a.
timbal balik antara pihak pemberi dan pihak penerima demi keuntungan
kepada kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya
keuntungan yang biasanya melibatkan dunia usaha atau bisnis dengan
pemerintah.
b.
Korupsi perkerabatan ( nepotistic corruption ) yang menyangkut
penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang untuk membagi keuntungan
bagi teman atau sanak saudara dan kroni-kroninya.
c.
Korupsi yang memeras, adalah korupsi yang dipaksakan kepada suatu pihak ya
biasanya disertai ancaman, teror, penekanan terhadap kepentingan orang-orang d
hal-hal yang dimilikinya.
d. Korupsi Investif, adalah memberikan suatu jasa atau barang tertentu kepada piha
lain demi keunungan dimasa depan.
e.
Korupsi Defensif, adalah pihak yang akan dirugikan terpaksa ikut terlib
didalamnya atau bentuk ini membuat terjebak bahkan menjadi korban perbuata
korupsi.
f. Korupsi Otogenik, adalah korupsi yang dilakukan seorang diri tidak ada orang la
atau pihak lain yang terlibat.
g.
Korupsi Suportif, adalah korupsi dukungan dan tak ada orang atau pihak lain yan
terlibat.
a. Jenis korupsi “epidemic”
Yaitu bentuk korupsi dilakukan oleh pelaku bisnis atau pera elite birokrat dengan cara yang
fropesional dengan memanfaatkan hi-tech dan bentuk kejahatan dimensi baru bahkan melibatkan
inpestor asing, kontraktor asing dan oleh badan-badan usaha besar yang berbentuk Multi Nationa
Corporation yang melakukan korupsi, serta yang lebih populer disebut sebagai konglomerat hitam
karena korupsi jenis ini langsung berpengaruh kepada besar kecilnya APBN. Praktik jenis korups
transnasional misalnya dalam bentuk mark-up proyek pertambangan emas, tembaga, minyak
eksplorasi uap, batu bara dan lain-lain, manipulasi pengelolaan hutan disertai illegal loging, komis
dalam jumlah besar pada proyek-proyek pemerintah, manipulasi perpajakan dan manipulasi proyek
proyek pembangunan lainnya serta kerugian yang ditimbulkan mencapai miliaran dolar atau triliun
rupiah.
Jenis dan Tipologi Korupsi menurut Bentuk-Bentuk Tipikor
Menurut Undang-undang No.31 Tahun 1999 dan diubah dengan UU No.20.
Tahun 2001
a. Tindak pidana korupsi dengan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu korporasi
(pasal 2).
c. Tindak pidana korupsi suap dengan memberikan atau menjanjikan sesuatu ( pasal 5 )
h. korupsi menjadi tidak konsisten sesuai instrumen hukum korupsi sebagai extra
ordinary crim yang harusnya diutamakan sebagai kasus yang luar biasa dengan
sanksi yang paling berat dan keras, misalnya dengan metode carot dan stick yaitu
penerapan sanksi hukum mati atau seumur hidup.
Kurangnya pemahaman masyarakat yang membedakan antara perbuat
korupsi dengan perbuatan kriminalitas lainnya atau perbuatan mali
( kejahatan pencurian ) pada umumnya, juga masyarakat dan pela
i.
bisnis banyak yang belum memahami perbedaan perilaku hasil bisn
dan perilaku hasil dari korupsi, sehingga dalam praktik bisnis bany
terjebak korupsi.