Anda di halaman 1dari 22

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu...

Agama Islam
Pertemuan ke-2

• Abdul Hadi Kadarusno, SKM, MPH


• http://pbm-alhiko.blogspot.com
• http://alhiko.com
• abdulhadikadarusno@gmail.com /
• alhiko@yahoo.com
Klasifikasi Agama
 Agama dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan berdasarkan tolok sumber (asal)
ajaran agama. 1) agama wahyu (revealed religion) kadang juga disebut agama langit. 2)
agama budaya (cultural religion atau natural religion) kadang juga disebut agama bumi
atau agama alam.
 Ciri-ciri masing-masing agama tersebut adalah sebagai berikut:
1. agama wahyu dapat dipastikan kelahirannya, sedangkan agama budaya sebaliknya
2. Agama wahyu disampaikan kepada manusia melalui utusan atau Rasul Allah,
sedangkan agama budaya tidak mengenal utusan.
3. Agama wahyu mempunyai kitab suci yang berisi himpunan wahyu yang diturunkan
Allah. Agama budaya tidak memiliki kitab suci, kalau pun ada isi kitab suci tersebut
akan mengalami perubahan karena perubahan filsafat agama.
4. Ajaran agama wahyu mutlak kebenarannya, karena berasal dari Allah yang Maha
Benar. Ajaran agama budaya kebenarannya relative.
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah dalam agama wahyu ditentukan Allah sendiri. Sistem
hubungan agama budaya berasal dari akal yang berdasarkan kepercayaan (yang beranggapan)
dan pengetahuan serta pengalaman manusia yang senantiasa berubah dan bertambah.
6. Konsep ketuhanan agama wahyu ialah monoteisme. Agama budaya konsep ketuhanannya
dinamisme sampai monoteisme tidak murni.
7. Dasar-dasar ajaran agama wahyu bersifat mutlak, berlaku bagi seluruh umat manusia. Dasar-
dasar agama budaya bersifat relative karena ditujuan kepada manusia dalam masyarakat tertentu
yang belum tentu sesuai dengan masyarakat lain.
8. Sistem nilai agama wahyu ditentukan oleh Allah sendiri yang diseleraskan dengan ukuran dan
hakikat kemanusiaan. Nilai-nilai agama budaya ditentukan oleh manusia itu sendiri.
9. Agama wahyu menyebut sesuatu tentang alam yang kemudian dibuktikan kebenarannya oleh
ilmu pengetahuan. Hal-hal yang disebut agama budaya tentang alam sering dibuktikan
kekeliruannya.
10. Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan, dan peringatan pada
manusia dalam pembentukan insan kamil. Pembentukan manusia menurut agama budaya
didasarkan kepada pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya.
Jika kesepuluh tolok ukur tersebut di atas diterapkan kepada agama Islam, hasilnya adalah sbb:
1. Kelahiran agama Islam adalah pasti
2. Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan atau Rasulullah
3. Memiliki kitab suci, yaitu al Qur’an memuat asli wahyu yang diterima oleh Rasul-Nya
4. Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha benar dan Maha
Mengetahui
5. Sistem hubungan manusia dengan Allah disebutkan dalam al Qur’an, dijelaskan dan dicontohkan
pelaksanaannya oleh Rasul-Nya
6. Konsep ketuhanan Islam adalah Tauhid monoteisme murni, ke-Esaan Allah
7. Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat manusia di
manapun dia berada
8. Nilai-nilai akhlak (etika) ditentukan oleh agama Islam sesuai dengan fitrah manusia
9. Soal-soal alam (semesta) yang disebutkan dalam agama Islam dapat dibuktikan kebenarannya
dengan sains modern
10. Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan Islam dilaksanakan dengan baik dan benar
akan terbentuk Insan kamil.
Definisi Agama dalam Islam
 Istilah ad-din terdapat dalam bahasa Arab sekaligus juga dalam al Qur’an sebagai sumber
ilmu bagi umat Islam. Terdapat tiga istilah dalam memahami pengertian agama:
1. Al Din Al Haqq
Artinya: agama yang benar (QS Al Taubah [9]: 33) “Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al Qur’an) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai”.
2. Al Din Al Qayim
Artinya: yaitu agama yang tegak lurus, Allah berfirman dalam QS Yusuf [12]: 40;
“kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama
yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia
telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
Kemudian dalam QS Al Rum [30]: 43; “oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu
kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang
tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari tiu mereka terpisah-pisah.
Dalam QS Al Bayyinah [98]: 5; “padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.
3. Al Din Al Hanif
Yaitu agama yang sejalan dengan fitrah manusia. Firman Allah QS Al Rum
[30]: 30
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.
Agama Islam adalah agama yang diridhai Allah swt. Firman-Nya dalam
QS Ali Imran [3]: 19; “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi
Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang diberi al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahaun kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhdap ayat-ayat
Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.
Dalam ayat lain QS Ali Imran: 85: “Barang siap mencari agama selain
Agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
Agama Islam berbeda dengan agama yang lain. Nama Islam sesuai
dengan hakikat Islam itu sendiri. Artinya berserah diri secara totalitas
dalam wujud ketaatan kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Penamaan Islam
 Kata Islam terdapat dalam Al Qur’an
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu
menjadi agama bagimu”. (QS. Al Maidah: 3)
 Dan Nabi Muhammad sendiri menyatakan dirinya sebagai Muslim
“Dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada
Allah)”. (QS. Al An’am: 163)
Ini menegaskan bahwa Islam lahir bukan berdasarkan nama pendirinya!
 Nama Islam khusus diberikan Allah. Dan agama Islam bukan agama baru,
karena semua agama yang diturunkan dari Allah swt memiliki nama Islam,
yang intinya adalah “menyerahkan diri bulat-bulat kepada-Nya”
 Para Nabi dan Rasul sebelumnya juga beragama Islam. Sebagaimana
dinyatakan dalam al Qur’an, misalnya: Nabi Nuh (QS Yunus: 71-72), Nabi
Ibrahim (QS Ali Imran: 67; al Hajj: 78), Nabi Yaqub (QS Al Baqarah: 132),
Nabi Yusuf (QS Yusuf: 101), Nabi Sulaiman (QS An Naml: 29-37), Nabi Isa
(QS Ali Imran: 52).
 Implikasi penamaan tersebut, maka Islam merupakan agama universal,
karena berasal dari Zat yang menguasainya, mengatur dan memelihara
sekalian alam. Ajaran Islam dimaksudkan untuk seluruh umat manusia,
bukan untuk sekelompok tertentu, karena Nabi Muhammad diutus untuk
seluruh umat manusia (QS. Al Anbiya: 107).
Pengertian Islam
 Islam – al salamu, al salmu dan al silmu
yang berarti menyerahkan diri, pasrah, tunduk dan patuh.
Dengan demikian Islam mengandung sikap penyerahan diri,
pasrah, tunduk dan patuh dari manusia terhadap Tuhannya atau
makhluk terhadap Khalik, Tuhan Yang Maha Esa.

Dari akar kata yang sama Islam juga berarti damai dan aman. Hal
ini mengandung makna bahwa orang yang ber-Islam berarti orang
yang masuk dalam perdamaian dan keamanan. Dan seorang
muslim adalah orang yang mampu menciptakan perdamaian dan
keamanan bagi lingkungannya.
 Pegertian tersebut dapat dipahami dari firman Allah QS al
Baqarah: 208; an Nisa’: 9; at Tahrim: 6; al Anbiya: 105-107.
Pengertian ini merupakan konsekuensi dari makna al Islam
yang berarti penyerahan diri atau pasrah kepada Tuhan.
 Dengan kepasrahan kepada Tuhan, maka seseorang akan
mampu mengembangkan seluruh kepribadiannya secara
menyeluruh untuk berdamai dan menciptakan kedamaian serta
keamanan di muka bumi ini.
 Hal ini disebabkan karena Tuhan mengajarkan kepada manusia
untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di muka bumi
(QS al Baqarah: 208).
Ukuran kebenaran Agama
Firman Allah swt. QS Al Mu’minun [23]: 52-53
“sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah
Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku, kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu)
menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa
bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.
Agama yang benar sumbernya dari Allah swt. Allah telah mensyariatkan suatu agama yang telah
diwahyukan kepada Nabi Nuh as dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan yang telah
diwasiatkan kepada Nabi Ibrahim as, Nabi Musa, dan nabi Isa as, yakni tegakkanlah agama Allah
swt.
Perhatikan firman Allah QS Al Syura [42]: 13
“Dia telah men syariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,
Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada
agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya)”.
Manfaat Agama dalam Era Globalisai
 Manfaat agama dapat dilihat keyakinan keberagamaan seseorang yang
menimbulkan pengaruh-pengaruh positif dalam menjalankan hidup. Manfaat
agama dapat dilihat dari dua sisi:
1. Manfaat agama secara individual; totalitas individu baik secara fisik maupun
rohani.
Pertama, agama yang diimani dapat menumbuhkan sikap optimis dalam
menjalankan hidup dan kehidupan seseorang di dunia ini; Kedua, agama yang
diimani akan menimbulkan ketentraman hati; ketiga, agama menjadi
pencerahan pikiran.
2. Manfaat agama secara sosial., berkaitan dengan relasi-relasi kehidupan
bermasyarakat baik seagama maupun berbeda agama. Oleh karena itu, orang
yang paling baik adalah orang yang memberikan manfaat pada orang lain.
Karakteristik Ajaran Islam
 Rabbaniyah/Ketuhanan
Ajaran Islam memiliki sifat Rabbaniyah, dalam arti ajarannya bersumber dari Allah swt.
Pemelihara alam raya, bukan dari manusia. Yang halal atau yang haram adalah yang
dihalalkan atau dioharamkan Allah swt.
 Insaniyah/Kemanusiaan
Ajaran Islam memiliki ciri Insaniyah, karena ia ditujukan kepada manusia, maka semua
tuntunan akan sesuai dengan fitrah manusia. Tidak satupun yang tidak sejalan dengan
jiwa dan kecenderungan positif manusia, karena itu misalnya Islam tidak mengharamkan
penyaluran kebutuhan seksual, bahkan menilainya sebagai ibadah, selama tidak
mengantarkannya kepada runtuhnya nilai kemanusiaan. Atas dasar itulah Islam
melakukan pengaturan-pengaturan.
 Asy-Syumul/Ketercakupan semua aspek
Islam menghadirkan ajaran yang bersifat menyeluruh,d alam arti tidak ada persoalan yang
diperlukan manusia guna kebahagiaannya di dunia dan akhirat kecuali diatur dalam
Islam.
Dapat dipastikan bahwa tidak ada suatu agama atau aliran yang memberi tuntunan sempurna
menyangkut segala aspek kehidupan manusia seperti halnya Islam. Islam tidak hanya memberi
tuntunan ritual, dalam rangka hubungan dengan Tuhan, tetapi juga memberi bimbingan dalam
hubungan antara manusia, bahkan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya.
Tuntunan bukan menyangkut hal-hal besar saja, tetapi juga yang kecil-kecil dan boleh jadi
dianggap kecil atau remeh oleh sementara orang, lalu yang “remeh” itu pun dikaitkan dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
 Al Waqi’iyyah/Realistis
Karakteristik ini mengandung makna bahwa ajarannya dapat diamalkan oleh semua manusia,
apa dan bagaimana pun tingkat pendidikannya, keadaan dan situasinya, serta kapan dan dimana
pun ia berada.
 Al Wasathiyah/Moderasi
Wasathiyah/moderasi dalam arti pertengahan menyangkut tuntunannya, baik tentang Tuhan
maupun tentang dunia, alam dan manusia. Islam berpandangan bahwa di samping ada dunia
yang nyata, ada juga akhirat yang belum Nampak. Keberhasilan di akhirat, ditentukan oleh
iman dan amal di dunia. Manusia tidak boleh tenggelam dalam materialisme, tidak juga boleh
membumbung tinggi dalam spiritualisme. Islam mengajar umatnya agar meraih materi duniawi,
tetapi dengan nilai-nilai samawi.
 AL Wudhuh/Kejelasan
Ini menunjukkan bahwa tuntunan Islam jelas dan logis. Tidak ada dogma atau ajaran yang
bertentangan dengan akal.
 Qillat At-Taklif/Sedikitnya Tugas Keagamaan
Islam dengan tuntunanya tidak membebani manusia dengan tugasp-tugas yang berat, tetapi
juga tidak membebaninya dengan tugas-tugas yang banyak.
 At Tadarruj/Penahanan dan Keberangsuran
Ajaran Islam tidak diturunkan sekaligus, tetapi berangsur-angsur, tahap demi tahap. Pada
dasarnya yang pertama diturunkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan akidah.
 ‘Adam al Haraj/Tidak memberatkan
Allah tidak menghendaki adanya kesukaran dan kesempitan bagi penganut agama Islam.
Hakikat ini berkali-kali dikemukakan penegasannya dalam al Qur’an, antara lain dalam QS
al Hajj: 78, Allah berfirman: “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesulitan”.
 Sesuai dengan semua tempat dan situasi
Al Qur’an melukiskan masyarakat Islam sebagai masyarakat yang terus maju dan berubah:
“…seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu
kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya sehingga menjengkelkan hati orang-orang
kafir”. (QS. Al Fath [48]: 29)
Ajaran Islam memiliki keluwesan/fleksibelitas sehingga mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan positif masyarakat, antara lain:
1. Islam memperkenalkan dua macam nilai ajarannya. Pertama, langgeng tidak berubah
dan ada juga kenyal/fleksibel. Yang pertama bersifat universal dan abadi, berlaku kapan
dan di mana saja, karena itu dinamai juga ats Tsawabit. Kedua, praktis, local, dan
temporal, juga dinami al Mutaghayyirat, yaitu berubah.
Kedua jenis nilai ini diisyaratkan oleh firman-Nya QS Ali Imran [3]: 104 “Dan
hendaklah ada di antara kau segolongan umat yang mengajak kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-
orang yang beruntung”.
Al Khair adalah nilai-nilai universal yang terdapat dalam al Qur’an dan sunnah.
Ini menyangkut ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan keperluan manusia
yang tidak dapat berubah. Misalnya, tidak ada perubahan dalam insting manusia
menyangkut ibu bapaknya, atau kevemburuan perempuan terhadap perempuan
lain yang menjadi “madu”nya.
Adapun al Ma’ruf adalah sesuatu yang baik menurut pandangan umum satu
masyarakat selama tidak bertentangan dengan al khair. Al Ma’ruf adalah
hak/kebenaran yang diakui dan dengan kadar yang diakui pula, dan ini tidak dapat
diukur dengan waktu tertentu karena dia terus menerus berubah dan berkembang
sesuai dengan perubahan kondisi dan perkembangan situasi masyarakat, tetapi
perubahan itu tidak boleh bertentangan dengan al Khair.
Al Khair atau ats Tsawabit memiliki peranan yang sangat besar dalam
menciptakan ketentuan-ketentuan rinci yang menjamin kemaslahatan individu dan
masyarakat dalam perkembangan dan perubahan.
2. Islam tidak menekankan bentuk-bentuk formal menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Islam dalam hal tersebut
lebih mengandalkan sisi substansi dan jiwa ajaran, apalagi perkembangan ilmu
dan teknologi tidak mengakibatkan perubahan tujuan. Nabi saw. Tidak jarang
mengubah dan menerima hal-hal baru yang disodorkan kepada beliau, lalu
meninggalkan yang lama. Dari sini juga kita dapat berkata bahwa Islam tidak
mengkultuskan alat atau materi.
3. Islam memperkenalkan apa yang dinamai ijtihad, yakni uapay sungguh-sungguh
untuk menemukan hokum/tuntunan agama melalui dalil-dalail al Qur’an dan
sunnah. Ini membuka peluang bagi lahirnya tuntunan baru yang sebelum ini
belum dikenal. Dalam konteks ini dapat dicatat bahwa Islam menetapkan, dalam
konteks tuntunan agama yang berkaitan dengan ibadah mahdah (murni/ritual),
maka ia harus diterima sebagaimana apa adanya, sedang selebihnya maka setiap
tuntunan hendaknya dicari apa ‘illat/motivasinya. Bila ‘illat itu tiada, maka
hukum dapat berubah.
4. Islam memperkenalkan apa yang dapat dinamai “hak veto”, yakni
kendati telah ada ketetapan-ketetapan hukum yang pasti, tetapi
bila lahir dari pelaksanaannya mudharat/kesulitan, maka ketetapan
hukum tersebut dapat diveto sehingga berganti, atau berubah
menjadi ringan, bahkan batal secara hukum. Ini sejalan dengan
ciri ‘Adam al Haraj yang telah disinggung di atas.

Dalam menjelaskan sifat dan keunggulan ajaran Islam dapat


digambarkan dalam satu kata singkat, maka kata tersebut adalah Adil,
dalam arti menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Sumber Rujukan
 Al Quran Karim
 Hadist Nabi Muhammad SAW
 dll.

Anda mungkin juga menyukai