Anda di halaman 1dari 50

Case Report Session

DENGUE HEMORRHAGIC
FEVER

Oleh:
Raihan Afif Salam 1810311056
 
Preseptor:
dr. Ika Kurnia Febrianti, Sp.PD
1
Pendahuluan

2
Latar Belakang
• Infeksi virus dengue merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypty
• DBD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/
nyeri sendi yang dsertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik

Herlianita R. Krisis Hipertensi. Hypertensive Crises. Available from: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/408 3


• Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara,
terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan
pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia
Tenggara, dan India
• Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik
dan subtropik bahkan cenderung terus meningkat dan banyak
menimbulkan kematian pada anak, 90% di antaranya menyerang anak
di bawah 15 tahun.
• Di Indonesia,setiap tahunnya selalu terjadi KLB di beberapa provinsi,
yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan jumlah penderita
79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih.

4
Tujuan Penulisan
• Laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang DHF .

5
Metode Penulisan
• Laporan kasus ini ditulis dengan menggunakan
metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai
literatur.

6
Tinjauan Pustaka

7
Definisi
• Infeksi virus dengue merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh infeksi virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae melalui
perantara gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus
• Demam dengue ditandai oleh demam 2 – 7 hari, yang timbul
mendadak, tinggi, terus – menerus dan ditambah dengan adanya 2 atau
lebih gejala lain yaitu manifestasi perdarahan baik spontan (ptekie,
perdarahan gusi, purpura, epistaksis, hematemesis, atau melena)
maupun berupa uji tourniquet positif, nyeri kepala, leukopenia (<
4.000/mm3), dan trombositopenia (< 100.000/mm3).
Williams B, Mancia G, Spiering W, Rosei EA, Azizi M, Burnier M, Clement DL, et all. 2018 ESC/ESH Guidelines for the
8
management of arterial hypertension. European Heart Journal. 2018; 39(33). Hlm 3021-104.
• DHF merupakan infeksi virus dengue dengan ditandai 2 atau lebih
manifestasi klinis ditambah dengan bukti perembesan plasma dan
trombositopenia.

9
Epidemiologi
• Merupakan penyakit infeksi virus mosquito-borne yang tersebar paling
cepat di dunia
• Dalam 50 tahun terakhir kejadiannya meningkat 30 kali lipat dengan
penyebaran yang meluas ke berbagai negara baru dengan karakteristik
geografis yang beragam dari area pemukiman ke perkotaan
• Sekitar 70% populasi yang berada dalam resiko terinfeksi dengue berada
di kawasan asia tenggara dan pasifik bagian barat. Semenjak tahun 2000
angka kematian akibat dengue mencapai rata rata 1% di area ini, namun
di Indonesia, India dan myanmar angka kematian mencapai 3-5%
Bagian N, Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala S, Sakit Umum drZainoel Abidin
10
Banda Aceh R. PENANGANAN KRISIS HIPERTENSI Management of Hypertensive Crisis. Idea Nursing Journal. VI(3).
11
Etiologi
• Etiologi penyakit DHF adalah virus dangue termasuk famili
Flaviviridae, genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe, yakni DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4
• Jika seseorang terinfeksi pertama kali (primer) dengan satu serotipe
maka orang tersebut akan mendapatkan kekebalan seumur hidup
terhadap serotipe tersebut

JNC VIII 12
Klasifikasi

13
Patofisiologi
• Volume Plasma  perbedaan DD dan DHF terletak pada peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, penurunan volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia, disertai diathesis hemoragik
• Trombositopenia Trombositopenia disebabkan oleh depresi fungsi megakariosit
dan peningkatan destruksi trombosit. Trombositopenia dan gangguan fungsi
trombosit dianggap sebagai penyebab utama terjadinya perdarahan pada DHF
• Sistem Komplemen  Aktivasi komplemen menghasilkan anafilaktoksin C3 dan C5
yang mempunyai kemampuan menstimulasi sel mast untuk melepaskan histamine
yang merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas
kapiler, pengurangan volume plasma, dan syok hipovolemik

14
Patogenesis
• Teori Secondary Heterologous Infection
Pasien yang mengalami infeksi berulang dengan serotipe virus
dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk
menderita DHF atau DSS. Antibodi heterolog yang telah ada
sebelumnya akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan
membentuk kompleks antigen antibodi kemudian berikatan dengan Fc
reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Sifat antibodi
yang heterolog menyebabkan virus tidak dinetralisirkan oleh tubuh
sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel makrofag

Mohani CI. Hipertensi Primer. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
KM, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: Pusat 15
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.h. 2284-93.
• Beberapa hari  proliferasi limfosit  titer tinggi antibodi IgG anti
dengue
• Kompleks antigen-antibodi  sistem komplemen aktif 
permeabelitas dinding pembuluh darah meningkat  plasma
merembes ke ruang ekstravaskular

16
• Hipotesis antibody dependent enhancement (ADE)
peningkatan replikasi virus dengue dalam sel mononuklear  peningkatan
sekresi mediator vasoaktif  peningkatan permeabelitas pembuluh darah 
perembesan plasma  hipovolemik

Virus mengalami perubahan genetik  ekspresi perubahan genetik dan


genom virus  peningkatan replikasi virus

Kompleks antigen-antibodi melekat pada membra trombosit  trombosit


melekat satu sama lain  trombosit dihancurkan RES (reticulo endothelial
system)  trombositopenia
17
Manifestasi
Klinis

18
• Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
• Demam sederhana yang tidak dapat dibedakan dengan penyebab virus lain. Demam
disertai kemerahan berupa makulopapular, timbul saat demam reda. Gejala dari
saluran pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai
• Demam dengue (DD)
• Demam timbul mendadak tinggi : 39-40°C, terus menerus
• bifasik, biasanya berlangsung antara 2 – 7 hari.
• Pada hari ketiga, sakit pada umumnya suhu tubuh menurun, namun masih di atas
normal, kemudian suhu naik kembali (Bifasik)
• Demam disertai dengan myalgia, sakit punggung, atralgia, muntah, fotofobia dan
nyeri retroorbital pada saat mata digerakkan

19
• Demam berdarah dengue (DBD)
• Serupa dengan DD
• Gejala lain dapat berupa nyeri epigastrik, mual, muntah, nyeri di daerah
subcostal kanan atau nyeri abdomen difus, kadang disertai sakit tenggorok.
• Manifestasi perdarahan adalah uji bendung positif (≥10 petekie/inch2), ptekie
spontan, yang ditemukan pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak
• Sindrom Syok Dengue
• syok  tubuh melakukan kompensasi (syok terkompensasi)  namun
apabila mekanisme tersebut tidak berhasil, pasien akan jatuh ke dalam syok
dekompensasi  dapat berupa syok hipotensif dan profound shock yang
menyebabkan asidosis metabolik, gangguan organ progresif, dan koagulasi
intravaskular diseminata

20
Diagnosis
Diagnosis klinis demam berdarah dengue :
1. Demam 2 – 7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus – menerus, kontinua.
2. Manifestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan atau melena; maupun berupa uji tourniquet positif
3. Nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri retroorbital.
4. Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau di sekitar rumah.
5. Hepatomegali
6. Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu tanda/gejala :
- Peningkatan hematocrit, >20% dari Pemeriksaan awal atau dari data populasi
menurut umur.
- Ditemukan adanya efusi pleura, asites.
- Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
7. Trombositopenia < 100.000/mm3
21
Pemeriksaan Penunjang
• isolasi virus,
• deteksi RNA virus dengan menggunakan pemeriksaan reverse transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR),
• deteksi antigen virus dengan pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue,
• deteksi respon imun serum berupa pemeriksaan serologi IgG dan IgM anti
dengue,
• analisis parameter hematologi terutama pemeriksaan hitung leukosit, nilai
hematokrit, dan jumlah trombosit.
22
Tatalaksana

Tatalaksana pasien dewasa dengan kecurigaan DBD tanpa syok 23


Tatalaksana DBD pada pasien
dengan peningkatan Ht > 20%

24
Komplikasi
• Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
• Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan
gagal ginjal akut.
• Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat
overloading pemberian cairan ada masa perembesan plasma
• Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik dan
perdarahan hebat (DIC, kegagalan organ multipel)
• Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai.
25
Laporan Kasus

26
Identitas
• Nama : Ny. SR
• Nama Ibu Kandung : -
• Usia : 38 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Padang Tongga
• Status Pernikahan : Menikah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : IRT
• Suku : Minangkabau
• Nomor RM : 25 32 29
• Jenis Anamnesis : Autoanamnesis
Keluhan utama
• Demam terus menerus sejak 4 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
• Demam sejak 4 hari SMRS, demam dirasakan mendadak tinggi. Demam turun bila
pasien meminum Parasetamol, setelah itu demam naik kembali. Demam disertai
nyeri di kepala dan sendi-sendi seluruh tubuh.
• Mual dirasakan sejak 2 hari SMRS, tanpa disertai muntah. Saat ini mual muntah
tidak ada
• Pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan nyeri pada ulu hati
• Nafsu makan menurun sejak 2 hari SMRS
• Sesak nafas dan batuk tidak ada
• BAB dan BAK biasa
• Pasien ada riwayat perjalanan keluar daerah
Riwayat Penyakit Dahulu
• Tidak ada riwayat hipertensi
• Tidak ada riwayat diabetes mellitus
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa
Riwayat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
• Pasien adalah seorang anggota BNPB. Selain bekerja di kantor kadang
pasien ikut bertugas seperti mencari orang hilang atau membantu
korban bencana seperti longsor.

32
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Umum
• Vital Sign :
• Keadaan Umum : Sedang
• Kesadaran : Komposmentis Kooperatif
• Tekanan Darah : 128/71 mmHg
• Frekuensi Nadi : 79 x/menit
• Frekuensi Nafas : 20 x/menit
• Suhu : 38,4 ℃
• Status Generalisata :
• Kepala : Normochepal
• Rambut : Rambut hitam dan tampak lebat, rambut tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
• Telinga : Tidak ditemukan kelainan
• Hidung : Tidak ditemukan kelainan
• Tenggorokan : Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, kripta tidak melebar
• Gigi dan Mulut : Perdarahan gusi tidak ada
• Leher : Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tiroid tidak membesar
• Kulit : Ikterus (-), Sianosis (-)
• Thorax
• Paru :
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada kanan dan kiri simetris
• Palpasi : Fremitus dinding dada kanan dan kiri sama
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak
ada

35
• Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC 4
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama reguler, tidak ada murmur

• Abdomen :
Inspeksi : Distensi tidak ada
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

• Alat Kelamin dan anus : Tidak dilakukan pemeriksaan


36
• Ekstremitas : nyeri sendi (+), turgor kulit normal, eritema
palmaris (-), sianosis (-), akral hangat (+), CRT <2 detik
Pemeriksaan Laboratorium (02/09/2022)

Kesan :
- Leukositopenia dan trombositopenia
- SGOT dan SGPT meningkat
- Neutrofilia
- Limfositopenia
Rontgen Thorax

Bacaan :
- Cor tidak membesar
- Sinus dan diafragma normal
- Hilus normal
- Corakan bronkovesikular normal
- Skeletal dan soft tissue normal

Kesan : Cord an Pulmo dalam batas normal


Diagnosis Kerja
• DHF Grade 1

Diagnosis Banding :
• - Demam Tifoid
• - Malaria
Tatalaksana dan prognosis

Tatalaksana Prognosis
• IVFD RL jam/kolf Quo Ad functionam : dubia ad
• Inj. Lansoprazole 1/1 bonam
• Sucralfat 3x1 Quo Ad vitam : dubia ad
bonam
• PCT 3x1
• Curcuma 1x1
• Domperidone 2x1
• Neurodex 2x1
Diskusi

42
• Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun datang ke IGD
RSUD Lubuk Basung dengan keluhan utama badan yang
terasa demam sejak 2 hari SMRS
• Demam dirasakan mendadak tinggi disertai keringat. Demam turun bila
pasien meminum Parasetamol, setelah itu demam muncul kembali. Demam
disertai nyeri di kepala dan sendi-sendi seluruh tubuh. Manifestasi DHF
dimulai dengan demam tinggi, 2-7 hari serta gejala klinik yang tidak spesifik
seperti anoreksia, lemah, nyeri kepala. Demam sebagai gejala utama pada
semua kasus.
• Pasien merasakan mual dirasakan sejak 2 hari SMRS, tanpa disertai muntah.
Saat ini mual muntah tidak ada. Pasien mengeluhkan badan terasa lemas dan
nyeri pada ulu hati. Nafsu makan menurun sejak 2 hari SMRS. Sesak na fas
dan batuk tidak ada. BAB dan BAK normal dan pasien ada riwayat perjalanan
keluar daerah. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
Pada keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
• Pasien adalah seorang anggota BNPB. Selain bekerja di kantor kadang
pasien ikut bertugas di luar daerah seperti mencari orang hilang atau
membantu korban bencana seperti longsor.
• Pada pemeriksaan fisik penderita nampak sakit sedang, kesadaran
komposmentis, tekanan darah 128/71 mmHg, nadi 79 kali/menit , pernafasan 20
x/menit, suhu 38,4 ºC. Pada pemeriksaan khusus anemis (-), sklera ikterik (-),
mata cekung tidak ada, cor dan pulmo dalam batas normal, abdomen supel, nyeri
tekan epigastrium (-) dan pada ekstremitas akral dingin tidak ada.
• hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adanya trombositopenia. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi virus seperti adanya demam
tinggi yang mendadak disertai gejala nyeri sendi, dan anoreksia. Hasil ini dapat
memperkuat kemungkinan terjadinya infeksi virus berupa DHF.
• Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya 2 / lebih gejala dan
tanda lain, ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk
menegakkan diagnosis DBD
• Pada pasien ditemukan demam berlangsung sudah 2 hari sebelum
masuk rumah sakit, tinggi terus menerus, dan dari hasil laboratorium
didapatkan trombositpenia, maka dapat ditegakkan diagnosis Dengue
Hemorragic Fever Grade I.
• Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan hematokrit yang
normal. Hasil yang normal/turun dapat disebabkan oleh berbagai
sebab, seperti hemokonsentrasi yang terjadi masih minimal, sehingga
hasil lab yang didapatkan masih dalam batas normal. Hal ini juga
dapat terjadi jika sudah terdapat perdarahan di organ dalam, seperti
di dalam saluran cerna

47
• Tatalaksana yang diberikan pada pasien ini antara lain terapi cairan
agar mencegah terjadinya gangguan sirkulasi dan perfusi jaringan
dengan pemberian cairan infus RL 6 jam/ kolf, serta dianjurkan untuk
banyak minum air putih. Selain itu penatalaksanaan yang dapat
dilakukan adalah terapi simptomatis, karena DHF merupakan infeksi
virus / self limited disease, maka terapi spesifik untuk DHF ini tidak
ada. Demam pada pasien diatasi dengan pemberian paracetamol.
Pemberian lansoprazol bertujuan untuk mengatasi dispepsia yang
dialami pasien. Pemberian domperidone bertujuan untuk mengatasi
mual yang terjadi pada pasien.

48
• Prognosis pada Dengue Hemorrhagic Fever ditentukan dari beberapa
faktor yaitu umur pasien, seberapa cepat mengenali kebocoran
plasma, ada atau tidaknya tanda-tanda bahaya DHF dan apakah sudah
terdapat komplikasi dimana paling sering adalah DSS. Dengan deteksi
dini pada kebocoran plasma yang baik maka pengobatan atau terapi
cairan yang adekuat dan pengobatan suportif yang baik dapat
diberikan sehingga dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan
akibat DHF. Maka prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia ad
bonam dan quo ad fungsionam dubia ad bonam.

49
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai