Anda di halaman 1dari 34

STAS E KEG AWATDA RUR ATA N

MAT ERN AL- NEO NATA L

SE MI NA R KA SU S:

ABORTUS
INKOMPLITUS

N I S MA S A R I U L F I M
A J I T R I MA H A N A N I

P O LT E K K E S K E M E N K E S S E M A R A N G
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI PROFESI BIDAN
2021
L ATA R B E L A K A N G

AKI AKI AB ORTUS AB ORTUS


INDONE SI INKO M PL IT
1 dari 8 kematian Abortus
A ibu, diperkirakan merupakan salah
359 per 100.000 Abortus incomplit adalah
kelahiran hidup 13% atau 67.000 satu dari lima salah satu kasus dimana
kematian, penyebab komplikasi yang di
diakibatkan oleh kematian ibu timbulkan diantaranya
aborsi yang tidak terbesar di perdarahan, infeksi,
aman Indonesia perforasi, dan dapat
menyebabkan kematian
PENGERTIAN
ABORTUS

S U J I YAT I N I S E T I AWAT I Y U L A I K H A L I LY
DKK (2014) (2013). (2015)

Ancaman atau pengeluaran Abortus adalah terancamnya Berakhirnya suatu kehamilan


hasil konsepsi pada usia akibat faktor tertentu atau
atau keluarnya buah
kehamilan kurang dari 20 sebelum kehamilan tersebut
kehamilan baik sebagian
berusia 20 minggu atau buah
minggu atau berat janin ataupun keseluruhan pada
kehamilan belum mampu
kurang dari 500 gram umur kehamilan kurang dari
untuk hidup diluar kandungan
20 minggu
JENIS ABORTUS

IMMINENS INCIPIENS INKOMPLIT KOMPLIT


baru mengancam dan sudah berlangsung Sebagian dari buah Seluruh buah
masih ada harapan dan tidak dapat kehamilan telah kehamilantelah
untuk dicegah lagi dilahirkan tapi sebagian dilahirkan dengan
mempertahankannya (biasanyajaringan lengkap
plasenta) masih
tertinggal di dalam
rahim
JENIS ABORTUS

HABITUALIS
MISSED
INFEKSIOSUS
A B O RT I O N
sberulang dan berturut- disertai infeksi pada alat
bjanin telah mati turut terjadi: sekurang- genetalia.
sebelum minggu ke- kurangnya 3x berturut-
22 turut
JENIS ABORTUS

P R O V O C AT U S
P R O V O C AT U S CRIMINALIS
A RT I F I C I A L I S

pengguguran
Pengguguran
kehamilan tanpa alasan
kehamilan dengan medis yang sah atau
alat dan alasan oleh orang yang tidak
berwenang dan
kehamilan
dilarang oleh hukum
membahayakan agi dan berturut-turut
ibu terjadi: sekurang-
kurangnya 3x berturut-
turut
PATO F I S I O L O G I

KO NTR A K
NEK R OS IS S I R AH IM

PERDA R AH KONSEPSI
PENGELUARA
AN TERLEPAS
N KONSEPSI
SEBAGAI
BENDA
ASING
GENETIK

ANATOMIK

AUTOIMUN

PENYEBAB INFEKSI

LINGKUNGAN

HEMATOLOGIK

HORMONAL
USIA

PARITAS

JARAK KEHAMILAN

RIWAYAT ABORTUS
PENYEBAB SEBELUMNYA
SERVIKS
INKOMPETEN

GAMET YANG MENUA

TRAUMA FISIK
ABORTUS
INKOMPLITUS

Pengeluaran sebagian janin pada


kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal
dalam uterus.
WARNING
Terdapat pengeluaran
! 1 sebagian jaringan.

Perdarahan, terkadang
2 berlangsung terus
menerus.
TANDA ABORTUS
Terdapat pembukaan
INKOMPLITUS 3

Nyeri area perut akibat


4 kontraksi
DIAGNOSA

ANAMNESA PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK GINEKOLOGI
• Usia Kehamilan <20 • KU Lemah.
• Pemeriksaan
• TD normal/lemah.
minggu.
• Denyut nadi normal, cepat
pembukaan serviks.
• Kram perut daerah atas
atau kecil dan lambat • Inspekulo.
sympisis, nyeri
• Suhu badan normal atau • VT
pinggang akibat meningkat.
kontraksi uterus. • Pembesaran uterus

• Perdarahan per sesuaiatau lebih kecil dari

usia kehamilan
vaginam.
TATA LAKSANA TATA LAKSANA
UMUM UMUM
• Penilaian cepat TTV. • LAKUKAN KONSELING.
• Pemeriksaan tanda syok. Jika • T E R A P I A B O RT U S
terdapat tanda syok, lakukan tata
( K U R E TA S E / AV M / F O R S E P
laksana awal.
CINCIN).
• Bila ada tanda sepsis, berikan
antibiotika. • P E M A N TA U A N PA S C A
• Segera rujuk ke RS. A B O RT U S
• Berikan konseling dukungan
emosional.
• Lakukan tata laksana lanjutan
sesuai jenis abortus.
KOMPLIKASI

• PERDARAHAN
• PERFORASI.
• INFEKSI.
• SYOK.
• KEMATIAN
ASUHAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL PADA NY.M USIA 40
TH G4P3A0 SUSPECT HAMIL 9
MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLITUS
SUBYEKTIF
K E L U H A N U TA M A R I WAYAT H A M I L
SEKARANG
Ibu mengatakan sempat jatuh
terpeleset di kamar mandi, • G4P3A0
mengalami nyeri di area perut • HPHT : 15-2-2021.
sekitar pukul 04.30 WIB dan • HPL : 22-11-2021
mengeluarkan gumpalan darah • Tanda bahaya: nyeri area perut,
kecil saat pukul 07.00 WIB. Saat terdapat PPV dari jalan lahir.
ini ibu masih mengalami flek-flek • Kekhawatiran: kecemasan
akibat keluar gumpalan darah
OBYEKTIF

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


UMUM FISIK PENUNJANG

Hasil pemeriksaan tanda-tanda • Mata: simetris,


• USG:
vital masih dalam batas konjungtiva merah muda,
Uterus dbn.
normal. sklera putih.
Terdapat sisa konsepsi.
• Abdomen: tidak ada luka
• PEMERIKSAAN
bekas operasi, ada nyeri
LABORATORIUM
tekan..
Swab antigen: NR.
• Vulva: tidak a da tanda
HB: 13,2 g/dl.
infeksi, ada pengeluaran
darah.
ANALISA

• Diagnosa Kebidanan:
Ny. M umur 40 tahun G4P3A0 suspect hamil 9
minggu dengan abortus inkomplitus
• Masalah:
Flek-flek, nyeri area perut, kecemasan ibu
• Diagnosa Potensial:
Perdarahan hebat, Syok hipovolemik, infeksi
• Tindakan Segera:
Kolaborasi dengan dr. Sp.OG
PENATALAKSANAAN

Melakukan kolaborasi bersama dokter spesialis obsgyn untuk dilakukan pemeriksaan USG
Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan serviks ibu
Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat ini masih tertinggal sisa konsepsi di dalam rahim
Menjelaskan kepada ibu mengenai abortus inkomplitus
Menganjurkan ibu untuk mengatur napas dengan menghirup napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan sebagai metode
relaksasi untuk mengurangi nyeri yang terjadi
Menjelaskan dan memberikan motivasi pada ibu bahwa sesuai saran dokter, bahwa tindakan yang harus dilakukan untuk mencegah
resiko komplikasi yaitu tindakan kuretase
Menjelaskan pada ibu bahwa tindakan kuretase akan dilakukan pada pukul 14.00
Menjelaskan informasi mengenai prosedur rawat inap meliputi melakukan pendaftaran, pemeriksaan laboratorium, dan pemindahan
ke ruang rawat
Melakukan pemindahan pasien menuju ruang rawat inap.
Menganjurkan ibu untuk melakukan puasa sebelum dilakukan tindakan kuretase
Melakukan pemasangan ganggang laminaria dengan ukuran M
Melakukan pendokumentasi tindakan
ANALISA
CATATAN CATATAN
PERKEMBANGAN 1 PERKEMBANGAN
• LAKUKAN KONSELING.
2
• T E R A P I A B O RT U S

Ibu mengatakan sedikit cemas dengan I B U( KMUERNEGTA S EK


ATA / AV
A NMT/ FI D
OARK
SEP
prosedur yang akan dilakukan. ADC
AIK
NECLI N
U)H. A N T E TA P I
Pada kunjungan ini dilakukan
M•APSEI H
MAMNETA
N GUAALNA M
PAI SCCEAM A S
konseling pra tindakan kuretase untuk
PA SACBAO T
RTI NUDSA K A N
mengurangi kecemasan ibu,
penandatanganan inform consent, K U R E TA S E .
pelaksanaan tindakan kuretase, serta PA D A K U N J U N G A N I N I
pemberian terapi obat sesuai advice DILAKUKAN PEMBERIAN
dokter.
K I E PA S C A A B O RT U S , K I E
PEMENUHAN NUTRISI, DAN
ANJURAN KONSUMSI TERAPI
O B AT S E S U A I D O S I S
BERDASAR ADVICE DOKTER.
PEMBAHASAN
SUBYEKTIF
Pada kasus ini Ny.M datang ingin memeriksakan kehamilannya. Ibu
mengeluhkan sempat jatuh terpeleset di kamar mandi, mengalami nyeri
di area perut sekitar pukul 04.30 WIB dan mengeluarkan gumpalan darah
kecil saat pukul 07.00 WIB. Saat ini ibu masih mengalami flek-flek. Sesuai
dengan teori Irianti (2012) dapat diperkirakan bahwa jenis abortus yang
dialami oleh Ny. M adalah abortus inkomplitus.
Usia Ny. M saat ini 40 tahun. Menurut teori Widatiningsih&Dewi (2017)
maka dapat dikategorikan bahwa Ny. M saat ini masuk usia reproduksi
tidak sehat sehingga banyak resiko yang mungkin terjadi. Abortus
spontan yang secara klinis terdeteksimeningkat dari 12% pada wanita
usia kurang dari 20 tahun dan menjadi 26% pada wanita berusia lebih
dari 40 tahun. Menurut Cunningham (2014) bahwa keguguran simtomatik
meningkat seiring dengan usia ibu dan ayah. Frekuensi berlipat dua dari
12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun menjadi 26 persen pada
mereka yang berusia lebih dari 40 tahun.
SUBYEKTIF
Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga Ny. M. Sebelumnya Ny. M
tidak pernah mengalami abortus. Ruqaiyah, dkk (2019) dalam
penelitiannya mendapatkan hasil ada hubungan antara Paritas
dengan kejadian Abortus di RSU Bahagia Makassar. Kejadian Abortus
paritas yang berisiko tinggi 66 orang (54,1%) dibandingkan dengan
paritas resiko rendah 56 orang (45,9%).

Pada suatu penelitian dilaporkan bahwa penuaan gamet di dalam


saluran genetaliawanita sebelum pembuahanmeningkatkan
kemungkinan abortus dan ibuyang berusia lebih dari 35 tahun
memperlihatkan peningkatan insidensi sindrom kantung amnion
kecil
OBYEKTIF
Pada hasil pemeriksaan area perut didapatkan nyeri tekan,
sedangkan pada area vagina terdapat pengeluaran berupa darah.
Adanya kram perut atau mules daerah atas sympisis, nyeri pinggang
akibat kontraksiuterus, pengeluaran darah, dan pengeluaran
sebagian hasil konsepsi merupakan beberapa tanda gejala abortus
(Marmi, 2014).
Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan seujung jari.
Sementara pada hasil pemeriksaan USG didapatkan hasil uterus
dalam batas normal, dan terdapat sisa hasil konsepsi. Hasil
pemeriksaan USG yang dilakukan bersama dokter spesialis obsgyn
didapatkan hasil bahwa terdapat sisa hasil konsepsi di dalam rahim.
Menurut Pudiastuti (2012) serviks sering tetap terbuka karena masih
ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus allieum, maka
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan
kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama cerviks akan
menutup kembali
ANALISA
Pada kasus Ny. M terdapat hasil anamnesa dan pemeriksaan yang
mengarah pada abortus inkomplitus. Berdasarkan data subjektif dan
objektif yang didapatkan maka dapat ditegakkan diagnosa Ny. M
umur 40 tahun G4P3A0 hamil 9 minggu dengan abortus inkomplitus.
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif, pada pengkajian
data subjektif ibu didapatkan masalah flek-flek, nyeri area perut,
kecemasan ibu, sehingga perlu dilakukan asuhan untuk menangani
masalah Ny.M.
Pada kasus ini, dapat ditegakkan diagnosa potensial pada Ny. M yaitu
Perdarahan hebat, syok hipovolemik, infeksi.
kebutuhan tindakan segera untuk mencegah terjadinya diagnosa
potensial pada Ny. M yaitu kolaborasi dengan dr. Sp.OG untuk
tindakan kuretase
PENATALAKSANAAN
1. Melakukan kolaborasi bersama dokter spesialis obsgyn untuk dilakukan
pemeriksaan USG.
Pemeriksaan ultrasonografi pada trimester pertama sangat bermanfaat
untuk mengevaluasi wanita yang mengalami perdarahan sejak awal
kehamilan. Aborsi tidak komplet disertai retensi produk konsepsi juga
perlu dievaluasi (Varney, 2012). Pada kasus abortus inkomplitus,
Pemeriksaan USG hanya dilakukan apabila ragu dengan diagnosis
secara klinis (Prawirohardjo, 2014).

2. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui pembukaan serviks


ibu.
Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba
dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin
dikeluarkan, dapat menyebabkan syok (Irianti, 2012)
PENATALAKSANAAN
3. KIE Abortus Inkomplitus
Erniawati, dkk (2020) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa tidak
ada responden yang berpengetahuan baik tentang abortus. Responden
mengangap bahwa kejadian abortus tidak terlalu berpengaruh terhadap
kesehatan ibu dan mereka menganggap kejadian tersebut adalah
peristiwa yang terjadi secara keturunan sehingga responden tidak
menghiraukan informasi-informasi yang berkaitan dengan kejadian
abortus.
Megasari (2019) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan bermakna (signifikan) yang kuat dan searah (positif) yang
artinya semakin baik pengetahuan seseorang tentang aborsi maka
semakin baik pula perilaku seseorang tersebut terhadap aborsi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan seseorang
tentang aborsi maka semakin baik pula tindakan seseorang tersebut
terhadap aborsi/tidak melakukan aborsi (tingkat aborsi semakin rendah).
PENATALAKSANAAN

4. RELAKSASI NAPAS PANJANG


Menurut Varney (2012), teknik relaksasi dapat diajarkan untuk
mengurangi rasa sakit ibu akibat kontraksi dan sebagai langkah
pemenuhan kebutuhan psikologis ibu. Penelitian yang dilakukan Anisa
(2019) menyatakan bahwa relaksasi pernapasan efektif secara signifikan
terhadap pengurangan intensitas nyeri.
Safitri, dkk (2020) dalam penelitiannya mengenai teknik relaksasi napas
dalam mengurangi nyeri mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh terap
relaksasi (napas dalam) dalam mengurangi nyeri (p-value <0.001).
PENATALAKSANAAN
5. KIE TINDAKAN KURETASE
Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau secara
digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi pendarahan
(Pudiastuti, 2012).
Bila terjadi perdarahan hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran
sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal
terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus dapat
berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan
tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati
sesuai dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang
dianjurkan ialah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik.
Pasca tindakan perlu diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral
antibiotika (Prawirohardjo, 2014).
Evaluasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit hingga usia kehamilan 12-
14 minggu dapat dilakukan dengan aspirasi vakum atau dilatasi dan
kuretase (D&K). dari beberapa hasil penelitian, aspirasi vakum
menunjukkan risiko yang lebih rendah jika dibanding dengan kuret tajam
CATATAN PERKEMBANGAN I
Pada catatan lanjutan pertama didapatkan keluhan bahwa ibu sedikit
cemas dengan prosedur yang akan dilakukan. Dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan bahwa semua masih dalam batas normal
Penandatanganan lembar inform consent berkaitan dengan peraturan
menteri kesehatan (Permenkes) No. 290 Tahun 2008 tentang Persetujuan
Tindakan Medik dinyatakan bahwa informed consent adalah persetujuan
yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
Jayashree, dkk (2018) dalam penelitiannya dengan judul Comparative
Study Between Manual Vacuum Aspiration And Dilatation And Curettage In
The Surgical Management Of Early Incomplete Abortion In RMMCH,
Tamilnadu: A Randomized Controlled Trial, menjelaskan bahwa dari studi
perbandingan ini bahwa kuretase dan aspirasi vakum manual aman dan
efektif untuk aborsi inkomplit pada minggu-minggu awal kehamilan
CATATAN PERKEMBANGAN I
Pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat
tindakan kuretase. Islam, dkk (2020) Dalam Penelitiannya Mengenai
Prophylactic Antibiotics For Preventing Genital Tract Infection In Women
Undergoing Surgical Procedures For Incomplete Abortion: A Systematic Review
And Meta-Analysis Of Randomized Controlled Trials, menjelaskan bahwa
antibiotik profilaksis bermanfaat dalam mencegah infeksi di saluran genitalia
pada pasien yang mengalami aborsi inkomplit dan menjalani prosedur
pembedahan seperti kuretase.
Metil ergometrin termasuk dalam golongan obat uterotonika. Pada pasien
yang mengalami abortus cenderung mengalami perdarahan yang dapat
mengakibatkan kehabisan darah. Penggunaan golongan uterotonika bertujuan
untuk mencegah terjadinya perdarahan yang terus menerus. Penelitian yang
dilakukan oleh Wibowo, dkk (2021) menjelaskan bahwa metil ergometrin juga
diberikan pada beberapa kasus abortion incomplete karena telah terdapat bukti
efektif, aman dan dapat diterima bagi pasien yang tidak memungkinkan
dilakukan pembedahan atau menghindari prosedur invasif
CATATAN PERKEMBANGAN II
Pada pemeriksaan saat ini ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan tetapi merasa
cemas pasca tindakan kuretase. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan bahwa
semua masih dalam batas normal.
Pada kunjungan ini dilakukan penatalaksanaan yaitu menginformasikan hasil
pemeriksaan dan keadaan ibu saat ini, konseling pasca abortus, menganjurkan ibu untuk
makan dan minum, menganjurkan ibu untuk konsumsi terapi obat sesuai dosis, dan
mendokumentasikan tindakan.
Pemahaman tentang dampak fisik dan emosional serta pentingnya dukungan yang
diberikan oleh tenaga profesional kesehatan dapat membantu perempuan pasca abortus
melalui pengalaman kegugurannya dan mengidentifikasi kebutuhan khusus mereka.
Penyediaan informasi dan adanya kepedulian dengan pendekatan yang sensitif disebut sebagai
dua isu yang paling penting bagi perempuan, bila tidak tersedia menyebabkan penderitaan
bagi mereka (Darney et al., 2013). Pendidikan kesehatan merupakan salah satu intervensi yang
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keguguran yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran tentang tanda dan gejala keguguran, apa yang harus dilakukan jika timbul
komplikasi, sebagai alarm bagi perempuan dalam menjalani kehamilan baru, membantu pasien
pasca keguguran yang mengalami masalah emosional, psikologi dan spritual sehingga tidak
KESIMPULAN

• Dari pengkajian diperoleh


data, ibu mengatakan
khawatir dengan keadaan
perdarahan yang dialaminya,
didapatkan data usia
kehamilan 9 minggu G4P3A0
ibu mengalami perdarahan.

• Dengan menggunakan
manajemen kebidanan,
pelaksanaan asuhan
kebidanan bayi Ny.M dengan
abortus inkomplit dapat
berjalan dengan baik sesuai
dengan perencanaan dan
teori.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai