Anda di halaman 1dari 30

DIAGRAM FASA

Edy Septe.S
• Dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur
dan komposisi) yang homogen dari suatu area
yang terdapat didalam material.

• Diagram fasa merupakan gambaran secara grafis


fasa-fasa yang terdapat didalam suatu material
dengan variabel temperatur, tekanan dan
komposisi
Diagram fasa digunakan untuk memahami dan
memprediksi berbagai aspek dan perilaku material.
Beberapa informasi penting yang dapat diperoleh
dari diagram fasa adalah :
1. Fasa-fasa yang terdapat pada material pada
berbagai komposisi dan temperatur dibawah
kondisi pendinginan lambat.
2. Indikasi kesetimbangan kelarutan padat dari suatu
elemen/senyawa dalam elemen/senyawa lain.
3. Indikasi temperatur, dimana paduan didinginkan
dari cair (start) hingga padat (solidifikasi) dan
rentang temperatur proses solidifikasi terjadi.
4. Indikasi temperatur dimana terjadi perubahan fasa
padat pada saat meleleh.
• Senyawa murni seperti air dapat berada dalam
fasa padat, cair dan gas, tergantung pada kondisi
temperatur dan tekanannya.
• Contoh :
Untuk dua fasa senyawa murni dalam
kesetimbangan adalah “segelas air yang berisi
balok-balok kecil es”.
Pada kasus ini, air pada fasa padat (es) dan cair
adalah dua fasa yang berbeda dan berdampingan,
yang dipisahkan oleh batas fasa (phase boundary)
yaitu permukaan balok es tersebut.
Selama pemanasan (boiling), air yang cair dan
uap air adalah fasa dalam keadaan setimbang.
Diagram fasa air pada berbagai temperatur dan tekanan
diperlihatkan pada gambar sbb :

Garis Pembekuan Garis Penguapan


Tekanan
H2O, torr
Pada diagram fasa tekanan-
temperatur air, terdapat triple
760 point pada tekanan rendah
PA (4,579 torr) dan temperatur
DAT CAIR
rendah (0,0098 oC), dimana
GAS fasa padat, cair dan uap air
terjadi bersamaan.
Fasa cair dan uap terjadi
sepanjang garis penguapan dan
Triple point O,0098 C
garis pembekuan.
o

0 100 Garis-garis ini merupakan dua


Temperatur H2O, oC garis kesetimbangan fasa

Diagram fasa kesetimbangan


Tekanan-Temperatur air murni
Diagram fasa kesetimbangan tekanan dan temperatur juga
dapat dibuat untuk zat murni lain. Contohnya adalah
diagram fasa besi murni, seperti terlihat pada gambar

Temp, oC
Pada diagram terlihat ada 3
triple point : UAP
CAIR
• Triple point pertama : 2000 oC Triple point
3
besi-, besi- dan uap. 1500 C
o
 Fe (BCC)
1538 oC
1394 oC
• Triple point kedua : 1000 oC
2
 Fe (FCC)
besi-, besi- dan uap. 1
910 oC
500 oC
• Triple point ketiga :  Fe (BCC)
besi-, cair dan uap. PADAT

Besi- dan besi- mempunyai


struktur kristal BCC, 10 -12
10 -8
10 -4
1 10 4
Tekanan,
sedangkan besi- memiliki atm

struktur kristal FCC. Diagram fasa kesetimbangan


Tekanan-Temperatur besi murni
Temp, oC

UAP

CAIR
2000 oC Triple point
3
1538 oC
1500 C
o
 Fe (BCC)
1394 oC
2
1000 oC  Fe (FCC)
910 oC

500 oC 1

 Fe (BCC)

PADAT

10 -12
10 -8
10 -4
1 10 4
Tekanan, atm

Batas fasa dalam keadaan padat mempunyai sifat yang sama dengan
batas fasa cair-padat. Contoh : dibawah kondisi setimbang besi-  dan
besi- terbentuk pada temperatur 910 oC dan tekanan 1 atm. Diatas 910
o
C, hanya satu fasa besi- saja yang terbentuk dan dibawah 910 oC
hanya fasa besi- saja yang terbentuk
GIBBS PHASE RULE
Berdasarkan pertimbangan termodinamika, J.W. Gibbs (1839-
1903), Physicist Mathematical dari Yale University menyatakan
persamaan untuk menentukan jumlah fasa yang berdampingan,
yang dikenal sebagai “Gibbs phase rule” sebagai berikut :

P+F=C+2
P = Jumlah fasa pada sistem yang berdampingan.
C = Jumlah komponen dalam sistem.
F = derajat kebebasan

Aplikasi Gibbs phase rule untuk diagram fasa tekanan-


temperatur air murni adalah sebagai berikut :
• Pada triple point , 3 (tiga) fasa yang berdampingan dalam
keadaan setimbang dan didalam sistem hanya ada 1 (satu)
komponen, yaitu : air, maka jumlah derajat kebebasannya
dapat ditentukan :
P+F=C+2 Tekanan
Garis Pembekuan Garis Penguapan

3+F=1+2
H O, torr
2

F=3–3=0 760

(nol derajat kebebasan) PA


DAT CAIR

Karena tidak ada variabel GAS

(temperatur atau tekanan)


dapat berubah dan tetap
terdapat tiga fasa yang
berdampingan, maka triple Triple point O,0098
point ini dinamakan o
C

“invariant point”. 0 100

Temperatur H2O, oC
• Perhatikan titik disepanjang kurva pembekuan cair-padat.
Pada berbagai titik sepanjang garis (kurva) ini terdapat 2
(dua) fasa yang berdampingan. Dari Gibbs phase rule
diperoleh :
P+F=C+2 Garis Garis Penguapan
Pembekuan
2+F=1+2
Tekanan
H O, torr
2

F=3–2=1
760
(satu derajat kebebasan) PA
DAT CAIR
Pada kurva tersebut terdapat
satu derajat kebebasan, artinya : GAS

satu variabel (tekanan atau


temperatur) dapat dirobah
secara bebas dan tetap
mempertahankan sistem dengan Triple point O,0098
C
dua fasa yang berdampingan,
o

0 100
Jadi jika tekanan tetap, maka
hanya temperatur yang Temperatur H2O, oC

mempengaruhi perubahan fasa


(menjadi fasa cair atau fasa
padat).
• Perhatikan satu titik didalam satu fasa air tersebut !,
artinya hanya ada satu fasa (P=1), lalu dari persamaan :
P+F=C+2
1+F=1+2 Tekanan
Garis
Pembekuan
Garis Penguapan

F=3–1=2 H O, torr
2

(dua derajat kebebasan) 760


Hasil ini memperlihatkan bahwa PA
DAT CAIR
dua variabel (tekanan dan GAS
temperatur) dapat divariasikan
secara bebas, dan sistem akan tetap
berada dalam fasa tunggal (single
phase). Triple point O,0098
o
C
0 100

Temperatur H2O, oC
ISOMORPHOUS BINARY
ALLOY SISTEM
• Perhatikan paduan dua logam murni !
• Paduan dua logam ini disebut binary alloy dan
terdiri dari dua komponen, karena masing-
masing unsur logam dalam paduan ini terdiri dari
komponen yang berbeda.
• Jadi tembaga murni adalah sistem satu
komponen, sebaliknya paduan tembaga-nikel
adalah sistem dua-komponen.
• Kadangkala senyawa dalam paduan juga
dianggap sebagai komponen yang berbeda.
– Contoh : baja karbon (plain carbon steels) yang
memiliki kandungan utama besi dan karbida besi
adalah sistem dengan dua komponen.
• Pada beberapa sistem binary logam, dua unsur
dapat larut, baik dalam keadaan cair atau padat.
• Pada sistem seperti ini, hanya satu jenis struktur
kristal terdapat untuk semua komposisi dari
komponen tersebut. Oleh karena itu disebut
sebagai sistem isomorphous.
• Untuk dua unsur yang mempunyai kelarutan
padat sempurna satu sama lain, biasanya
memenuhi satu atau lebih kondisi yang
diformulasikan oleh William Hume Rothey
(1899-1968) metallurgist Inggris, yang dikenal
sebagai kaidah kelarutan padat Hume Rothey :
1. Struktur kristal masing-masing unsur dari larutan
padat tersebut harus sama.
2. Ukuran atom masing-masing unsur tidak berbeda
lebih dari 15 %.
3. Unsur-unsur tersebut mempunyai valensi yang sama.
4. Unsur-unsur tersebut tidak membentuk senyawa satu
dan lainnya.
• Contoh isomorphous binary alloy sistem : sistem Cu-Ni.
• Diagram fasa sistem ini : temperatur (ordinat) dan % wt
komposisi kimia (absis), seperti gambar.
1455 oC
T, oC
LIQUIDUS

Cair

1300 oC
C+  SOLIDUS

Larutan
1084 oC Padat 

0 25 50 75 100
Cu % wt Ni Ni

• Diagram ini diperoleh berdasarkan pendinginan


lambat pada tekanan atmosfir
1455 oC
T, oC

Cair
C+ 

Wl=45 %
Wo=53 %
1300 C
o WS=58 %

TIE LINE

Larutan
1084 C
o Padat 

0 25 50 75 100

Cu % wt Ni Ni
T, oC
1500
80 Ni
Cu 20 50 % Murni
Murni % % Ni
1400
Diagram fasa biner Ni Ni L
3 C D

untuk komponen 1300


L2
S3

dimana terjadi 1200


kelarutan sempurna L1 S2

antara satu dan 1100


A
S1

lainnya dalam
B

keadaan padat dapat wakt


u
digambarkan dengan LIQUIDU L3
serangkaian kurva
1455 oC
T, oC S
Cair
SOLIDUS
pendinginan cair – L2

padat, seperti 1300


S3

diperlihatkan untuk o
C
L1
Cair + S2
sistem Cu-Ni pada 

gambar 1084 S1
Larutan
Padat 
o
C

0 20 50 80 10
Cu % wt Ni 0
Ni
Pada gambar terlihat bahwa kurva pendinginan untuk
logam murni mempunyai garis horizontal termal yang
tertahan pada titik pembekuannya (garis AB dan CD).
Sedangkan larutan padat biner diperlihatkan oleh
perubahan sudut (slope) antara garis liquidus dan
solidus pada kurva pendinginan tersebut
THE LEVER RULE
Persen berat fasa dalam daerah dua fasa pada diagram fasa
biner dapat dihitung dengan menggunakan kaidah batang
(lever rule).

T, oC
Cair X

Cair + 

T S

Larutan
Padat 

S1

0 Wl Wo Ws 1

A Fraksi berat B B
Persamaan untuk memperoleh persamaan kaedah
batang ini, yaitu :
• Persamaan pertama : Jumlah fraksi berat fasa cair (Xl)
dan fraksi berat fasa padat (Xs) sama dengan 1, maka :
XL + XS = 1
XL = 1 - XS
XS = 1 - XL
• Persamaan kedua : Kesetimbangan berat B dalam paduan
adalah jumlah B dalam dua fasa berbeda. Jika berat
paduan adalah 1 gram, maka kesetimbangan beratnya
adalah :
Berat (gr) B dalam fasa campuran = Berat B dalam fasa cair + Berat B dalam fasa padat
Berat (gr) B dalam fasa campuran = Berat B dalam fasa cair + Berat B dalam fasa padat
Berat fasa campuran Berat fasa cair Berat fasa padat

(1 gr) . (1). ( % WO /100) = (1gr) . (XL) . ( % WL /100) + (1gr) . (XS) . ( % WS /100)

Fraksi berat Fraksi berat Fraksi berat


fasa campuran fasa cair fasa padat

Fraksi berat B Fraksi berat B Fraksi berat B


dalam fasa campuran dalam fasa cair dalam fasa padat

Jadi : WO = XL WL + XS WS
Substitusi : XL = 1 - T,
Cair X
XS C
o

Cair +
Maka : WO = (1 - XS ) WL + XS WS L 

T S
WO = WL – XS WL + XS WS
XS WS - XS WL = WO – WL .
Laruta
XS (WS - WL ) = WO – WL . S1
n
Padat

Sehingga fraksi berat fasa padat : 0 Wl Wo Ws 1
X S = ( WO – W L / W S - W L ) A Fraksi B
berat B
• Dengan cara yang sama :
WO = XL WL + XS WS
 XS = 1 - XL
WO = XL WL + (1 - XL ) WS
T,
WO = XL WL + WS - XL WS o
C Cair X

Cair +
XL WS - XL WL = WS – WO T
L 

XL (WS - WL ) = WS – WO
• Jadi fraksi berat fasa cair : Laruta
n

XL = ( WS – WO / WS - WL ) S1 Padat

0 Wl Wo Ws 1
A Fraksi B
berat B
α
α
α c
1455 oC
T, C
o

Cair
C+ 
Contoh :
Wl=35 % Paduan tembaga nikel
1300 oC
Wo=53 %
WS=63 %
yang mengandung 47 %
Cu dan 53 % Ni pada
TIE LINE
1300 oC.
a. Tentukan fraksi berat
Cu dalam fasa cair dan
padat.
Larutan b. Tentukan persen
1084 oC Padat  berat paduan ini sebagai
a cairan dan padatan.

0 25 50 75 100

Cu % wt Ni Ni
• Penyelesaian :
Dari gambar diagram fasa Cu-Ni, pada temperatur 1300 oC diperoleh :
Pada liquidus : 55 % Cu, Pada solidus : 42 % Cu.
Jadi pada tie line : WO = 53 % Ni, WL = 45 % Ni dan WS = 58 % Ni.
• Fraksi berat fasa cair :
XL = ( WS – WO / WS - WL )
XL = ( 58 – 53 / 58 - 45 )
XL = ( 5 / 13 ) = 0,38.
Persen berat fasa cair = 0,38 . 100 % = 38 %.
• Fraksi berat fasa padat :
XS = ( WO – WL / WS - WL )
XL = ( 53 – 45 / 58 - 45 )
XL = ( 8 / 13 ) = 0,62.
Persen berat fasa cair = 0,62 . 100 % = 62 %.
DIAGRAM FASA
DIAGRAM FASA
DIAGRAM FASA BESI-KARBON
REAKSI FASA

Peritektik :
+L
Eutektik :
L+
Fe3C
Eutektoid :
+
Fe3C
Contoh 1.



 
T1. 100 % Cair 
T2. Pengintian fasa 
T3. terbentuk 100 %  

T4. Pengintian fasa   

T5. terbentuk 100 %  

T6. Pengintian fasa  


T7. Fasa  100%  




 

Q&A

Anda mungkin juga menyukai