Anda di halaman 1dari 27

Referat

Perdarahan saluran cerna


Anandia Arum Pratiwi Z1C021012
Pembimbing : dr Ni Ketut Donna Prisilia Sp.PD
Pendahuluan
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA)
sering dijumpai di bagian gawat darurat rumah
sakit.

Prevalensi sekitar 75 % hingga 80 % dari


seluruh kasus perdarahan akut saluran
cerna.
Manifestasinya bervariasi
Angka kematian dari perdarahan akut
Hematemesis saluran cerna, masih berkisar 3 % hingga
Melena 10 %, dan belum ada perubahan selam
50 tahun terakhir.
Tinjauan Pustaka
Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan

Fungsi untuk menerima


makanan dan mencernanya
menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang
bagian makanan yang tidak
dapat dicerna atau merupakan
sisa proses pencernaan tersebut
dari tubuh
Saluran Pencernaan Atas
Rongga Mulut

- Gigi
- Lidah
-Pipi dan Bibir
- Kelenjar Ludah
_
Tenggorokan ( Faring )

Keringkongan ( esofagus )
Lambung
tempat penampungan makanan, menyediakan
makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit
secara teratur.

Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin


yang memecah protein menjadi pepton dan
protease.
Usus Halus

Duodenum
Jejunum
Ileum
Saluran Pencernaan Bawah
Usus Besar (Kolon)
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum)
Sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar.
Umbai Cacing (Appendix)
Organ tambahan pada usus buntu.
Ujung buntu tabung yang
menyambung dengan
caecum.
Rektum dan Anus
Rektum
sebuah ruangan yang berawal dari ujung
usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus.

Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh.
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
Perdarahan saluran makanan proksimal mulai dari esofagus, gaster,
duodenum, jejunum proksimal ( batas anatomik di ligamentum treitz ).

Penyebab :
 Ulkus peptikum (PUD, peptic ulcer disease) yang disebabkan oleh
H. Pylori atau
 Penggunaan obat-obat anti-inflamasi non-steroid (OAINS) atau
 Alkohol.
 Robekan mallory-weiss
 Varises esofagus,
 Gastritis
Epidemiologi Prevalensi sekitar 75 %
hingga 80 % dari seluruh
kasus perdarahan akut
Upper gastrointestinal tract
saluran cerna.
bleeding (“UGI bleeding”) atau
lebih dikenal perdarahan
Angka kematian dari
saluran cerna bagian atas
perdarahan akut saluran
cerna, masih berkisar 3 %
hingga 10 %.
Tabel 1. Penyebab tersering perdarahan SCBA pada pasien yang
menjalani endoskopi di RSCM selama tahun 2001 – 2005
Penyebab Jumlah kasus Persentase

Pecahnya varises esofagus 280 kasus 33.4 %

Perdarahan ulkus peptikum 225 kasus 26.9 %

Gastritis erosiva 219 kasus 26.2 %

Tidak ditemukan 38 kasus 4.5 %

Lain – lain 45 kasus 9%

Total 807 kasus 100 %


Etiologi dan Patofisiologi
Banyak kemungkinan penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yaitu :

 Duodenal ulcer
 Gastric atau duodenal erosions
 Varices
 Gastric ulcer
 Mallory – Weiss tear
 Erosive esophagitis
 Angioma
 Arteriovenous malformation
 Gastrointestinal stromal tumors
Manifestasi Klinik
Diagnosa
Anamnesis
Dalam anamnesis yang perlu ditekankan13 :

 Sejak kapan terjadinya perdarahan dan berapa perkiraan darah yang


keluar
 Riwayat perdarahan sebelumnya
 Riwayat perdarahan dalam keluarga
 Ada tidaknya perdarahan dibagian tubuh lain
 Penggunaan obat-obatan terutama antiinflamasi nonsteroid dan
antikoagulan
 Kebiasaan minum alkohol
 Mencari kemungkinan adanya penyakit hati kronis, demam berdarah,
demam tifoid, GGK, DM, hipertensi, alergi obat-obatan
 Riwayat transfusi sebelumnya
Pemeriksaan Fisik Perdarahan akut dalam jumlah besar melebihi
20 % volume intravaskular akan mengakibatkan
Pemeriksaan meliputi : kondisi hemodinamik tidak stabil dengan tanda –
tanda sebagai berikut:
 Tekanan darah dan nadi posisi baring
 Perubahan ortostatik tekanan darah  Hipotensi ( tekanan darah < 90/60 mmHg ,
dan nadi frekuensi nadi > 100x/menit )
 Ada tidaknya vasokonstriksi perifer  Tekanan diastolik ortostatik turun > 10 mmHg
( akral dingin ) atau sistolik turun > 20 mmHg
 Kelayakan nafas  Frekuensi nadi ortostatik meningkat >
 Tingkat kesadaran 15/menit
 Produksi urin.  Akral dingin
 Kesadaran menurun
 Anuria atau oliguria
Pemeriksaan Penunjang
 Kelengkapan pemeriksaan yang perlu diperhatikan13 :
 Elektrokardiagram (terutama pasien berusia > 40 tahun)
 BUN, kreatinin serum
 Elektrolit (Na, K, Cl)

Pemeriksaan lainnya :

Endoskopi
Angiography
Conventional radiographic imaging
Penatalaksanaan
STABILISASI HEMODINAMIK PADA PERDARAHAN SALURAN CERNA

 Berikan infus cairan kristaloid (misalnya cairan garam fisiologis dengan tetesan
cepat dengan menggunakan dua jarum berdiameter besar (minimal 16 G) dan
pasang monitor CVP (central venous pressure)

Tujuan : memulihkan tanda-tanda vital dan mempertahankan tetap stabil.

 Secepatnya kirim pemeriksaan darah untuk menentukan darah golongan darah,


kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit, leukosit. Adanya kecurigaan diatesis
hemoragik pelu ditindaklanjuti dengan melakukan test rumple-leed, pemeriksaan
waktu perdarahn, waktu pembekuan, retraksi bekuan darah, PPT dan aPTT.
Kapan transfusi darah -> tergantung dengan jumlah darah yang hilang,
perdarahan masih aktif atau sudah berhenti, lamanya perdarahan
berlangsung, dan akibat klinik perdarahan tersebut.

Pemberian transfusi darah pada perdarahan saluran cerna


dipertimbangkan pada keadaan berikut ini :

 Perdarahan dalam kondisi hemodinamik tidak stabil


 Perdarahan baru atau masih berlangsung dan diperkirakan jumlahnya
1 liter atau lebih
 Perdarahan baru atau masih berlangsung dengan hemoglobin kurang
dari 10 gr% atau hematokrit kurang dari 30%
 Terdapat tanda-tanda oksigenasi jaringan yang menurun
TERAPI PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN ATAS
Non-Endoskopis

 Kumbah lambung
 Pemberian vitamin K
 Vasopressin
 Somatostatin dan analognya (octreotid)
 Obat-obatan golongan antisekresi asam
 Balon tamponade
ENDOSKOPIS

Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif


atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Metode terapinya
meliputi:

 Contact thermal (monopolar atau bipolar elektrokoagulasi, heater


probe)
 Noncontact thermal (laser 3). Nonthermal (misalnya suntikan
adrenalin, polidokanol, alkohol, cyanoacrylate, atau pemakain klip).
TERAPI RADIOLOGI
Terapi angiografi perlu pertimbangkan bila perdarahan tetap berlangsung dan
belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai
gagal dan pembedahan sangat berisiko.

PEMBEDAHAN
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medik, endoskopi dan
radiologi dinilai gagal.
Prognosis
Identifikasi letak perdarahan adalah langkah awal yang paling penting
dalam pengobatan.

Setelah letak perdarahan terlokalisir, pilihan pengobatan dibuat secara


langsung dan kuratif.
10-20% dari pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah
tidak dapat dibuktikan sumber perdarahannya.

Dalam penatalaksanaan perdarahan SCBA banyak faktor yang berperan


terhadap hasil pengobatan.

Setelah diobati dan berhenti, perdarahan SCBA dapat berulang lagi


atau rekurens.
DAFTAR PUSTAKA
1) Makanan Diet Sehat, sistem pencernaan manusia. Available from: http://makanandietsehat.com/sistem-pencernaan-manusia/.
( Accessed 7 Mei 2014)
2) Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC
3) Faradillah, Firman, dan Anita. 2009. Gastro Intestinal Track Anatomical Aspect. Surakarta : Keluarga Besar Asisten Anatomi
FKUNS.
4) Price S. Wilson L.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed 6. Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
5) Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-9 . Jakarta: EGC
6) Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et
7) al. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Vol 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
8) Djumhana A;Hadi S;Abdurachman SA;Wijojo J;Saketi R: Upper GI bleeding in Hasan
9) Holster IL, Kuipers EJ. Management of acute nonvariceal upper gastrointestinal bleeding: current policies and future
perspectives. World J Gastroenteral. 2012; 18:1207-7
10) Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA: Merck Research Laboratories
11) de Franchis R. Evolving Consensus in Portal Hypertension Report of the Baveno IV Consensus Workshop on methodology of
diagnosis and therapy in portal hypertension -Special report. J Hepatology 2005;43:167-176
12) Anand, B.S., Katz, J., 2011. Peptic Ulcer Disease, Medscape Reference, Professor. Department of Internal Medicine, Division of
Gastroenterology, Baylor College of Medicine. Available from:http://emedicine.medscape.com/ ( Accessed 23 April 2011)
13) Jutabha, R., et al. 2003. Acute Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Friedman, S.L., et al. Current Diagnosis & Treatment in
Gastroenterology 2 ed. USA: McGraw-Hill Companies, 53 – 67.
14) Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK, Setiati S. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
15) Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Available From : http://www.dokterbedahherryyudha.com/. (Accesed 29 Juni 2009)
16) Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Available Form :
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/75/78. (Accesed September 2013)

Anda mungkin juga menyukai