Anda di halaman 1dari 9

KETERTIBAN UMUM DAN HAK-HAK YANG DIPEROLEH

Kelompok 8 (Hukum Ekonomi Syariah E/5)


Kalimah (1908202122)
Mega Bainal H (1908202151)
Ruslana (1908202150)
ISTILAH KETERTIBAN UMUM

Persoalan ketertiban umum (Public Order) dan persoalan hak-hak yang diperoleh (Vested
Right) adalah beberapa dari persoalan pokok HPI, khususnya yang berkaitan dengan
pertanyaan tentang sejauh mana suatu forum harus mengakui sistem hukum, atau kaidah
hukum asing atau hak-hak dan kewajiban-kewajiban hukum asing. Artinya, kedua masalah
itu dapat dianggap sebagai pendekatan yang berbeda terhadap persoalan yang sama dalam
HPI yaitu persoalan sejauh mana sebuah pengadilan berkewajiban untuk memperhatikan,
menaati dan mengakui keberadaan hukum asing sebagai akibat dari adanya unsure-unsur
asing dalam suatu perkara
. ketertiban umum pada dasarnya berkenaan dengan “bagian yang tidak dapat disentuh
dari sistem hukum setempat. Oleh karena itu, hukum asing (yang seharusnya berlaku) dapat
dikesampingkan bila dianggap bertentangan dengan “the untouchable part” dari Lex Fori itu.
Martin Wolff, beranggapan bahwa masalah “Ordre Public” merupakan exception to the
application of foreign law (pengecualian terhadap berlakunya kaidah hukum asing. Ahli HPI
lain (di Amerika Serikat) beranggapan bahwa “Public Policy” adalah merupakan teknik yang
dapat digunakan untuk membenarkan hakim dalam menolak suatu klaim yang didasarkan
pada suatu kaidah hukum asing. Sebagai suatu teknik, “ketertiban umum” menunjuk pada
situasi di mana pengadilan tidak mengakui suatu tuntutan yang seharusnya tunduk pada
suatu hukum negara (bagian) lain, karena hakikat dari tuntutan itu yang ditinjau dari
yurisdiksi forum, bila diakui akan menyebabkan:
IDENTIFIKASI MASALAH

01 03
JENIS MASALAH
Pelanggaran terhadap prinsip- Bertentangan dengan suatu
prinsip keadilan yang tradisi yang mengakar
mendasar sifatnya,

02
Bertentangan dengan
konsepsi yang berlaku
mengenai kesusilaan
yang baik
RUANG LINGKUP KETERTIBAN
UMUM
Secara tradisional, doktrin-doktrin HPI membedakan
2 (dua) fungsi lembaga ketertiban umum, yaitu:
● Fungsi Positif, yaitu hukum asing, terlepas dari
persoalan hukum mana yang seharusnya
berlaku, atau apapun isi kaidah/ aturan lex fori
yang bersangkutan.
● Fungsi Negatif, yaitu untuk menghindarkan
pemberlakuan kaidah-kaidah hukum asing bila
pemberlakuan itu akan menyebabkan
pelanggaran terhadap konsep-konsep dasar lex
fori.
Berdasarkan ketentuan Pasal 66 UU Nomor 30 Tahun 1999, suatu putusan arbitrase
internasional yang dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbiter di suatu negara yang terikat
pada perjanjian baik secara bilateral maupun multirateral mengenai pengakuan dan
pelaksanaan putusan arbitrase asing, dapat dilaksanakan di Indonesia sepanjang tidak
bertentangan dengan ketertiban umum. Ketentuan demikian juga ditemukan pada Pasal 3
ayat (3) PERMA Nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Asing.99 Putusan arbitrase asing yang dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas putusan
yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum. Kemudian oleh Pasal 4 ayat (2)
ditambahkan lagi bahwa exequatur tidak dapat dilaksanakan apabila putusan arbitrase
asing itu nyata-nyata bertentangan dengan sendi-sendi asasi dari seluruh sistem hukum
dan masyarakat Indonesia (ketertiban umum).
HAK-HAK YANG DI PEROLEH

Istilah “hak-hak yang diperoleh” seringkali disebut dengan Rights and Obligations
created abroad, atau hak dan kewajiban hukum yang terbit berdasarkan hukum asing.
Persoalan dalam HPI dalam kaitan ini adalah apakah hak dan kewajiban hukum yang
dimiliki seseorang berdasarkan kaidah-kaidah hukum dari suatu sistem hukum asing
tertentu harus dilakukan atau tidak menurut Lex Fori. Jadi, persoalan “hak-hak yang
diperoleh” seseorang (atau suatu subjek hukum) berdasarkan hukum asing tertentu,
hampir pasti berkaitan dengan status hukum yang diterbitkan oleh sistem hukum asing
itu. Dari pandangan Prof. Sudargo Gautama dapat disimpulkan bahwa dalam HPI masalah
“Vested Right” ini dikemukakan untuk mempermasalahkan sejauh mana perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap fakta-fakta akan mempengaruhi berlakunya kaidah-
kaidah hukum yang semula digunakan
Perbedaan Fraus Legis dan ketertiban umum, pada Fraus Legisseharusnya hukum
asing diberlakukan tetapi karena penyelundupan hukum maka tidak dipakai. Dan hukum
asing tersebut tetap dapat dipakai terhadap perbuatan-perbuatan lain yang bukan
penyelundupan hukum, sedangkan pada ketertiban umum, hukum asing yang harus
diberlakukan tidak boleh diberlakukan karena bertentangan dengan Lex Fori.Fraus Legis
adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghindarkan
pemberlakuan sistem hukum tertentu yang seharusnya berlaku, sehingga dengan
dilakukannya perbuatan tersebut baginya diberlakukan hukum lain dari yang seharusnya
berlaku. Di Perancis, berlaku suatu Asas Fraus Legis Omnia Corrumpit, artinya suatu
perbuatan yang merupakan penyelundupan hukum mengakibatkan perbuatan hukum
tersebut secara keseluruhan tidak berlaku atau tidak sah.
TRIMAKASIH..

Anda mungkin juga menyukai