ANGGIE HERLAMBANG AINUL YAQIEN MACHSUNI HADI I0118023 RAMADHAN YAHYA I0118121 VINOT IRVAN ARDIYA I0118141 ZIGHRI FAHRONI TRIPUTRO I0118149 Pancasila sebagai ideologi kebangsaan adalah status ketika para pendiri telah mencarin,memperjuangkan,dan berusaha merumuskan ideologi apa yag kiranya tepat untuk Indonesia merdeka di kemudian hari.Proses ini telah berlangsung sejak siding BPUPK pertama,rapat-rapat setelah siding BPUPKI pertama,termasuk rapat Panitia Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta,siding BPUPKI kedua sampai sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang menetapkan Pembukaan dan UUD Negara Republik Indonesia. A. Dinamika Pancasila Pada Era Kemerdekaan
1. Proses Perumusan Pancasil Menjelang Kemerdekaan
Pancasila buka sesuatu yang historis yang munculnya dikatakansudah ada sejak zaman dahulu kala jauh sebelum Indonesia merdeka.Akan tetapi ,Pancasila adalah produk sejarah ketika bangsa Indonesia berproses mendirikan negara Indonesia. Untuk mendapat simpati bangsa Indonesia,pada tanggal 7 September 1994,Perdana Menntri Kaiso mengumumkan di muka siding Parlemen Jepang bahwa Indonesia akan di beri kemerdekaan pada akhir agustus 1945. Sebagai realisai janji tersebut,pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau yang lebih di kenal dengan Bdan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) Pada tanggal 29 April 1945 terbentuklah BPUPKI dengan Ketua : dr. Radjiman Wedyodiningrat Ketua Muda : Ichibangase Yosio (seorang anggota luar biasa) Ketua Muda : R.P. Soerasi (merangkap kepala) Anggota sebanyak 60 orang yang kebanyaka berasl dari pulau jawa,tetapi juaga ada yan berasal dari Sumatra,Maluku,Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa,Tiongkok,dn Arab.Di antara anggotanya terdapatb 2 orang perempuab yang beranama Ny.Maria Ulfa Santoso dan Ny.RSS Soenarji Mangoenpoespita.Dalam perkembangannya anggota BPUPK bertambah menjadi 69 anggota. Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945 diadakan sidang pertama BPUPK.Diawali dengan pertanyaan “Apa dasar Negara Indonedia yang akan kita bentuk ini ?”dari dr.Radjiman Wedyodiningrat.Dapat disimpulkan bahwa siding ini membahas rancangan dasar Negara Indonesia yang akan di bentuk. Tanggal 1 Juni 1945 hari keempat siding BPUPK Ir.Soekarno berpidato yang kemudian di kenal dengan “Lhirnya Pancasila”. Tanggal 10-17 Juli 1945 di adakan siding BPUPK kedua yang membahas rumusan Piagam Jakarta hasil Panitia Sembilan yang akhirnya di setujui.selain mnyetujui Piagam Jakarta,siding ini juga menghasilkan 3 putuan penting yaitu: + Rancangan pembukaan hokum dasar Negara + Rancangan hokum dasar Negara yang berisi pasal-pasal + Rumusan tentang pernyataan Indonesia merdeka 2. Pentapan Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara
Setelah BPUPK di bubarkan,di bentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia(PPKI) pada tanggal 12 Agustus 1945 dengan Ir.Soekarno sebagai ketuanya dan Moh.Hatta sebagai wakilnya serta anggota yang berjumlah 21 orang yang kemudian pada perkembangannya menjadi 27 orang. Sehari setelah proklamasi,ppki bersidang dan menghasilkan keputusan penting sebagai berikut : + Pengesahan pembukaan dan hokum dasar negara yang selanjutnya di kenal dengan UUD 1945 + Penetapan Ir.Soekarno sebagai presiden dan Moh.Hatta sebagai wakilnya + Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) 3. Dinamika Pancasila pada Awla Kemerdekaan
Pada masa-masa awal kemerdekaan,tidak banyak lagi pembicaraan mengenai
Pancasila.Pancasila mulai di kenal kembali sejak di terbitkan buku berjudul Lahirnya Pancasila,Bung Karno Menggembleng Dasar Negara tahun 1947,yang berisi pidato Ir.Soekarno pada tanggal 1 juni 1945. Pada tahun 1949 terjadi perubahan konstitusi dari UUD negara Republik Indonesia tetapan PPKI menjadi Konstitusi RIS yang rumusannya berbeda dengan bagian pembukaan UUD 1945. Pada tahun 1950,terjadi perubahan bentuk Negara dari negara RIS menjadi Negara kesatuan yang di ikutu dengan pemberlakuan konstitusi baru yaitu UUDS 1950. Pada periode 1945-1959 terjadi perdebatan mengenai Pancasila sebagai dasar negara,terutama di siding-siding Konstituante yang sengaja di bentuk untuk menyusun undang-undang dasar yang baru sebagai penganti UUDS 1945. Karena di anggapa tidak mampu menyusun undang-undang dasar yang baru maka presiden Ir.Soekarno mengeluarkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang berisi sebagai berikut : + Membubarkan Badan Konstituante + Berlakunya kembali UUD 1945 + Pembentukan badan MPRS B. DINAMIKA PANCASILA PADA ERA ORDE LAMA Periode Orde Lama berlangsung antara tahun 1959-1966, yang ditandai dengan berlakunya kembali UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Periode ini disebut juga masa Demokrasi Terpimpin. Pancasila disebut oleh Ir. Soekarno saat Pidato kenegaraan 17 Agustus 1959 yang dikenal sebagai Manifesto Politik. Pancasila dikenalkan sebagai landasan idiil yang berdasar UUD 1945 sebagai landasan struktural dari tujuan revolusi Indonesia. Pancasila menjadi bagian dari revolusi Indonesia yang dikembangkan menjadi ideologi Manipol USDEK. Pada masa itu juga Ir Soekarno berhasil membawa Pancasila dikenal dunia melalui pidatonya di hadapan Sidang Umum PBB tahun 1960, yang berjudul “Membangun Dunia Kembali (To Build The World A New). Dalam Pembangunan Nasional Semesta Berencana, termuat arti penting Pancasila di bidang pendidikan, yaitu sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan dari prasekolah sampai pendidikan tinggi, supaya melahirkan warga negara yang berjiwa Pancasila, antara lain : 1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Kebangsaan 4. Kerakyatan 5. Keadilan sosial C. DINAMIKA PANCASILA PADA ERA ORDE BARU Pemerintahan Orde Baru diawali setelah terjadi nya suatu peristiwa yang saat ini di kenal sebagai Pemberontakan G30 S/PKI, kemudian Presiden Soekarno memberi kewenangan kepada Jenderal Soeharto untuk mengendalikan keadaan, memulihkan keamanan, dan ketertiban dalam negara. Kewenangan itu didasarkan pada Surat Perintah 11 Maret 1966. Yang kemudian Jenderal Soeharto menjadi Presiden pada masa Orde Baru antara tahun 1966-1998.
Orde Baru lahir dari konteks penyimpangan yang dilakukan oleh
pemerintahan sebelumnya, pemerintahan sebelumya dianggap telah mempraktikkan kehidupan kenegaraan yang tidak berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, peranan Presiden yang amat besar, serta Manipol-USDEK dan NASAKOM telah menggeser kedudukan normatif Pancasila dan UUD 1945. Peristiwa penting di masa Orde Baru (1966-1998) adalah seruan Presiden Soeharto yang secara terus menerus untuk memahami pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, Pancasila perlu untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah ketika Soeharto berpidato selaku Pejabat Presiden di hadapan sidang DPR GR tanggal 16 Agustus 1967, yaitu : “Mempertahankan,memurnikan wujud dan memurnikan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945, itulah fungsi dan tujuan Orde Baru. Pancasila yang merupakan keluhuran pandangan hidup bangsa itu mencerminkan nilai-nilai pokok pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia dan merupakan kepribadian Indonesia ...” Ada beberapa usaha-usaha yang disusun secara sistematis untuk memperkuat kedudukan Pancasila antara lain, melalui : 1) Simposium Universitas Indonesia Tahun 1966, yang dalam pembahasan bidang geologi membuat simpulan kembali ke rel Pancasila sejati. 2) Sidang Umum MPRS 1966, yang menghasilkan Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum Indonesia dan Tata Peraturan Perundangan Republik Indonesia. 3) Pada tahun 1968, Presiden Soeharto mengeluarkan Inpres No. 12 Tahun 1968 tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. 4) Sidang Umum MPR 1973, mengeluarkan putusan terkait Pancasila misalnya dengan Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). 5) Sidang Umum MPR 1978, hasil sidang tersebut ialah keluarnya Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau Ekaprasetya Pancakarsa. 6) Pada Tahun 1985, ideologi Pancasila dikembangkan sebagai satu-satunya asas dalam organisasi sosial politik dan organisasi kemasyarakatan. Pada masa itu, keluar Undang- Undang No. 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang isinya mewajibkan Pancasila menjadi satu-satunya asas dalam berorganisasi. D. Dinamika Pancasila Pada Era Reformasi Era reformasi hadir untuk menghapuskan kenangan buruk yang dilakukan era orde baru dan melakukan reformasi atas penyelenggaraan pemerintahan. Tuntutan reformasi saat itu adalah 1) Amandemen UUD 1945, 2) Hapus Dwi Fungsi ABRI, 3) Supremasi Hukum, 4) otonomi daerah 5) Kebebasan pers, 6) Mewujudkan kehidupan demokrasi. Ekses lain dari reformasi adalah anggapan bahwa semua peninggalan orde baru dianggap menyimpang dan harus dihapuskan, termasuk Pancasila. Di awal reformasi, Pancasila telah dilupakan banyak orang, hal ini diakui oleh mantan Presiden BJ Habibie. Pancasila meredup , jarang dibicarakan, dikutip, dan dibahas, baik dalam kenegaraan, kebangsaan, dan masyarakat. Di tengah kebebasan dan demokrasi yang berjalan, Kesan masyarakat terhadap Pancasila pasca Orde Baru sekarang ini sedang berada pada titik jenuh dan terjadi penistaan terhadap Pancasila akibat mistifikasi dan ideologisasi Pancasila oleh Orde Baru (Gumilar R Soemantri, 2006) Munurut Azyumardi Azhar (2003) Komitmen melaksanakan pancasila dalam berbangsa dan bernegara semakin luntur karena disebabkan laju liberalisasi di segala bidang baik politik, hukum, dan ekonomi. Salah satu putusan penting kenegaraan perihal Pancasila adalah keluarnya tap MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila dan penetapan tentang penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara. Era reformasi ternyata tidak “alergi” pada pancasila. Semangat reformasi justru ingin kembali menegaskan bahwa Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia, tetapi juga tidak ingin memperlakukan Pancasila sebagai alat legitimasi kekuasaan. Dewasa ini, Pancasila mulai diwacanakan baik melalui pemikiran akademis maupun jalur politik kenegaraan, Pancasila yang awalnya terpinggirkan mulai diperbincangkan untuk mencari makna dan kedudukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak seminar seputar pancasila yang diadakan oleh perguruan tinggi seperti di UI (2006), UGM (2006), UPI (2009) dan kongres Pancasila I-VII yang diadakan tahunan sejak 2009. Mantan Presiden keenam pada acara Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun 2006 meminta semua pihak untuk menghentikan perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara. Beberapa ketetapan MPR RI yang menyiratkan penerimaan atas pancasila, sebagai berikut : Tap MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang HAM yang bersumber dari ajaran agama, nilai moral universal, nilai luhur budaya bangsa, serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 Tap MPR RI No. V/MPR/2000 tentang pemantapan persatuan dan kesatuan nasional. Tap MPR RI No. VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa yang mengartikan etika kehidupan berbangsa yang bersumber dari nilai agama, nilai luhur budaya bangsa yang tercermin pada Pancasila sebagai acuan dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. MPR RI juga gencar mensosialisasikan konsensus kebangsaan yang dikenal dengan nama Empat Pilar Kehidupan Berbangsa da Bernegara. Ter i ma Ka sih