Anda di halaman 1dari 16

Perolehan & Pengukuran Aset Tetap

Moh. Luthfi Mahrus


Pokok Bahasan
1 Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap

2 Pengakuan dan Perolehan Aset Tetap

3 Aset Tetap yang Dibangun Sendiri

4 Kapitalisasi Biaya Bunga Pinjaman

5 Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap


o Cash Discounts
o Deferred Payment Contracts
o Lump-sum Purchases
o Perolehan Aset Melalui Penerbitan Saham
o Pertukaran Aset Nonmoneter
o Hibah Pemerintah
1. Pengertian dan Karakteristik Aset Tetap

Aset tetap = Fixed Asset = Plant Asset = Property, Plant, and Equipment (PPE)
Definisi
Menurut PSAK 16 (2014), aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif, dan
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Karakteristik
Karakteristik aset tetap:
1. Memiliki substansi fisik (berwujud), seperti tanah dan bangunan.
2. Memiliki tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
3. Bersifat jangka panjang (lebih dari satu periode akuntansi) dan merupakan subjek penyusutan.

Properti Investasi
Menurut PSAK 13, properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang
dikuasai (oleh pemilik atau lessee/penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
kedua-duanya, dan tidak untuk: 1. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau
2. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
2. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap
Pengakuan Contoh Komponen Biaya Aset Tetap
PSAK 16 menjelaskan bahwa biaya perolehan aset tetap atau PPE harus
diakui sebagai aset jika dan hanya jika: 1. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari
1. besar kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis di pembangunan atau akuisisi aset tetap;
masa depan dari aset tersebut dan 2. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal 3. Biaya handling dan penyerahan awal;
Pengukuran Awal 4. Biaya perakitan dan instalasi;
• PSAK 16: aset tetap yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai aset 5. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik (setelah
tetap pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan atau biaya dikurangi hasil penjualan produk tersebut); dan
historis. 6. Komisi profesional.
• Biaya historis merupakan kas atau setara kas yang digunakan untuk
memperoleh aset dan membawanya ke lokasi dalam kondisi yang Bukan Komponen Biaya Aset Tetap
sesuai dengan kegunaan yang dikehendaki perusahaan. 1. Biaya pembukaan fasilitas baru;
• Menurut PSAK 16, biaya perolehan aset tetap meliputi: 1) harga 2. Biaya pengenalan produk baru, termasuk biaya iklan dan aktivitas
perolehan, 2) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung promosi;
untuk membawa aset tetap ke lokasi dalam kondisi yang sesuai dengan 3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru termasuk biaya
kegunaan yang dikehendaki, dan 3) biaya pembongkaran dan pelatihan staf;
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi asset. (provisi) 4. Administrasi dan overhead umum;
• Contoh biaya historis atau biaya perolehan aset adalah harga beli, 5. Biaya saat alat belum beroperasi penuh;
ongkos angkut, pajak penjualan, dan biaya instalasi aset. 6. Kerugian awal operasi;
7. Biaya relokasi dan reorganisasi operasi entitas;
Pengukuran Selanjutnya
8. Hasil dari aset sebelum dimanfaatkan (hasil parkir dari lahan yang
• Model Biaya (Cost Method) atau belum digunakan); dan
• Model Revaluasi (Revaluation Method) 9. Laba internal jika aset tersebut merupakan persediaan perusahaan.
2. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap
• Tanah untuk digunakan dalam kegiatan operasional  PPE atau aset tetap
• Tanah untuk tujuan spekulasi  Investasi (investment).
• Tanah untuk dijual kembali (resale)  Persediaan (inventory).

Biaya Perolehan Tanah (Cost of Land)


• Biiaya perolehan tanah (cost of land): semua pengeluaran untuk mendapatkan tanah dan membuatnya siap digunakan.
• Biaya tanah biasanya mencakup:
1. harga beli,
2. biaya pengurusan hak tanah, seperti sertifikat hak milik, pajak/BPHTB, honor notaris/PPAT, dan honor pencatatan,
3. biaya yang dikeluarkan untuk mempersiapkan tanah sehingga siap digunakan seperti meratakan, menimbun,
mengosongkan, dan membersihkan,
4. biaya terkait hak gadai, beban properti, atau hipotik (jika ada), dan
5. setiap perbaikan tanah lainnya yang memiliki umur yang tidak terbatas.
• Jika pembelian tanah ditujukan untuk membangun sebuah bangunan di atasnya  biaya-biaya terkait penyiapan
tanah, seperti biaya penghancuran bangunan lama, pembersihan, perataan, dan penimbunan  biaya tanah.
• Biaya-biaya terkait dengan pengembangan tanah yang mempunyai masa guna atau masa manfaat permanen, seperti
landscaping, semuanya dicatat ke akun Land.
• Biaya-biaya terkait dengan pengembangan tanah yang mempunyai masa guna atau masa manfaat terbatas, seperti
jalur mobil pribadi, trotoar, pagar, dan area parkir, semuanya dicatat pada akun Land Improvements dan disusutkan.
2. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap
Biaya Perolehan Bangunan (Cost of Building)
• Biaya perolehan bangunan mencakup seluruh pengeluaran yang secara langsung berhubungan dengan perolehan atau
pembangunan gedung.
• Biaya tersebut mencakup:
1. biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang muncul selama periode konstruksi;
2. biaya bunga (jika membangun sendiri),
3. harga beli bangunan dan pengurusan hak perolehan bangunan,
4. honor profesional (professional fees),
5. izin pendirian bangunan (building permits).

Biaya Perolehan Peralatan (Cost of Equipment)


• Peralatan dapat meliputi mesin, kendaraan, peralatan kantor, peralatan pabrik, peralatan tambang, mesin dan peralatan lain.
• Yang termasuk biaya perolehan peralatan adalah semua biaya yang muncul untuk pengadaan peralatan dan penyiapan
peralatan tersebut agar siap digunakan. Biaya tersebut mencakup:
1. harga pembelian,
2. ongkos pengangkutan dan penanganan peralatan,
3. pajak atau bea yang tidak dapat dikreditkan,
4. asuransi peralatan selama masa pengiriman,
5. biaya fondasi khusus (jika diperlukan),
6. biaya perakitan dan instalasi, dan
7. biaya uji coba/pengetesan peralatan.
2. Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap
Latihan Soal
E10.1 (Kieso Edisi 3): The expenditures and receipts below are related to land, land improvements, and buildings acquired for use
in a business enterprise. Determine how the following should be classified:
a. Money borrowed to pay building contractor (signed a note) notes payable
b. Payment for construction from note proceeds Buildings
c. Cost of land fill and clearing land
d. Delinquent real estate taxes on property assumed by purchaser land
e. Premium on 6-month insurance policy during construction asuransi pembangunan masuk
buildings beda kalau uda jadi bangunannya terus pasang asuransi kebakaran (tidak masuk)
f. Refund of 1-month insurance premium because construction completed early (buildings)
g. Architect’s fee on building buildings
h. Cost of real estate purchased as a plant site (land €200,000 and building €50,000) land -> karna
untuk pabrik (tidak digunakan)
i. Commission fee paid to real estate agency land
j. Cost of razing and removing building land improvement
k. Installation of fences around property LAND
l. Proceeds from residual value of demolished building (LAND)
m. Interest paid during construction on money borrowed for construction buildings
n. Cost of parking lots and driveways land improvement
o. Cost of trees and shrubbery planted (permanent in nature) land
p. Excavation costs for new building builiding
3. Aset Tetap yang Dibangun Sendiri
• Perusahaan biasanya membuat atau membangun sendiri asetnya.
• Penentuan biaya bangunan, mesin, dan aset tetap lainnya yang dibuat atau
dibangun sendiri dapat menimbulkan masalah.
• Karena tidak terdapat harga beli atau harga kontrak, maka perusahaan harus
mengalokasikan sendiri biaya dan beban terkait pembangunan sendiri agar
diperoleh biaya aset tersebut.
o Biaya tersebut antara lain mencakup biaya bahan baku (materials), biaya
tenaga kerja langsung (direct labour cost), dan biaya tidak langsung
(overhead cost).
o Perusahaan dapat mengelola biaya overhead dengan dua cara, yaitu:
 tidak membebankan biaya overhead tetap (fixed overhead) ke dalam
biaya pembuatan aset.
 membebankan sebagian dari seluruh total biaya overhead ke biaya
konstruksi (full costing approach).
4. Kapitalisasi Biaya Bunga Pinjaman
Terkait perlakuan atas bunga yang muncul dari pembiayaan/pinjaman dalam rangka konstruksi PPE, terdapat tiga
pendekatan sebagai berikut.
1. Seluruh biaya bunga tidak dikapitalisasi atau tidak dimasukkan sebagai unsur biaya PPE  financing cost
2. Seluruh biaya bunga dikapitalisasi atau dimasukkan sebagai unsur biaya PPE, terlepas apakah biaya tersebut dapat
diidentifikasi atau tidak.
3. Biaya bunga yang dikapitalisasi atau dimasukkan sebagai bagian dari biaya konstruksi atau aset adalah biaya aktual
yang benar-benar terjadi selama konstruksi (termasuk biaya pinjaman  Pendekatan yang digunakan IFRS 
Ketentuan IAS 23/ PSAK 26
Alasannya karena pendekatan ini adalah selama konstruksi, aset tidak menghasilkan pendapatan. Oleh karena itu,
perusahaan harus menangguhkan (mengkapitalisasi) biaya bunga. Setelah konstruksi selesai, aset siap untuk
digunakan sesuai tujuannya dan perusahaan dapat memperoleh pendapatan. Pada titik ini, perusahaan harus
melaporkan bunga sebagai biaya dalam penentuan net income.
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Cash Discount
Perlakuan cash discount dalam pembelian aset tetap:
1. Jika diskon diambil, maka diskon akan mengurangi harga perolehan aset tetap
2. Jika diskon tidak diambil, maka ada dua pendekatan:
o Mengurangi harga perolehan aset tetap
o Tidak mengurangi harga perolehan aset tetap

Deferred Payment Contracts


Perlakuan pembelian aset tetap menggunakan kontrak kredit/pinjaman jangka Panjang:
o aset yang dibeli dengan kontrak kredit jangka panjang harus dinilai sesuai present value (PV) dari nilai pembayaran
(nilai nominal utang) yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang melakukan kontrak pada tanggal transaksi.
o PV dihitung berdasarkan tingkat suku bunga yang sesuai. Jika tidak terdapat suku bunga yang sesuai atau suku
bunga yang ada tidak rasional, entitas menggunakan imputed interest rate.

Contoh: 2 Januari 2019 PT Sky 2 Jan Equipment 75.816 PVA (20.000, n= 5, 10%) = 20.000 x 3,79079 =
menerbitkan zero-interest bearing 2019 Notes Payable 75.816 75.816
notes, $100.000, 5 tahun untuk
membeli peralatan. Tingkat suku Interest Expense 6.340**
Interest Expense 7.582* 31 Des
bunga pasar 10%. Perusahaan 31 Des
Notes Payable 12.418 Notes Payable 13.600
membayar cicilan tetap per tahun 2019 2019
Cash 20.000 Cash 20.000
sebesar $20.000.
*75.816 x 10% =7.582 **(75.816-12.418) x 10% =6.340
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Lump Sum Purchases
Ketika aset tetap diperoleh melalui pembelian satu Book Fair Value Proporsi Alokasi
paket (single lump-sum purchase), maka Value (FV) FV cost
penentuan harga perolehan aset tetap dilakukan
dengan cara mengalokasikan total biaya ke setiap Equipment $30.000 $25.000 25% $20.000
aset tetap sesuai dengan proporsi nilai relatif Land $20.000 $25.000 25% $20.000
penjualan.
Building $35.000 $50.000 50% $40.000
Contoh: 2 Januari 2019 PT Star membeli peralatan, tanah,
dan bangunan dengan total harga $80.000. Berapa cost $85.000 $100.000 100% $80.000
untuk masing-masing peralatan, tanah, dan bangunan?

Perolehan Aset Melalui Penerbitan Saham


o Pada saat suatu aset tetap diperoleh melalui penerbitan Contoh: PT SunGlass membeli tanah dengan
saham, maka nilai perolehan aset tetap tersebut diukur menerbitkan 5.000 saham biasa (nilai par $10/saham,
dengan mengacu pada nilai wajar barang atau jasa yang harga pasar $12/saham). Jurnalnya sebagai berikut.
diterima, kecuali jika nilai wajar tersebut tidak dapat
diestimasi secara andal (PSAK 53). Land 60.000
o Jika perusahaan tidak dapat mengestimasi nilai wajar Share Capital-Ordinary 50.000
barang atau jasa yang diterima secara andal, maka Share Premium-Ordinary 10.000
perusahaan mengukur nilai barang dan jasa tersebut
dengan mengacu pada nilai wajar saham.
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Pertukaran Aset Nonmoneter
o Aset nonmoneter = aset yang yang harganya dinyatakan dalam unit moneter yang dapat berubah sepanjang
waktu. Contoh: tanah, bangunan, dan peralatan.
o Pertukaran aset nonmoneter dihitung berdasarkan nilai wajar (fair value) dari aset yang diserahkan atau nilai
wajar (fair value) dari aset yang diterima, mana yang lebih jelas bukti pendukungnya.
o Jika entitas dapat mengukur nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau diserahkan, maka nilai
wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya perolehan dari aset yang diterima (PSAK 16)
o Pertukaran aset nonmoneter di bagi menjadi dua:
1. Mengandung substansi komersial (commercial substance)
 Suatu pertukaran dikatakan mempunyai substansi komersial jika terdapat perubahan aliran kas di masa
depan sebagai akibat adanya transaksi pertukaran aset tersebut.
 Jika posisi ekonomis kedua pihak berubah, maka transaksi tersebut dikatakan memiliki substansi komersial.
2. Tidak/kurang mengandung substansi komersial (lacks commercial substance)
o Perlakukan akuntansi untuk pertukaran aset nonmoneter

Jenis Pertukaran Aset Perlakuan Akuntansi


Pertukaran yang Memiliki Substansi Komersial Mengakui keuntungan dan kerugian yang terjadi
Pertukaran yang Tidak (Kurang) Memiliki Substansi Menunda pengakuan keuntungan dan kerugian.
Komersial
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Pertukaran Aset Nonmoneter
Ilustrasi : Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 September 2019 CV Mobil Jaya menyerahkan satu mobil bekas plus uang tunai untuk ditukarkan
dengan sebuah mobil keluaran terbaru. Mobil bekas memiliki nilai buku sebesar Rp100.000.000 (biaya perolehan Rp250.000.000 dikurangi
akumulasi penyusutan sebesar Rp150.000.000). Berdasarkan informasi pasar, mobil bekas CV Mobil Jaya memiliki nilai wajar sebesar
Rp80.000.000. Adapun uang tunai yang diserahkan perusahaan dalam pertukaran tersebut adalah Rp200.000.000.

Commercial Substance Lacks Commercial Substance


Vehicle (New) 280.000 Vehicle (New) 300.000*
Acc. Depreciation-Vehicle 150.000 Acc. Depreciation-Vehicle 150.000
Loss on disposal of vehicle 20.000 Vehicle (Old) 250.000
Vehicle (Old) 250.000 Cash 200.000
Cash 200.000
*loss menambah vehicle (new) sehingga
depreciation expense menjadi lebih besar
Jika pada kasus di atas, diasumsikan nilai wajar mobil bekas
adalah Rp130.000.000, berikut perhitungannya.

Commercial Substance Lacks Commercial Substance


Vehicle (New) 330.000 Vehicle (New) 300.000*
Acc. Depreciation-Vehicle 150.000 Acc. Depreciation-Vehicle 150.000
Gain on disposal of vehicle 30.000 Vehicle (Old) 250.000
Vehicle (Old) 250.000 Cash 200.000
Cash
200.000 *gain mengurangi vehicle (new) sehingga
depreciation expense menjadi lebih kecil
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Hibah Pemerintah (Government Grants)
o Hibah pemerintah: bantuan dari pemerintah yang diterima perusahaan dalam bentuk pemberian sumber
daya kepada perusahaan sebagai imbalan atas kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan tertentu (baik
di masa lalu maupun masa depan) yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan.
o Bentuk hibah:
1. Berupa aset, seperti uang tunai; sekuritas, properti, bangunan, pabrik, atau penggunaan fasilitas yang
disediakan pemerintah sebagai subsidi untuk perusahaan.
2. Berupa pengampunan utang perusahaan
3. Pemberian pinjaman kepada perusahaan dengan bunga di bawah bunga pasar
o Dalam PSAK 16: aset tetap yang diperoleh dari hibah pemerintah tidak boleh diakui sampai diperoleh
keyakinan bahwa entitas memenuhi kondisi atau persyaratan hibah tersebut dan hibah akan diperoleh.
o Perlakuan akuntansi hibah pemerintah:
1. Equity approach  hibah pemerintah menambah equity perusahaan
2. Income approach  hibah pemerintah menambah income perusahaan  ini ketentuan IFRS
 Dicatat sebagai deferred grant revenue (current liability) dan revenue diakui secara sistematis sepanjang masa
usia aset hibahan atau
 Mengurangi cost atau nilai tercatat aset hibahan sehingga besarnya depreciation expense menjadi lebih kecil.
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Hibah Pemerintah (Government Grants)
Kasus 1: Hibah Pemerintah Berupa Subsidi Pembelian Peralatan
Pada 2 Januari 2019 PT Martabat Medika (MM) menerima subsidi pemerintah sebesar Rp200.000.000 (asumsi uang tunai) untuk
membeli peralatan laboratorium dengan harga total Rp1.000.000.000. Peralatan tersebut memiliki masa manfaat selama lima
tahun, dan disusutkan berdasarkan garis lurus.
Pendekatan 1: Dicatat Sebagai Deferred Grant Revenue Pendekatan 2: Dicatat Sebagai Pengurang Aset
Cash 200.000.000 Depreciation Expense 200.000.000 Cash 200.000.000
Deferred Grant Revenue 200.000.000 Acc. Depreciation 200.000.000 Equipment 200.000.000
Equipment 1.000.000.000 Deferred Grant Revenue 40.000.000 Equipment 1.000.000.000
Cash 1.000.000.000 Grant Revenue 40.000.000 Cash 1.000.000.000

Depreciation Expense 160.000.000


Acc. Depreciation 160.000.000

40.000.000

120.000.000
5. Kasus Terkait Perolehan & Penilaian Aset Tetap
Hibah Pemerintah (Government Grants)
Kasus 2: Hibah Pemerintah Berupa Uang Tunai untuk Menutupi Kerugian
PT Elang Airlines, suatu BUMN, mengalami kerugian secara substansial selama lima tahun terakhir dan mempunyai utang yang cukup besar
kepada kreditur. Untuk mencegah perusahaan dari kebangkrutan, pada tanggal 1 Mei 2019 pemerintah setuju memberikan bantuan dana
sebesar Rp20 milyar untuk melunasi utang perusahaan kepada kreditur.
Jika PT Elang Airlines harus memenuhi beberapa
Cash 20.000.000.000 Cash 20.000.000.000
Grant Revenue 20.000.000.000 persyaratan pemerintah di masa depan, maka Deferred Grant Revenue 20.000.000.000
hibah tersebut dicatat sebagai deferred grant
revenue dan diamortisasi selama periode
Deferred Grant Revenue 4.000.000.000
tertentu (misal 5 tahun) Grant Revenue 4.000.000.000

Kasus 3: Hibah Pemerintah Berupa Pinjaman Tanpa Bunga


Dalam rangka meningkatkan pembangunan teknologi lingkungan, Pemerintah Kota Tangerang meminta PT Suaka Tekno untuk membangun
pabrik di Tangerang. Untuk mendukung pembangunan pabrik tersebut, Pemkot Tangerang akan memberikan pinjaman tunai bebas bunga
kepada perusahaan senilai Rp50 milyar dengan jangka waktu 10 tahun, dengan syarat PT Suaka Tekno bersedia mempekerjakan 100 orang
warga Kota Tangerang selama 10 tahun ke depan. Diketahui bahwa tingkat suku bunga pinjaman perusahaan adalah sebesar 9% dan
diasumsikan PT Suaka Tekno menerima pinjaman tunai pada tanggal 2 Januari 2019.
Net expense
Cash 50.000.000.000 Interest Expense 1.900.845.000*
2 Jan 31 Des tahun
Notes Payable 21.120.500.000 Notes Payable 1.900.845.000 berjalan
2019 2019
Deferred Grant Revenue 28.879.500.000 Deferred Grant Reve 1.900.845.000 menjadi nol
Grant Revenue 1.900.845.000
*50.000.000.000 x 0,42241 (PV i=9%, n=10)
*21.120.500.000 x 9%

Anda mungkin juga menyukai