BK Profesi
BK Profesi
KEPENDIDIKAN
2
Tahun 1963 dibuka jurusan BP
di LPTK
3
Tahun 1975 didirikan Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia
(IPBI – Indonesian Guidance
Personnel Association)
4
MEMASUKI
ABAD 21
5
Awal tahun 2000-an
IPBI di ubah menjadi ABKIN
GURU
GURU WALI KELAS KONSELOR
PARA SISWA
Fungsi-fungsi BK
1. Fungsi Pemahaman
2. Fungsi Fasilitas
3. Fungsi Penyesuaian
4. Fungsi Penyaluran
5. Fungsi Fasilitas
6. Fungsi Pencegahan
7. Fungsi Perbaikan
8. Fungsi Penyembuhan
9. Fungsi Pemeliharaan
10. Fungsi Pengembangan
Prinsip-prinsip BK
1. Bimbingan untuk semua individu
2. Bimbingan bersifat individualisasi
3. Bimbingan menekankan hal yang
positif
4. Bimbingan merupakan usaha
bersama
5. Pengambilan Keputusan Hal yang
Esensial dalam Bimbingan
6. Bimbingan Berlangsung dalam
Berbagai Setting Kehidupan
Asas-asas
Bimbingan Konseling
1. Kerahasiaan 8. Keterpaduan
2. Kesukarelaan 9. Kenormatifan
3. Keterbukaan 10. Keahlian
4. Kegiatan 11. Alih Tangan
5. Kemandirian Kasus
6. Kekinian 12. Tut Wuri
Handayani
7. Kedinamisan
1. Kerahasiaan
Asas bimbingan dan konseling
yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan
tentang peserta didik (konseli)
yang menjadi sasaran layanan,
yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak
diketahui oleh orang lain.
2. Kesukarelaan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan peserta didik (konseli)
mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperlukan
baginya. Dalam hal ini guru
pembimbing berkewajiban membina
dan mengembangkan kesukarelaan
tersebut.
3. Keterbukaan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta didik (konseli) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat
terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri
maupun dalam menerima berbagai informasi dan
materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Keterbukaan ini amat
terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan
dan adanya kesukarelaan pada diri peserta didik
yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar
peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing
terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura.
4. Kegiatan
Bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi
sasaran layanan berpartisipasi
secara aktif di dalam
penyelenggaraan
layanan/kegiatan bimbingan.
5. Kemandirian
Asas bimbingan dan konseling
yang menunjuk pada tujuan
umum bimbingan dan
konseling, yakni: peserta didik
(konseli) sebagai sasaran
layanan bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi
siswa-siswa yang mandiri.
6. Kekinian
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling
ialah permasalahan peserta didik
(konseli) dalam kondisinya sekarang.
Layanan yang berkenaan dengan
“masa depan atau kondisi masa
lampau pun” dilihat dampak dan/atau
kaitannya dengan kondisi yang ada
dan apa yang diperbuat sekarang.
7. Kedinamisan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (konseli)
yang sama kehendaknya selalu
bergerak maju, tidak monoton, dan
terus berkembang serta berkelanjutan
sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke
waktu.
8. Keterpaduan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar berbagai layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun
pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan
terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru
pembimbing dan pihak-pihak yang berperan
dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9. Kenormatifan
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar segenap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling
didasarkan pada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu
a.nilai dan norma agama,
b.hukum dan peraturan,
c.adat istiadat,
d.ilmu pengetahuan, dan
e.kebiasaan yang berlaku.
Lanjutan
Bukanlah layanan atau kegiatan bimbingan
dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan
norma yang dimaksudkan itu. Layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling justru
harus dapat meningkatkan kemampuan
peserta didik (konseli) memahami,
menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.
10. Keahlian
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan
atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam
hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling hendaklah tenaga
yang benar-benar ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Keprofesionalan
guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan
kegiatan dan konseling maupun dalam
penegakan kode etik bimbingan dan
konseling.
11. Alih Tangan Kasus
Asas bimbingan dan konseling yang
menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan peserta didik (konseli)
mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli.
Lanjutan
Guru pembimbing dapat
menerima alih tangan kasus dari
orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat
mengalihtangankan kasus kepada
guru mata pelajaran/praktik dan
lain-lain.
12. Tut Wuri Handayani
Asas ini menunjuk pada suasana
umum yang hendaknya tercipta dalam
rangka hubungan keseluruhan antara
pembimbing dan yang dibimbing
lebih-lebih di lingkungan sekolah, asas
ini makin dirasakan manfaatnya, dan
bahkan perlu dilengapi dengan “ing
ngarsa sung tulada, ing madya
mangun karso”.
Lanjutan
Arti dari semboyan ini adalah :
a.Tut wuri handayani (dari belakang
seorang guru harus bisa memberikan
dorongan dan arahan),
b.Ing madya mangun karsa (di tengah
atau di antara murid, guru harus
menciptakan prakarsa dan ide), dan
c.Ing ngarsa sung tulada (di depan,
seorang pendidik harus memberi teladan
atau contoh tindakan yang baik).
Dari beberapa asas bimbingan
dan konseling di atas, yang
paling pokok ialah
(1) asas kerahasiaan
(2) asas kesukarelaan dan (3)
asas keterbukaan.
Persamaan antara Bimbingan dan
Konseling
Terletak pada tujuan yang hendak
dicapai yaitu sama-sama diterapkan
dalam program persekolahan, sama-
sama berusaha untuk memandirikan
individu, dan sama-sama mengikuti
norma-norma yang berlaku di
lingkungan masyarakat tempat kedua
kegiatan itu diselenggarakan.
Perbedaan antara Bimbingan dan
Konseling,
Terletak pada
segi isi kegiatan
Bimbingan lebih banyak bersangkut
paut dengan usaha pemberian
informasi dan kegiatan pengumpulan
data tentang siswa dan lebih
menekankan pada fungsi pencegahan,
sedangakan konseling merupakan
bantuan yang dilakukan dalam
pertemuan tatap muka antara dua
orang manusia yaitu antara konselor
dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat
dilakukan oleh orang tua, guru,
wali kelas, kepala sekolah, orang
dewasa lainnya. Namun, konseling
hanya dapat dilakukan oleh
tenaga-tenaga yang telah terdidik
dan terlatih. Dengan kata lain,
konseling merupakan bentuk
khusus bimbingan yaitu layanan
yang diberikan oleh konselor
kepada klien secara individu.
peran bimbingan dan konseling di
dalam meningkatkan mutu pendidikan
terletak pada bagaiamana bimbingan dan konseling itu
membangun manusia yang seutuhnya dari berbagai
aspek yang ada di dalam diri peserta didik. Karena
seperti diawal telah dijelaskan bahwa pendidikan yang
bermutu bukanlah pendidikan yang hanya
mentransformasikan ilmu pengetahuan dan teknologi
saja tetapi juga harus meningaktkan profesionalitas
dan sistem manjemen, dimana kesemuanya itu tidak
hanya menyangkut aspek akademik tetapi juga aspek
pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem
nilai. Peran BK dalam keempat aspek inilah yang
menjadikan bimbingan konseling ikut berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan.