Anda di halaman 1dari 28

Ragam Gejala Sosial

dalam Masyarakat
Tokoh

“Keseragaman semua anggota masyarakat


tentang kesadaran moral tidak dimungkinkan.
Tiap individu berbeda satu sama lain karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
keturunan, lingkungan fisik, dan lingkungan
sosial” [Emile Durkheim]
Pemandu
Hal yang dipelajari dalam sosiologi adalah
pola-pola hubungan dalam masyarakat. Pola-
pola hubungan tersebut dapat menciptakan
kestabilan atau keadaan normal, namun dapat
pula menimbulkan keadaan yang tidak
normal, seperti penyimpangan dan masalah
sosial lainnya. Gejala-gejala tersebut dikenal
sebagai realitas sosial masyarakat.
Realitas adalah kualitas yang berkaitan dengan fenomena
yang kita anggap berada di luar kemauan kita (sebab ia tidak
Realitas Sosial dapat dienyahkan). Berger dan Luckman melihat bahwa
realitas sosial memiliki dimensi objektif dan subjektif.
Manusia memiliki peluang untuk melakukan interpretasi
berbeda atas realitas yang diperolehnya melalui sosialisasi
(sosialisasi tidak sempurna) yang dilihatnya sebagai cermin
dunia objektifnya. Interpretasi yan berbeda ini secara kolektif
akan membentuk sebuah realitas baru. Berger menyebut
proses ini sebagai eksternalisasi.
Eksternalisasi berjalan lambat namun pasti. Proses ini
mengakibatkan terjadinya perubahan aturan atau norma
dalam masyarakat. Menurut Berger, masyarakat sebetulnya
adalah produk dari manusia. Manusia tidak hanya dibentuk
oleh masyarakat, tetapi juga mencoba mengubah masyarakat,
termasuk perubahan yang berakibat munculnya masalah-
masalah sosial.
Soerjono Soekanto
mengatakan bahwa
masalah sosial adalah
Masalah Sosial ketidaksesuaian antara
unsur-unsur kebudayaan
Masalah sosial sesungguhnya merupakan atau masyarakat yang
akibat dari interaksi sosial. Dalam keadaan membahayakan
normal, interaksi sosial dapat kehidupan kelompok
menghasilkan integrasi. Namun, interaksi sosial. Masalah sosial
sosial juga dapat menghasilkan konflik. dibedakan menjadi empat
yaitu sebagai berikut.

▪ Masalah sosial dari faktor ekonomis


▪ Masalah sosial dari faktor biologis
▪ Masalah sosial dari faktor psikologis
▪ Masalah sosial dari faktor kebudayaan
Kriteria Masalah Sosial
▪ Kriteria umum, masalah sosial terjadi karena ada perbedaan antara nilai-nilai dalam
suatu masyarakat dengan kondisi nyata kehidupan.
▪ Sumber masalah sosial, selain bersumber dari interaksi sosial yang efektif, masalah
sosial juga dapat bersumber dari gejala-gejala alam.
▪ Pihak yang menetapkan masalah sosial, dalam masyarakat, umumnya terdapat
sekelompok kecil individu yang mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk
menentukan apakah sesuatu dianggap sebagai masalah sosial atau bukan.
▪ Masalah sosial nyata dan laten, masalah sosial nyata adalah masalah sosial yang timbul
akibat terjadinya kepincangan yang disebabkan ketidaksesuaian tindakan dengan norma
dan nilai masyarakat. Masalah sosial laten adalah masalah sosial yang ada dalam
masyarakat, tetapi tidak diakui sebagai masalah.
▪ Perhatian masyarakat dan masalah sosial, suatu kejadian atau peristiwa berubah menjadi
masalah sosial ketika hal tersebut menarik perhatian masyarakat. Masyarakat secara
intens membahas dan menggugat peristiwa tersebut.
 Kemiskinan
Beberapa Masalah Sosial  Kejahatan
Masa Kini
 Disorganisasi Keluarga
 Masalah Generasi Muda Masyarakat Modern
 Peperangan
 Pelanggaran Terhadap Norma-Norma Masyarakat
 Pelacuran
 Kenakalan Remaja
 Alkoholisme
 Korupsi
Nilai dan Norma Sosial
 Nilai Sosial
Nilai didefinisikan sebagai konsepsi
(pemikiran) abstrak dalam diri
manusia mengenai apa yang dianggap
baik dan buruk.
 Konstruksi masyarakat
 Disebarkan antara sesama warga
Ciri-ciri Nilai masyarakat
 Terbentuk melalui sosialisasi
 Bagian dari usaha pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan sosial
manusia.
 Dapat mempengaruhi perkembangan
diri seseorang
 Memiliki pengaruh yang berbeda
antarwarga masyarakat
 Cenderung berkaitan satu sama lain dan
membentuk sistem nilai
 Dapat menyumbang seperangkat alat
untuk menetapkan “harga” sosial dari
suatu kelompok
Fungsi nilai sosial
 Mengarahkan masyarakat dalam
berpikir dan bertingkahlaku
 Penentu terakhir manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosial
 Alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok (masyarakat)
 Alat pengawas/Kontrol perilaku
manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang mau
berperilaku sesuai dengan sistem nilai
 Pembagian Nilai Menurut Prof.
Dr. Notonegoro
▪ Nilai material Nilai Berdasarkan Cirinya

▪ Nilai vital  Nilai dominan


 Nilai yang mendarah daging
▪ Nilai kerohanian
 Nilai kebenaran
 Nilai keindahan
 Nilai kebaikan atau nilai moral
 Nilai religious
Norma Sosial
Norma adalah aturan atau ketentuan yang
mengikat warga kelompok dalam
masyarakat. Norma dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali
tingkahlaku yang sesuai dengan harapan
masyarakat. Norma berfungsi mengatur
dan mengendalikan perilaku masyarakat
demi terciptanya keteraturan sosial.
Norma juga menjadi kriteria bagi
masyarakat untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
 Tingkatan Norma
o Cara (usage)
o Kebiasaan (folksways)  Jenis Norma
Norma sosial yang mengatur
masyarakat bersifat formal o Tata kelakuan (mores) o Norma agama
dan non formal
o Adat istiadat (custom) o Norma kesusilaan
o Norma formal bersumber
dari lembaga masyarakat o Norma kesopanan
(institusi) formal. Norma ini
biasanya tertulis o Norma kebiasaan
o Norma nonformal biasanya
(habit)
tidak tertulis dan jumlahnya o Norma hukum
lebih banyak dari norma
formal.
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
 Dalam sosiologi, penanaman atau proses belajar kebiasaan-
kebiasaan di dalam suatu kelompok atau masyarakat disebut
sosialisasi
 Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer
kebiasaan atau nilai dan aturan atau norma dari satu generasi
ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
 Menurut sejumlah sosiolog, hal yang dipelajari dalam proses
sosialisasi adalah peran, yaitu bagaimana seseorang berperan
sesuai dengan nilai, kebiasaan, dan norma yang berlaku dalam
masyarakat atau kelompoknya. Sementara itu, beberapa tokoh
lain mengemukakan bahwa yang dipelajari dalam proses
sosialisasi adalah nilai dan norma sosial. Oleh sebab itu, teori
sosialisasi dari sejumlah tokoh sosiologi merupakan teori
peran (role theory)
 Proses sosialisasi dan
pembentukan kepribadian
Kepribadian merupakan kumpulan kebiasaan, sifat, sikap, dan
ide-ide dari seorang individu yang berpola dan berkaitan
secara eksternal dengan peran dan status, dan secara internal
dengan motivasi dan tujuan pribadi serta dan berbagai aspek
kedirian lainnya. Kepribadian adalah produk dari interaksi
sosial dalam kehidupan kelompok.
Dalam sosiologi, istilah kepribadian dikenal dengan sebutan
diri (self). Sosialisasi bertujuan membentuk diri seseorang agar
dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma
yang dianut oleh masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya.
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind,
self, and Society, ketika lahir, manusia belum memiliki
diri (self). Diri manusia berkembang tahap demi tahap
melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, hal
tersebut dikenal dengan proses pengambilan peran (role
taking), yaitu:
o Tahap Preparation Stage (tahap persiapan)
mengenali lingkungan sekitarnya
o Tahap Play Stage (tahap bermain peran) memainkan
peran-peran orang dewasa disekelilingnya.
o Tahap Game Stage (tahap siap bertindak)
menempatkan pada posisi orang lain dan
kemampuannya dalam bermain bersama-sama atau
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang
terorganisir.
o Tahap Generalized Other (penerimaan norma
kolektif)
 Faktor-Faktor Pembentuk
Kepribadian
Setiap orang mempunyai kepribadian.
Hanya saja, tiap kepribadian berbeda satu
sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu warisan biologis,
lingkungan fisik, kebudayaan, pengalaman
kelompok, dan pengalaman unik seseorang.
Agen, Bentuk, Tipe, dan Pola Sosialisasi
Penyimpangan Sosial
 Konformitas
Menurut John M. Shepard,
konformitas merupakan bentuk
interaksi ketika seseorang berperilaku
terhadap orang lain sesuai dengan
harapan kelompok atau masyarakat
tempat tinggalnya.

 Perilaku Menyimpang
Suatu perilaku dikatakan
menyimpang apabila tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam masyarakat
Teori-Teori Perilaku Menyimpang
 Edwin H. Sutherland
Mengemukakan sebuah teori yang
dinamakannya differential association
theory. Menurutnya, penyimpangan
bersumber pada pergaulan dengan
orang yang berperilaku menyimpang.

 Robert K. Merton
Struktur sosial menghasilkan
pelanggaran terhadap aturan sosial dan
menekan orang tertentu kearah
perilaku nonkonformis.
 Edwin M. Lemert
Lemert menamakan teorinya
labelling theory. Menurut Lemert,
seseorang menjadi penyimpang
(deviant) karena proses labelisasi
(pemberian julukan atau cap) oleh
masyarakat terhadap orang
tersebut.Selanjutnya Lemert
mengembangkan gagasan tentang
penyimpangan primer dan
sekunder untuk menjelaskan
proses pelabelan.
 Hubungan Antara Perilaku
Menyimpang dan Sosialisasi
yang Tidak Sempurna
Pada bagian sebelumnya kita telah
mempelajari tetang pelaku-pelaku
sosialisasi, seperti keluarga, sekolah,
teman sepermainan, dan media massa
(cetak elektronik). Setiap pelaku sosialisasi
mempunyai fungsi masing-masing yang
seharusnya saling melengkapi. Namun
pada kenyataannya, sering terjadi
ketidaksepadanan antara pesan yang
disampaikan pelaku sosialisasi yang satu
dengan pelaku sosialisasi yang lain.
Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial adalah mekanisme
untuk mencegah penyimpangan dan
mengarahkan anggota masyarakat
untuk bertindak menurut norma dan
nilai yang telah melembaga. Para
sosiolog menggunakan istilah
pengendalian sosial untuk
menggambarkan segenap cara dan
proses yang ditempuh oleh
sekelompok orang oleh sekelompok
orang atau masyarakat yang
bersangkutan untuk memaksa individu
agar taat pada sejumlah pelaturan.
Terdapat dua sifat pengendalian sosial,
yaitu preventif dan represif. Preventif
adalah pengendalian sosial yang
dilakukan sebelum terjadinya
pelanggaran. Represif adalah
pengendalian sosial yang ditujukan
untuk memulihkan keadaan seperti
sebelum terjadi pelanggaran.
Pengendalian yang terakhir ini
dilakukan setelah orang melakukan
suatu tindakan penyimpangan.
Cara Pengendalian Sosial
 Cara Pengendalian Melalui
Institusi dan Noninstitusi
Cara pengendalian melalui institusi
adalah cara pengendalian sosial
melalui lembaga-lembaga sosial yang
ada di dalam masyarakat. Cara
pengendalian melalui noninstitusi
adalah cara pengendalian di luar
institusi sosial yang ada, seperti oleh
individu atau kelompok massa yang
tidak saling mengenal.
 Cara Pengendalian secara Lisan,  Cara Pengendalian Sosial
Simbolik, dan Kekerasan Melalui Imbalan dan Hukuman
(Reward and Punishment)
Cara pengendalian melalui lisan dan
simbolik disebut juga cara Cara pengendalian sosial melalui
pengendalian sosial persuasif. Cara imbalan cenderung bersifat preventif.
pengendalian sosial melalui kekerasan Cara pengendalian sosial melalui
sering juga disebut cara pengendalian hukuman cenderung bersifat represif.
koersif.
 Cara Pengendalian Sosial
 Cara Pengendalian Sosial melalui Sosialisasi
Formal dan Informal
 Cara Pengendalian Sosial
Formal oleh lembaga-lembaga resmi. Melalui Tekanan Sosial
Informal oleh kelompok yang kecil,
akrab,
Lembaga Pengendali
Sosial
 Polisi
 Pengadilan
 Adat
 Tokoh Masyarakat
 Media Massa
Sumber Pustaka

 Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2014. Sosiologi 1:Kelompok Peminatan Ilmu-
Ilmu Sosial. Jakarta. Esis Erlangga
Copyright. Sosiologi SMAN 1 Cibeber

Anda mungkin juga menyukai