Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

M DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG ANAK RUMAH
SAKIT TK.III Dr.REKSODIWIRYO PADANG

Fira Yediska
20334036
Latar belakang

Bronkopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari parenkim paru
yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercakbercak (patchy
distribution) yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda
asing (Samuel, 2015).

Bronkopneumonia ditandai dengan gejala demam tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal
(adanya ronki basah), muntah, diare, batuk kering dan produktif (Dicky & Wulan, 2017).
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar
01 800.000 hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat
bronkopneumonia. Bahkan United Nations Children’s Fund
(UNICEF) dan WHO menyebutkan bronkopneumonia sebagai
kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-penyakit lain
seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia
setidaknya membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun
(WHO, 2019).

Di Indonesia, cakupan penemuan kasus Bronkopneumonia pada balita


02 dari tahun 2016-2019 mengalami peningkatan dari 94,12% menjadi
97,30%. Prevalensi Bronkopneumonia terbanyak terjadi pada anak
usia 1-4 tahun (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

03 Data Dinas Kesehatan Kota Padang (2014) terdapat jumlah balita sebanyak
89.793 orang. Perkiraan penderita sebanyak 8.979 (10%) Balita,
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
Pengertian Anak

Anak merupakan dambaan setiap


keluarga. Selain itu, setiap keluarga juga
mengharapkan anaknya kelak bertumbuh
kembang optimal (sehat fisik,
mental/kognitif, dan sosial)

Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang

Menurut Kemenkes RI (2020) kebutuhan dasar anak


untuk tumbuh dan berkembang secara umum dibagi
menjadi 3 yaitu :
 Kebutuhan fisik-biologis (asuh)
 Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asil)
 Kebutuhan stimulasi mental (asah)
Pengertian Broncopneumonia

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang


digunakan untuk menyatakan peradangan
yang terjadi pada dinding bronkiolus dan
jaringan paru di sekitarnya.
Bronkopneumonia dapat disebut sebagai
pneumonia lobularis karena peradangan
yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus beserta alveolus
di sekitarnya (Paramitha, 2017).
Etiologi

Bronchopneumonia timbul disebabkan oleh bakteri,


virus, jamur, protozoa, mikrobakteri dan mikoplasma
yang diantarana yaitu:
 Bakteri; diploccus streptococu pneumonia,
pneumococcus, streptococcus, hemolitucus arus,
hemophilus influenza, basilus frienlander dan
mycobacterium tuberkulosis,
 Virus: disebabkan oleh virus influenza yang
menyebar melalu transmisi droplet.
 Jamur; disebabkan oleh jamu histoplamosis yang
menyebar melalui udara
 Aspirasi benda asing atau makanan ke dalam
lambung.
 Inhalasi seperti udara beracun, rokok, debu,
ataupun gas dan bahan kimia lainnya (Agadhafi,
Amirul 2018).
Manifestasi Klinis

Menurut (Rofik, 2019) tanda dan gejala dari Bronkopneumonia yaitu:


Gejala penyakit datang mendadak namun kadang-kadang
didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas.

Pertukaran udara di paru-paru tidak lancar dimana


pernapasan agak cepat dan dangkal sampai terdapat
pernapasan cuping hidung.

Adanya bunyi napas tambahan pernafasan seperti ronchi


atau wheezing.

Dalam waktu singkat suhu badan naik antara 39°C-40°C


dengan cepat sehingga kadang-kadang terjadi kejang.

Adanya nyeri atau sakit di daerah dada sewaktu batuk dan


bernapas.

Batuk disertai sputum yang kental.


Terjadi sianosis disekitar hidung dan mulut.
Pencegahan

Upaya pencegahan dalam pemberantasan


bronkopneumonia terdiri dari pencegahan
melalui imunisasi dan non imunisasi.
Program pengembangan imunisasi difteri,
pertusis, tetanus dan campak. Upaya
pencegahan non imunisasi meliputi
pemberian ASI Ekslusif saat neonatal sampai
berumur 2 tahun, pemberian nutrisi yang
baik, penghindaran paparan asap rokok,
perbaikan lingkungan serta perilaku hidup
yang sehat (Sinaga, 2019).
BAB 3
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 15 maret 2023
Nama : An. M
Usia : 4 tahun
Alamat : Lubuk Begalung
No Mr : 281507
Informan :Keluarga klien, Kepala Ruangan, Perawat Ruangan, status rekam medis

 An.M masuk IGD tanggal 14 maret 2023 Pukul 19:50 WIB dengan keluhan batuk berdahak, dahak susah
keluar sejak 1 hari yang lalu yang tidak kunjung berhenti, kemudian klien muntah di IGD dengan frekuensi
2 kali terdapat nasi, air dan pisang dan badan lemah, mata cekung, nafsu makan menurun dan nyeri pada
dada saat menarik nafas.
 Keluarga mengatakan pasien pernah mengalami penyakit yang sama pada usia 3 tahun, dan dirawat selama
3 hari, pasien tidak memiliki riwayat alergi obat ataupun makanan.
Data Fokus

Subjektif Objektif

 Keluarga mengatakan pasien kerap  Pasien tampak batuk dan sulit mengeluarkan dahak
nampak sesak  Pasien tampak gelisah
 Keluarga mengatakan pasien batuk RR : 45x/menit
berdahak Nadi : 138x per menit
 Keluarga mengatakan pasien susah  Suara nafas ronchi
mengeluarkan dahak  Terdapat retraksi dada
 Keluarga mengatakan klien susah  Klien tampak tidak mau makan makanan yang dari
buat makan rumah sakit
 Keluarga mengatakan klien tidak  Klien tampak lesu dan gelisah Klien tidak mau
mau makanan yang disediakan dari makan
rumah sakit  Klien tampak makan makanan yang dibeli dari luar
 Keluarga mengatakan pasien sulit  Kantung mata pasien tampak cekung cekung
tidur  Mata pasien tampak merah
 Keluarga mengatakan pasien sering  Pasien tampak menguap
terbangun tidur karena nyeri pada
dada saat bernafas
 Keluarga mengatakan pasien sering
terbangun karena batuk
Setelah dilakukan pengkajian pada An. M didapatkan

Diagnosa diagnosa keperawatan :

keperawatan 01
Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif

Resiko Defisit Nutrisi


02

Gangguan Pola Tidur


03
BAB 4 PEMBAHASAN
Implementasi

Bersihan jalan nafas tidak efektif


Melakukan pengkajian pola nafas (menghitung pernafasan), Memberikan posisi semi fowler dengan meletakkan
bantal di punggung pasien, membantu pasien latihan natas dalam, menganjurkan pasien ketika batuk meminum
air suam-suam kuku, latihan batuk efektif.

Resiko defisit nutrisi


Mengidentifikasi status nutrisi, mengidentifikasi makanan yang disukai, memonitor asupan makan, melakukan
oral hygne sebelum makan, menganjurkan posisi duduk saat makan, menganjurkan makan sedikit tapi sering,
kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan

Gangguan pola tidur

Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur., mengatur posisi pasien supaya nyaman, menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit, menganjurkan pasien untuk membuat jadwal tidur rutin
Dalam tahap evaluasi keperawatan penulis menggunakan metode SOAP untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan keperawatan selama 5 hari rawatan. Pada
Evaluasi An. M memperlihatkan adanya perubahan perbaikan setiap harinya.

Hasil evaluasi pada diagnosa pertama yaitu pasien batuk sudah tidak
berdahak lagi, pasien tampak sudah tidak gelisah lagi, pasien tampak sudah
01 tidak lemas lagi, ketika pasien batuk berdahak, pasien sudah mampu
mengeluarkan dahak, Pernafasan: 23x/menit

Hasil evaluasi pada diagnosa kedua keluarga pasien


mengatakan nafsu makan anaknya mulai membaik dengan
02 dihabiskan hampir ½ porsi dari makanannya, pasien sudah
tampak tidak lemas, pasien tampak mulai menghabiskan 1/2
makanannya.

Hasil evaluasi pada diagnosa ketiga keluarga mengatakan


pasien sudah bisa tidur nyenyak dan tidak sering terbangun
03 lagi, kantung mata pasien sudah tidak kehitaman lagi, pasien
tidak lagi tampak menguap.
BAB 5 PENUTUP
KESIMPULAN

1. Peneliti telah mampu melalukan pengkajian pada pasien AN. M dengan Broncopneumonia dalam
pengumpulan data dan mengenai kondisi pasien.
2. Peneliti telah mampu menegakkan diagnosa keperawatan setelah dialakukan analisa data berdasarkan data
pengkajian yang dilakukan pada AN. M dengan ditegakkan tiga diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif,
Resiko defisit nutrisi, Gangguan pola tidur
3. Peneliti telah mampu menyusun intervensi keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif, Resiko defisit
nutrisi, Gangguan pola tidur
4. Peneliti telah mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan mengajarkan pasien latihan batuk
efektif selama 5 hari implementasi.
5. Peneliti telah mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap tindakan yang telah diberikan kepada pasien
dengan hasil terjadinya perbaikan kondisi paien menjadi lebih baik dari sebelumnya
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai