang-bidang kristalnya sendiri disebut
subhedral,
A. Bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang bidang kristalnya sendiri disebut
anhedral.
Apabila suatu mineral tumbuh sedemikian
rupa sehingga bentuknya euhedral, maka
untuk mineral ini bentuknya sesuai dengan
struktur atomnya. Hal ini dapat digunakan
sebagai ciri khas/karakteristik untuk mineral
tersebut, misalnya untuk mineral olivin
menunjukan bentu poligonal.

Istilah lain yang berhubungan dengan


bentuk kristal/mineral dan sering digunakan
dalam pemerian mineral optik, antara lain
bentuk prismatik, tabular, kubik, lath like,
jarum (acicular), fibrous (serat), pipih (platy)
dll (Gambar 4.2 & 4.3).

Bentuk yang nampak di bawah mikroskop


akan berbeda-beda tergantung orientasi
sayatan yang di amati.

Sillimanite
4.4 BELAHAN (CLEAVAGE)

Belahan dalam arti sifat adalah kecenderungan dari suatu kristal untuk terbelah sejajar dengan
salah satu arah atau lebih di dalam kristal. Pembelahan tersebut menghasilkan bagian-bagian
kristal yang lebih kecil, masing-masing bagian dibatasi oleh bidang belahan yang halus dan rata.
Belahan merupakan sifat fisik yang tetap pada suatu mineral yang selalu menunjukkan sifat-sifat
khas dari struktur atom didalam mineral tersebut.

Untuk mineral yang mempunyai arah belahan lebih dari satu arah, maka aspek yang penting
dalam pengamatan belahan adalah besarnya sudut antara satu bidang belahan terhadap bidang
belahan yang lain. Besarnya sudut tersebut merupakan ciri khas untuk mineral mineral tertentu.

Belahan satu arah, misalnya pada semua mineral mika (Gambar 4.5). Pada sayatan tipis bidang
belahan akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lainya, pada kristal yang
dipotong sejajar dengan sumbu C.
Sebaliknya apabila dipotong/disayat sejajar dengan sumbu C, maka tidak menunjukan belahan
sama sekali.
Belahan dua arah, contohnya pada
mineral piroksen dan amphibol
(Gambar 4.6).
Sudut antara kedua bidang belahan
sangat bervariasi tergantung sudut
antara pemotongan/sayatan dengan
sumbu C.
Makin besar sudut antara sayatan
dengan sumbu C, maka makin besar
sudut yang dibentuk oleh kedua
bidang belahan tersebut, sampai
sayatan dipotong hingga tegak lurus
terhadap sumbu C; akan menampakan
sudut yang sesungguhnya antara
kedua bidang belahan tersebut.

Mineral yang mempunyai belahan tiga


arah (Gambar 4.7), akan menampakan
belahan dua arah pada setiap jenis
sayatan; misalnya pada mineral kalsit.
Calcite

Hornblende
4.5 INDEKS BIAS

Semua kristal yang bersistem isometrik tergolong sebagai zat isotropik,


dengan demikian mempunyai satu harga indek bias (n). Sedangkan untuk
kristal yang bersistem tetragonal, heksagonal, termasuk trigonal tergolong
sebagai zat an-isotropik; mempunyai dua harga indeks bias [n dan n],
sedangkan yang bersistem orthorombik, monoklin atau triklin, mempunyai tiga
harga indeks bias [n, n  dan n  ].

Pengukuran indeks bias dapat dilakukan secara relatif dengan memperhatikan


relief dan dibandingkan dengan pergerakan garis becke, atau secara absolut
dengan menggunakan minyak imersi.

A. PENGUKURAN INDEKS-BIAS RELATIF DENGAN METODA GARIS BECKE

Garis Becke ialah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua media
yang saling bersentuhan, karena adanya perbedaan indeks-bias dari kedua
media tersebut.

Garis becke akan terlihat lebih jelas apabila sebagian apertur diafragma iris
ditutup sebagian, untuk mengubah lintasan sinar menjadi lebih sejajar dan
untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk.
Terjadinya garis Becke (Gambar 4.9) dapat ditunjukan oleh dua media dengan
indeks bias n dan N terletak saling bersentuhan dengan bidang sentuhnya yang
vertikal. Harga N > n, sinar 1 dan 2 melewati media dengan indeks-bias n,
kemudian apabila menyentuh bidang kontak antara kedua media, maka sebagian
sinar dipantulkan dan sebagian dibiaskan pada media yang mempunyai indeks
bias N. Pantulan sinar di dalam media dengan indeks-bias n tidak digambarkan.
Semantara cahaya 3 dan 4 melintasi media dengan indeks-bias N dan bila
menabrak bidang kontak kedua media tersebut, maka semua cahaya akan
dipantulkan.

Sebagai akibat pembiasan dan pemantulan cahaya yang demikian pada batas
sentuhan kedua media, maka akan dihasilkan suatu pemusatan cahaya yang
terletak di atas pada bagian pinggir media yang mempunyai indeks bias yang
lebih tinggi.
Refraction
Di bawah ortoskop tanpa nikol terlihat garis putih/terang didekat bidang sentuh
tersebut. Garis terang ini yang disebut dengan garis Becke.

Maka bila tubus mikroskop dijauhkan (meja obyektif diturunkan) garis


Becke selalu bergerak ke arah zat yang mempunyai indeks bias yang
lebih besar (Gambar 4.10).
Hal ini dapat dibayangkan bahwa sinar-sinar yang dibiaskan dan
dipantulkan secara total pada batas sentuhan antara kedua media, akan
menghasilkan pemusatan cahaya berbentuk kerucut yang terletak di
atas media yang mempunyai indeks-bias lebih tinggi.
Becke Line Test

From Bloss (1961)


B. PENGUKURANN INDEKS-BIAS RELATIF DENGAN METODA
ILLUMINASI MIRING

Pada proses pembentukan bayangan pada metoda ini atau disebut metoda
Oblique Illumination, sinar datang miring yang berasal dari salah satu sisi akan
dibiaskan menuju kontak antara kedua media yang berbeda indeks biasnya,
maka sinar tersebut akan mendekati normal ketika masuk ke dalam media
dengan indeks biasnya yang lebih besar. dan akan menjauhi normal pada saat
memasuki media dengan indeks biasnya lebih kecil.

Jika indeks bias mineral lebih besar daripada indeks bias balsam kanada,
maka bayangan yang dibentuk akan tampak searah dengan arah penutupan,
sedangkan kalau indeks bias mineral lebih kecil, maka arah bayangan yang
dihasilkan akan berlawanan dengan arah penutupannya (Gambar 4.12 & 4.13).

Cara ini dapat dilakukan dengan jalan menutup sebagian jalannya sinar
yang masuk ke dalam mineral dengan menggunakan karton/benda lain yang
tidak tembus sinar. Jika bayangan gelap/dark shadow terjadi pada pihak yang
sama dengan arah penutupan jalanya sinar, maka indek-bias mineral lebih
besar dari pada indeks bias balsam kanada.
C. PENGUKURAN INDEKS BIAS ABSOLUT DENGAN METODA IMMERSION
OIL

Sayatan tipis yang dibutuhkan harus terlebih dahulu dicari yang belum ditutup
dengan kaca penutup (cover glass). Kemudian butir mineral tertentu
dilepaskan dari balasam kanada dengan memakai alat.
Selanjutnya, butir tersebut ditaruh di dalam suatu minyak imersi yang indeks
bias telah diketahui (minyak imersi tersebut ditaruh di dalam lubang pada
keping kaca yang khusus dibuat).

Pada kedudukan tersebut seperti di atas, kemudian dilakukan perbandingan


antara indeks bias kristal dengan indeks bias minyak imersi yang
mengitarinya (dengan menggunakan metoda garis Becke).

Dengan menambahkan minyak imersi setetes demi setetes hingga


mengakibatkan terjadinya perubahan harga indek bias minyak imersinya.
Bila sudah dicapai saat dimana batas antara kristal dengan minyak imersi
tidak kelihatan lagi, maka hal ini berarti harga indeks bias kristal sama
dengan harga indeks bias minyak imersi (harga indeks bias kristal dari sinar
yang sedang bergetar sejajar dengan arah polarisator).

Harga indeks bias imersi ini diukur dengan menggunakan alat yang disebut
refraktometer, baik jenis Abb maupun jenis Leitz-Jelley.
4.6 RELIEF

Relief adalah merupakan kenampakan yang timbul akibat adanya perbedaan


indeks bias antara suatu media dengan media yang mengitarinya.

Dengan kata lain, bahwa cahaya yang keluar dari suatu media kemudian masuk ke
media lain yang mempunyai harga indeks bias yang berbeda, maka akan
mengalami pembiasan/pemantulan pada batas sentuhan antara kedua media
tersebut.

Semakin besar perbedaan indeks bias kedua bahan, maka semakin jelas/
menonjol bidang batas antara keduanya. Jika dua bahan tersebut, mempunyai
harga indeks biasnya sama, maka bidang batasnya akan tidak nampak sama
sekali.

Bila kristal/bahan yang mempunyai harga indeks bias lebih besar dari standard
(balsam kanada n=1.537, harga nw < dari mineral kuarsa), tetapi perbedaannya
tidak terlalu besar disebut mempunyai relief sedang (semua kristal yang mem-
punyi harga indeks-bias diantara 1.600 - 1.699). Contoh : olivin, piroksen, Hb.

Relief tinggi atau sangat tinggi dicirikan oleh harga indeks bias lebih besar dari
1.70, memperlihatkan bidang yang hitam dan jelas dengan permukaannya sangat
kasar. Contoh : zirkon, garnet, kianit, epidot.
Mineral properties: relief

- Olivine has medium relief


- Plag has low relief

plag

olivine
olivine: n=1.64-1.88
plagio: n=1.53-1.57
CB: n=1.54

Zirkon
Difference in speed of light (n) in different materials causes
refraction of light rays, which can lead to focusing or defocusing of
grain edges relative to their surroundings

Hi relief (+) Medium relief (+) Lo relief (-)

nxtl > ncb nxtl = ncb nxtl < ncb


4.7 PLEOKROIK

Pleokroik gejala perubahan warna yang terjadi apabila meja obyektif diputar 3600.
Pleokroik terjadi akibat adanya perbedaan intensitas absorbsi dari masing-masing sumbu
kristalografi terhadap kedudukan polarisator.

Berdasarkan gejala perubahan warna tersebut maka dapat digolongkan menjadi dua :
Dikroik : umumnya dimiliki oleh mineral - mineral yang mempunyai, sistem kristal
trigonal dan heksagonal; pada perputaran antara O o - 90o terjadi dua kali perubahan.
Trikroik : biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal
orthorombik, trikilin dan monoklin.

Warna-warna pleokroik tersebut tergantung pada sumbu-kristal sumbu x, y dan z.


Contoh glaukofan (monoklin), dengan perubahan warna sebagai berikut :
- x = tidak berwarna
- y = ungu
- z = biru

Istilah umum yang dipakai adalah lemah, sedang & kuat.


Pleokroik
Mineral properties: color & pleochroism

hbl
hbl

plag
plag
LITERATUR/PUSTAKA

•Optical Mineralogy, Third Edition (1959)


F. Paul Kerr
Mac Graw-Hill Book Company, Inc., New York, Toronto, London.

•Mineral Optics : Principles and Techniques (1971)


WM. Revell Phillips
W.H. Freeman and Company, San Francisco.

•Optical Crystallography, Fourth Edition (1969)


E. Ernest Wahlstrom
John Wiley and Sons. Inc New York, London, Sydney, Toronto.

Anda mungkin juga menyukai