P 8 Diagram Fasa
P 8 Diagram Fasa
Edy Septe.S
• Dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur
dan komposisi) yang homogen dari suatu area
yang terdapat didalam material.
Temp, oC
Pada diagram terlihat ada 3
triple point : UAP
CAIR
• Triple point pertama : 2000 oC Triple point
3
besi-, besi- dan uap. 1500 C
o
Fe (BCC)
1538 oC
1394 oC
• Triple point kedua : 1000 oC
2
Fe (FCC)
besi-, besi- dan uap. 1
910 oC
500 oC
• Triple point ketiga : Fe (BCC)
besi-, cair dan uap. PADAT
UAP
CAIR
2000 oC Triple point
3
1538 oC
1500 C
o
Fe (BCC)
1394 oC
2
1000 oC Fe (FCC)
910 oC
500 oC 1
Fe (BCC)
PADAT
10 -12
10 -8
10 -4
1 10 4
Tekanan, atm
Batas fasa dalam keadaan padat mempunyai sifat yang sama dengan
batas fasa cair-padat. Contoh : dibawah kondisi setimbang besi- dan
besi- terbentuk pada temperatur 910 oC dan tekanan 1 atm. Diatas 910
o
C, hanya satu fasa besi- saja yang terbentuk dan dibawah 910 oC
hanya fasa besi- saja yang terbentuk
GIBBS PHASE RULE
Berdasarkan pertimbangan termodinamika, J.W. Gibbs (1839-
1903), Physicist Mathematical dari Yale University menyatakan
persamaan untuk menentukan jumlah fasa yang berdampingan,
yang dikenal sebagai “Gibbs phase rule” sebagai berikut :
P+F=C+2
P = Jumlah fasa pada sistem yang berdampingan.
C = Jumlah komponen dalam sistem.
F = derajat kebebasan
3+F=1+2
H O, torr
2
F=3–3=0 760
Temperatur H2O, oC
• Perhatikan titik disepanjang kurva pembekuan cair-padat.
Pada berbagai titik sepanjang garis (kurva) ini terdapat 2
(dua) fasa yang berdampingan. Dari Gibbs phase rule
diperoleh :
P+F=C+2 Garis Garis Penguapan
Pembekuan
2+F=1+2
Tekanan
H O, torr
2
F=3–2=1
760
(satu derajat kebebasan) PA
DAT CAIR
Pada kurva tersebut terdapat
satu derajat kebebasan, artinya : GAS
0 100
Jadi jika tekanan tetap, maka
hanya temperatur yang Temperatur H2O, oC
F=3–1=2 H O, torr
2
Temperatur H2O, oC
ISOMORPHOUS BINARY
ALLOY SISTEM
• Perhatikan paduan dua logam murni !
• Paduan dua logam ini disebut binary alloy dan
terdiri dari dua komponen, karena masing-
masing unsur logam dalam paduan ini terdiri dari
komponen yang berbeda.
• Jadi tembaga murni adalah sistem satu
komponen, sebaliknya paduan tembaga-nikel
adalah sistem dua-komponen.
• Kadangkala senyawa dalam paduan juga
dianggap sebagai komponen yang berbeda.
– Contoh : baja karbon (plain carbon steels) yang
memiliki kandungan utama besi dan karbida besi
adalah sistem dengan dua komponen.
• Pada beberapa sistem binary logam, dua unsur
dapat larut, baik dalam keadaan cair atau padat.
• Pada sistem seperti ini, hanya satu jenis struktur
kristal terdapat untuk semua komposisi dari
komponen tersebut. Oleh karena itu disebut
sebagai sistem isomorphous.
• Untuk dua unsur yang mempunyai kelarutan
padat sempurna satu sama lain, biasanya
memenuhi satu atau lebih kondisi yang
diformulasikan oleh William Hume Rothey
(1899-1968) metallurgist Inggris, yang dikenal
sebagai kaidah kelarutan padat Hume Rothey :
1. Struktur kristal masing-masing unsur dari larutan
padat tersebut harus sama.
2. Ukuran atom masing-masing unsur tidak berbeda
lebih dari 15 %.
3. Unsur-unsur tersebut mempunyai valensi yang sama.
4. Unsur-unsur tersebut tidak membentuk senyawa satu
dan lainnya.
• Contoh isomorphous binary alloy sistem : sistem Cu-Ni.
• Diagram fasa sistem ini : temperatur (ordinat) dan % wt
komposisi kimia (absis), seperti gambar.
1455 oC
T, oC
LIQUIDUS
Cair
1300 oC
C+ SOLIDUS
Larutan
1084 oC Padat
0 25 50 75 100
Cu % wt Ni Ni
Cair
C+
Wl=45 %
Wo=53 %
1300 C
o WS=58 %
TIE LINE
Larutan
1084 C
o Padat
0 25 50 75 100
Cu % wt Ni Ni
T, oC
1500
80 Ni
Cu 20 50 % Murni
Murni % % Ni
1400
Diagram fasa biner Ni Ni L
3 C D
lainnya dalam
B
diperlihatkan untuk o
C
L1
Cair + S2
sistem Cu-Ni pada
gambar 1084 S1
Larutan
Padat
o
C
0 20 50 80 10
Cu % wt Ni 0
Ni
Pada gambar terlihat bahwa kurva pendinginan untuk
logam murni mempunyai garis horizontal termal yang
tertahan pada titik pembekuannya (garis AB dan CD).
Sedangkan larutan padat biner diperlihatkan oleh
perubahan sudut (slope) antara garis liquidus dan
solidus pada kurva pendinginan tersebut
THE LEVER RULE
Persen berat fasa dalam daerah dua fasa pada diagram fasa
biner dapat dihitung dengan menggunakan kaidah batang
(lever rule).
T, oC
Cair X
Cair +
T S
Larutan
Padat
S1
0 Wl Wo Ws 1
A Fraksi berat B B
Persamaan untuk memperoleh persamaan kaedah
batang ini, yaitu :
• Persamaan pertama : Jumlah fraksi berat fasa cair (Xl)
dan fraksi berat fasa padat (Xs) sama dengan 1, maka :
XL + XS = 1
XL = 1 - XS
XS = 1 - XL
• Persamaan kedua : Kesetimbangan berat B dalam paduan
adalah jumlah B dalam dua fasa berbeda. Jika berat
paduan adalah 1 gram, maka kesetimbangan beratnya
adalah :
Berat (gr) B dalam fasa campuran = Berat B dalam fasa cair + Berat B dalam fasa padat
Berat (gr) B dalam fasa campuran = Berat B dalam fasa cair + Berat B dalam fasa padat
Berat fasa campuran Berat fasa cair Berat fasa padat
Jadi : WO = XL WL + XS WS
Substitusi : XL = 1 - T,
Cair X
XS C
o
Cair +
Maka : WO = (1 - XS ) WL + XS WS L
T S
WO = WL – XS WL + XS WS
XS WS - XS WL = WO – WL .
Laruta
XS (WS - WL ) = WO – WL . S1
n
Padat
Sehingga fraksi berat fasa padat : 0 Wl Wo Ws 1
X S = ( WO – W L / W S - W L ) A Fraksi B
berat B
• Dengan cara yang sama :
WO = XL WL + XS WS
XS = 1 - XL
WO = XL WL + (1 - XL ) WS
T,
WO = XL WL + WS - XL WS o
C Cair X
Cair +
XL WS - XL WL = WS – WO T
L
XL (WS - WL ) = WS – WO
• Jadi fraksi berat fasa cair : Laruta
n
XL = ( WS – WO / WS - WL ) S1 Padat
0 Wl Wo Ws 1
A Fraksi B
berat B
α
α
α c
1455 oC
T, C
o
Cair
C+
Contoh :
Wl=35 % Paduan tembaga nikel
1300 oC
Wo=53 %
WS=63 %
yang mengandung 47 %
Cu dan 53 % Ni pada
TIE LINE
1300 oC.
a. Tentukan fraksi berat
Cu dalam fasa cair dan
padat.
Larutan b. Tentukan persen
1084 oC Padat berat paduan ini sebagai
a cairan dan padatan.
0 25 50 75 100
Cu % wt Ni Ni
• Penyelesaian :
Dari gambar diagram fasa Cu-Ni, pada temperatur 1300 oC diperoleh :
Pada liquidus : 55 % Cu, Pada solidus : 42 % Cu.
Jadi pada tie line : WO = 53 % Ni, WL = 45 % Ni dan WS = 58 % Ni.
• Fraksi berat fasa cair :
XL = ( WS – WO / WS - WL )
XL = ( 58 – 53 / 58 - 45 )
XL = ( 5 / 13 ) = 0,38.
Persen berat fasa cair = 0,38 . 100 % = 38 %.
• Fraksi berat fasa padat :
XS = ( WO – WL / WS - WL )
XL = ( 53 – 45 / 58 - 45 )
XL = ( 8 / 13 ) = 0,62.
Persen berat fasa cair = 0,62 . 100 % = 62 %.
DIAGRAM FASA
DIAGRAM FASA
DIAGRAM FASA BESI-KARBON
REAKSI FASA
Peritektik :
+L
Eutektik :
L+
Fe3C
Eutektoid :
+
Fe3C
Contoh 1.
T1. 100 % Cair
T2. Pengintian fasa
T3. terbentuk 100 %
T4. Pengintian fasa
T5. terbentuk 100 %
Q&A